Aria Wiraraja: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 49:
== Akhir Kemerdekaan Lamajang Tigang Juru atau Majapahit Timur ==
Ketika mendengar salah satu putranya gugur melawan kerajaan majapahit, ia sebagai ayah sangat sedih dan oleh karenanya mempersiapkan benteng pertahanan di ibu kotanya Lamajang. Ibu kotanya itu bernama Arnon dan sekarang dikenal sebagai Situs Biting yang berada dalam wilayah desa bernama "Kutorenon". Kutorenon sendiri dalam bahasa jawa kuno berarti, "Kuto itu artinya kota berbenteng" dan "Renon berasal dari kata Renu artinya marah". Jadi Kutorenon sendiri berarti kota yang dibangun karena marah. Nah dari sinilah awal ketidak cocokan 2 kerajaan besar di tanah Jawa yaitu Majapahit dan Lamajang Tigang Juru. Namun selagi ada Arya Wiraraja, wilayah Lamajang ini tidak berani disentuh oleh Majapahit.
Baru setelah Arya Wiraraja meninggal pada tahun 1316 Masehi dan Nambi yang merupakan Maha Patih Majapahit sebagai salah satu putranya sedang menengok ke Lumajang disertai 7 pembesar utama kerajaan difitnah oleh Mahapati dan raja Jayanagara sebagai pengganti Raden Wijaya.
''[[Pararaton]]'' menyebutkan pada tahun 1316 terjadi pemberontakan [[Nambi]] di [[Lumajang]] terhadap [[Jayanagara]] raja kedua [[Majapahit]]. ''Kidung Sorandaka'' mengisahkan pemberontakan tersebut terjadi setelah kematian ayah [[Nambi]] yang bernama '''Pranaraja'''. Sedangkan, ''[[Pararaton]]'' dan ''Kidung Harsawijaya'' menyebut [[Nambi]] adalah putra Wiraraja. Menurut [[prasasti Kudadu]] (1294) Pranaraja tidak sama dengan Wiraraja.
Berdasarkan analisis [[Slamet Muljana]] menggunakan bukti [[prasasti Kudadu]] dan [[prasasti Penanggungan]] (dalam bukunya, Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya, 1979), Wiraraja lebih tepat sebagai ayah [[Ranggalawe]] dari pada ayah [[Nambi]]. (''Lihat'' [[Ranggalawe]])
▲Dalam versi lain disebutkan bahwa kekalahan Lamajang atau dikenal juga sebagai Lamajang Tigang juru telah menyebabkan perlawanan di kota-kota pelabuhannya seperti sadeng dan Patukangan (Panarukan) yang kemudian dikenal sebagai Perang Sadeng dan Ketha. Demikianpun ketika Hayam Wuruk melakukan perjalanan keliling daerah Lamajang pada tahun 1359 Masehi tidak berani singgah di bekas ibu kota Arnon (Situs Biting). Malah perlawanan daerah timur kembali bergolak ketika adanya perpecahan Majapahit menjadi barat dan timur dengan adanya "Perang Paregreg" pada tahun 1401-1406 Masehi.
* [[Slamet Muljana]]. 1979. ''Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya''. Jakarta: Bhratara
* [[Slamet Muljana]]. 2005. ''Menuju Puncak Kemegahan''. Yogyakarta: LKIS
|