Sejarah Timor Leste: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Pai Walisongo (bicara | kontrib)
Menolak perubahan teks terakhir (oleh 118.96.128.78) dan mengembalikan revisi 7070178 oleh Hysocc
Baris 11:
Selain Xavier, ada juga komandan sektor FRETILIN bernama [[Aquiles]] yang dinyatakan hilang di hutan (kemungkinan besar dibunuh oleh kelompok radikal FRETILIN). Istri komandan Aquilis sekarang ada di [[Baucau]] dan masih terus menanyakan kepada para komandan FRETILIN lain yang memegang kendali di sektor Timur pada waktu itu tentang keberadaan suaminya.
 
Selama perang saudara di Timor Leste dalam kurun waktu 3 bulan (September-November 1975) dan selama pendudukan Indonesia selama 24 tahun (1975-1999), lebih dari 200.000 orang dinyatakan meninggal (60.000 orang secara resmi mati di tangan FRETILINFRETILN menurut laporan resmi [[PBB]] namun tidak pernah ada pengadilan HAM atas FRETILIN dan petingginya). Selebihnya mati ditangan Indonesia saat dan sesudah invasi dan adapula yang mati kelaparan atau penyakit. Hasil [[CAVR]] menyatakan 183.000 mati di tangan tentara Indonesia karena keracunan bahan kimia dari bom-bom [[napalm]] (Padahal Indonesia tidak memiliki senjata kimia dan napalm), serta mortir-mortir.
 
Timor Leste menjadi bagian dari Indonesia tahun [[1976]] sebagai provinsi ke-27 setelah gubernur jendral Timor Portugis terakhir Mario Lemos Pires melarikan diri dari Dili setelah tidak mampu menguasai keadaan pada saat terjadi perang saudara. Portugal juga gagal dalam proses dekolonisasi di Timor Portugis dan selalu mengklaim Timor Portugis sebagai wilayahnya walaupun meninggalkannya dan tidak pernah diurus dengan baik.