Ca-bau-kan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
EmausBot (bicara | kontrib)
k Bot: Migrasi 1 pranala interwiki, karena telah disediakan oleh Wikidata pada item d:Q5015150
k penambahan kecil tionghoa peranakan
Baris 37:
Pada awal cerita, saat zaman kolonial [[Belanda]] di [[Batavia]], diceritakan latar belakang seorang wanita [[betawi]] muda. Dia kehilangan suaminya tak lama setelah menikah dan diusir dari keluarga mendiang suaminya saat sedang mengandung. Tragedi tersebut bertambah parah dengan gugurnya kandungan wanita tersebut yang diikuti dengan masuknya Dia ke dalam dunia [[prostitusi]] ''Ca-bau-kan'' atas dorongan Bibinya, Saodah ([[Lulu Dewayanti]]).
 
Cerita dimulai dari pulangnya Giok Lan ([[Niniek L. Karim]]), seorang wanita Indonesia lanjut usia yang dulu dipungut anak dan tinggal di [[Belanda]], ke Indonesia. Ia kembali ke Indonesia untuk mencari tahu asal usul dan latar belakang hidupnya dan keluarga sebenarnya. Ia akhirnya tahu bahwa Ibu kandungnya adalah wanita [[betawi]] pribumi tadi yang bernama Siti Noerhajati, yang kerap dipanggil Tinung ([[Lola Amaria]]), seorang ''Ca-bau-kan'' yang sering menghibur orang Tionghoa pada zaman kolonial Belanda di Indonesia. Ayah kandungnya adalah Tan Peng Liang, seorang pedagang tembakau peranakan [[Tionghoa peranakan]] dari [[Semarang]]. Mereka berdua adalah orang tua kandung dari Giok Lan, sang [[narator]] film.
 
Cerita berpindah ke masa lalu, pada tahun [[1933]]. Tinung menjadi seorang ''Ca-bau-kan'' di daerah [[Kalijodo]], [[Batavia]], dan tak lama kemudian Tinung pun menjadi sangat populer dan terkenal karena kecantikannya. Karena kecantikannya tersebut, Tinung sempat dijadikan wanita simpanan oleh seorang ''tauke'' (juragan) pisang Tionghoa berperangai kasar yang bernama Tan Peng Liang ([[Moeljono]]). Tinung hidup dengan nyaman dan bahkan mengandung anak lagi. Namun kemudian Tinung melarikan diri karena tidak tahan dengan lingkungan rumah Tan Peng Liang yang diwarnai kekerasan.<br />
 
Tinung kemudian melanjutkan profesinya sebagai wanita penghibur di Kalijodo, namun tak bertahan lama karena kondisinya yang berbadan dua. Saodah yang juga bekerja sebagai penari [[cokek]] kemudian membawa Tinung dan memperkenalkan Tinung ke dunia tari dan nyanyi cokek di bawah naungan Njoo Tek Hong ([[Chossy Latu]]), seorang musisi Tionghoa. Dalam sebuah festival, dia bertemu dengan Tan Peng Liang ([[Ferry Salim]]), seorang [[pengusaha]] [[tembakau]] ''kiau[[Kiau-sengSeng]]'' (peranakan Tionghoa peranakan) dari [[Semarang]] yang sangat berbeda dengan Tan Peng Liang sebelumnya, dan mereka berdua pun saling menyimpan perasaan.<br />
 
Cerita berpindah ke Tan Peng Liang kedua yang namanya cepat melejit sebagai pengusaha tambakau sukses dan kaya di Batavia. Konflik persaingan pun mulai timbul antara Tan Peng Liang dengan ''Kong Koan'', sebuah dewan pengusaha besar Tionghoa di Batavia yang beranggotakan antara lain oleh Oey Eng Goan ([[Joseph Ginting]]), Thio Boen Hiap ([[Robby Tumewu]]), Lie Kok Pien ([[Stanley Worotikan]]), Kwee Tjwie Sien ([[Yongki Komaladi]]), Timothy Wu ([[Alvin Adam]]) dan [[pengacara]] Liem Kiem Jang ([[Henky Solaiman]]).<br />