Catur Maharaja Kayika: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Okkisafire (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Okkisafire (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
{{buddhisme}}
[[File:Guard statue in a Korean temple.jpg|thumb|250px|Arca Gwangmok Cheonwang ({{IAST|Virūpākṣa}}) dari Korea]]
Menurut [[Agama Buddha|kepercayaan Buddhis]], '''Catur Maharaja Kayika''' atau '''Empat Maharaja Langit''' adalah empat dewa yang masing-masing mengawasi salah satu [[mata angin]] dunia ini. Mereka adalah empat raja dewa, para jenderal dewa [[Sakra]] yang tinggal di keempat sisi Gunung Meru dan bertugas untuk menjaga dunia dari serangan roh-roh jahat ([[Asura]]).<ref name="dic">Buddhist Door. Akses=25 Juli 2013. [http://dictionary.buddhistdoor.com/en/word/64/catur-maharaja-kayika Buddhist Dictionary: catur-mahārāja-kāyika].</ref>
Baris 93 ⟶ 94:
Dalam Shurangama Sutra Bab VII disebutkan:
:"''Ananda, terdapat orang-orang yang tidak mencari sesuatu yang abadi karena mereka masih belum dapat melepaskan cinta mereka pada pasangannya masing-masing. Namun mereka tidak pula melakukan perzinahan sehingga pikiran mereka jernih dan terang. Setelah kematiannya mereka akan dilahirkan kembali di daerah dekat dengan matahari dan bulan yang disebut surga dari Empat Maharaja''."
 
 
Catur Maharaja Kayika adalah pengikut [[Sakra (Buddhisme)|{{IAST|Śakra}}]], pemimpin para dewa di [[Surga Trayastrimsa|{{IAST|Trāyastriṃśa}}]]. Setiap tanggal 8, 14, dan 15 penanggalan bulan, Catur Maharaja Kayika akan mengirim para utusan atau pergi sendiri untuk mengamati kebajikan dan moralitas yang terjadi di dunia manusia. Selanjutnya, mereka melaporkan hasil pengamatan mereka pada kumpulan dewa di {{IAST|Trāyastriṃśa}}.
 
Atas perintah Śakra, mereka dan para pengiringnya berjaga-jaga melindungi {{IAST|Trāyastriṃśa}} dari serangan lain para [[Asura (Buddhisme)|Asura]] yang bermaksud menghancurkan kerajaan para dewa. Mereka juga bersumpah untuk melindungi Buddha, [[Dharma (Buddhisme)|Dharma]], dan para pengikuti Buddha dari mara bahaya.
 
[[File:Fourheavenlykings4096x1360.jpg|center|thumb|500px|Arca Catur Maharaja Kayika. Dari kiri ke kanan: {{IAST|Vaiśravaṇa}}, {{IAST|Virūḍhaka}}, {{IAST|Dhṛtarāṣṭra}}, dan {{IAST|Virūpākṣa}}.]]
 
Menurut [[Vasubandhu]], para dewa yang lahir di surga '''Cāturmahārājika''' memiliki tinggi 1/4 '''krośa''' (sekitar 750 kaki atau 228,6 meter). Mereka berusia 500 tahun, setiap harinya setara dengan 50 tahun di dunia manusia; sehingga total usia mereka adalah sekitar sembilan juta tahun (sumber lain menyebutkan 90.000 tahun).
 
Lambang-lambang yang dibawa mereka juga menghubungkan mereka dengan para pengikutnya; misalnya [[Naga]], makhluk yang dapat mengubah wujud dari manusia dan ular, dipimpin oleh {{IAST|Virūpākṣa}}, ditampilkan oleh ular; [[bidadara|gandharva]] adalah pemusik surga, dipimpin oleh {{IAST|Dhṛtarāṣṭra}}, ditampilkan oleh [[pipa (alat musik)]]. Payung adalah lambang kedaulatan raja di India kuno, dan pedang adalah lambang kemahiran beladiri. Tupai milik {{IAST|Vaiśravaṇa}}, yang memuntahkan permata dari mulutnya, merupakan lambang kemurahan hati dan kebalikan dari keserakahan.
 
===Mahayana China===
[[Berkas:Patung Guan Yin Pu Sa diapit Long Nu dan San Cai, bersama 4 Maharaja dan sepasang naga sebagai penghias gerbang samudra Klenteng Sanggar Agung Surabaya.jpg|thumb|right|300px|Patung Catur Maharaja Kayika mengapit [[Kwan Im]] di Klenteng [[Sanggar Agung]], Surabaya.]]
Patung Catur Maharaja Kayika seringkali menjadi penghias kuil-kuil [[agama Buddha]] atau [[kelenteng]].
 
===Jepang===
[[File:Chomyo Komokuten.jpg|thumb|right|Lukisan Kōmokuten ({{IAST|Virūpākṣa}}), Pelindung Barat, dari abad ke-13 Masehi.]]
{|border="0" cellspacing="5"
|
|align = "center"|[[Vaisravana|Tamon-ten]]
(utara)
|
|-
|align = "center"|[[Virūpākṣa|Kōmoku-ten]]
(barat)
|align = "center"|'''Raja-Raja Langit'''<br>(Jepang)
|align = "center"|[[Dhṛtarāṣṭra|Jikoku-ten]]
(timur)
|-
|
|align = "center"|[[Virūḍhaka|Zōjō-ten]]
(selatan)
|
|}
 
<gallery caption="Patung Empat Maharaja Langit dari [[Jikō-ji]], [[Takasago, Hyōgo|Takasago]], [[Hyōgo Prefecture|Hyōgo]], [[Jepang]].
" perrow="4">
Image:Jikoji jikokuten.JPG|Jikoku-ten (timur)
Image:Jikoji zochoten.JPG|Zōjō-ten (selatan)
Image:Jikoji komokuten.JPG|Kōmoku-ten (barat)
Image:Jikoji tamonten.JPG|Tamon-ten (utara)
</gallery>
 
==Keempat Maharaja Langit==
Baris 203 ⟶ 247:
|barat
|}
 
==Lihat pula==
 
==Referesi==
{{refbegin}}
* Chaudhuri, Saroj Kumar. ''Hindu Gods and Goddesses in Japan''. New Delhi: Vedams eBooks (P) Ltd., 2003. ISBN 81-7936-009-1.
* Nakamura, Hajime. ''Japan and Indian Asia: Their Cultural Relations in the Past and Present''. Calcutta: Firma K.L. Mukhopadhyay, 1961. Pp.&nbsp;1–31.
* Potter, Karl H., ed. ''The Encyclopedia of Indian Philosophies'', volume 9. Delhi: Motilal Banarsidass, 1970–. ISBN 81-208-1968-3, ISBN 81-208-0307-8 (set).
* Thakur, Upendra. ''India and Japan: A Study in Interaction During 5th cent.–14th cent. A.D.''. New Delhi: Abhinav Publications, 1992. ISBN 81-7017-289-6. Pp.&nbsp;27–41.
{{refend}}
 
{{Buddhisme-topik}}
{{buddha-stub}}
[[Kategori:Buddhisme]]
[[Kategori:Dewa-Dewi Taoisme]]