Alienasi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Addbot (bicara | kontrib)
k Bot: Migrasi 23 pranala interwiki, karena telah disediakan oleh Wikidata pada item d:q545825
Trendingtopiq (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 6:
Keterasingan terjadi jika semakin banyaknya modal terkumpul untuk Kapitalis, dan semakin miskin pula si Buruh akibat dari hasil eksploitasi si kapitalis. Artinya si kapitalis menimbun banyak harta yang sebenarnya merupakan [[Nilai Lebih]] barang yang telah diciptakan si buruh. Karena buruh tidak memiliki kekuasaan untuk menjual barang tersebut seperti layaknya yang dilakukan kapitalis, maka si kapitalis yang memiliki hak untuk menjual barang tersebutlah yang akan mendapat nilai lebih tersebut.
 
Jika [[nilai lebih]] ini diakumulasikan dengan apa yang di dapat si buruh -baca [[gaji]]-, akan memunculkan variabel yang berbalik. Dimana si buruh akan menjadi lebih murah atau tak berharga saat nilai lebih dari barang-barang yang dia buat jauh lebih tinggi dan tidak sepadan dengan nilai yang ia dapat. Hal tersebut akan memunculkan keadaan yang disebut Karl Marx sebagai [[obyektivikasi]] (''Vergebrtandlichung'') atau bisa dibilang buruh dijadikan obyek dalam satuan modal di mata kapitalis, bukan sebagai subyek atau pencipta benda.
 
Pengendalian kapitalis terhadap apa yang diciptakan buruh dan keadaan sistem kemasyarakatan yang tidak mendukungnya akan memunculkan sebuah kekuatan eksternal yang memaksanya. Kekuatan tersebut seakan-akan (bagi buruh) memusuhinya. Artinya, sebagai ''[[barang modal]]'' milik kapitalis, buruh tak lain dianggap sebagai budak dan bisa dipakai oleh si kapitalis asal dalam batas-batas perjanjian atas buruh dan si majikan yang pro-keuntungan si majikan dan bukan perjanjian yang ''balanced'', sering ini menjadi sebagai perangkap kerja buat si buruh karena buruh yang tak punya tak punya pilihan lain selain menerima perjanjian tersebut. Dengan kata lain, produk kerja dari kaum buruh tidak menjadi kepunyaanya dan bersifat eksternal.
 
Pandangan tentang alienisasi tak lepas dari kritik Karl Marx terhadap [[Ludwig Feuerbach]], seorang filsuf di eranya. Namun Marx berfikir justru lebih konkrit dari pada Feuerbach. Ada beberapa dimensi utama dari pembaharuan Marx tentang keterasingan
 
1. Si Buruh tidak mempunyai kuasa untuk memasarkan produk-produknya, dikarenakan itu akan menjadi hak kapitalis, sehingga dia tidak akan menadikmenarik keuntungan dari produk tersebut. Dalam prinsip [[ekonomi pasar]] bahwa produk yang dipertukarkan akan diawasi oleh [[pasar]]. Bahkan buruh juga menjadi sebuah komoditi yang diperjualkan di pasaran dan tidak bisa mengatur sendiri nasib benda yang ia produksi.
 
2. Si buruh terasing dengan pekerjaanya sendiri. DimanaDi mana tugas kerja tidak memberi kepuasan hati yang hakiki, yang mana buruh tidak diberi kesempatan untuk mengatur keadaan fisik atau batin dirinya sendiri sebab dikuasai oleh kekuatan eksternalnya.
 
3. Pola hubungan sosial membawa buruh menkadi terasing secara langsung dari percabangan-percabangan sosial. Dalam hal ini hubungan masyarakat cenderung disederhanakan menjadi kegiatan-kegiatan pasar. [[Uang]] meningkatkan rasionalisasi pola hubungan sosial, karena ia menjadi standar abstrak dalam pengertian bahwa sifat-sifat yang paling [[heterogen]] dapat dibandingkan dan ditukarkan.
 
4. Manusia hidup dalam hubungan aktif dengan alam yang merupakan ekspresi dan hasil hubunganya dan menjadi pembeda anatraantara manusia dengan hewan. Pekerjaan yang terasing lebih menurunkan kegiatan produktif manusia ke tingkat adaptasi pada alam, layaknya hewan. Padahal yang membedakan antara keduanya adalah sikap kecakapan mereka dalam mengarungi hidup.
 
Dalam keagamaan, Marx menganggap bahwa keterasingan bisa diciptakan dalam fase kepercayaan manusia atas fantasi ketuhanan mereka. Marx menganggap bahwa [[agama]] adalah sebuah candu yang akan memberi pengaruh fantasi akan hari depan sebagai sebuah harapan subsitusi kehidupanya saat ini. Agama juga kadang-kadang sebagai alasan suatu gerakan eksploitasi masyarakat yang menyudutkan gerakan buruh memihak hak-hak kerjanya, tentu ini harus diartikan secara kontekstual. Memang beberapa pemuka agama melakukan hal-hal pesanan tersebut, inilah yang membuat ''orang-orang kepercayaan dan mengkhianati kepercayaan'' para buruh ini menjadi ular berkepala dua guna mendapatkan keuntungan pribadinya. Namun, gerakan kaum agama yang mendukung buruhpun juga terhitung. Merekalah yang mencoba untuk mengembalikan pemikiran masyarakat dan dengan ajaran mereka, buruh atau siapapun yang terbilang proletar tidak perlu mengkhawatirkan agama hanya akan menjadi fantasi subsitusi mereka melainkan sebagai sebuah gerakan yang akan membuat mereka lebih baik dan punya ''nilai lebih perundingan'' di hadapan si majikan.
 
== Referensi ==