Paku Alam II: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Den Mazze (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Den Mazze (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
'''RT Notodiningrat''' dilahirkan [[25 Juni]] [[1786]] (versi lain [[1785]]) di [[Yogyakarta]]. Beliau adalah putera pertama BPH Notokusumo ([[Paku Alam I]]). Kiprah RT Notodiningrat dalam kancah politik telah dilakukan ketika masih muda. Ketika terjadi intrik di istana beliau sempat diangkat menjadi sekretaris istana oleh pamannya, Sultan Sepuh. Notoningprang juga turut dibuang bersama ayahnya ke [[Semarang]] dan [[Batavia]]. Selama pemerintahan [[Paku Alam I]] beliau sudah mendampingi ayahnya memerintah.
 
Pada 1814 beliau dilantik menjadi Pangeran Suryaningrat. Setelah ayahanda mangkat, maka pada 31 Desember 1829 sang pangeran ditahtakan sebagai '''Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Suryaningrat'''. Melalui '''[[[perjanjian politik 1831-1832-1833]]''' dengan Pemerintah [[Hindia Belanda]], KGP Adipati Suryaningrat dikukuhkan menjadi '''Kanjeng Gusti Pangeran Adipati (KGPA) Paku Alam II'''. Dalam masa pemerintahannya ditandai dengan apresiasi yang tinggi dari beliau terhadap kesenian dan kesusastraan disamping meletakkan dasar pemerintahan Kadipaten Pakualaman. Kebudayaan menemukan wujud yang baru dalam kadipaten walaupun tidak meninggalkan pokoknya.
 
Perlu dicatat bahwa Paku Alam II dari garwa padmi (permaisuri) mendapat empat orang putra. Sementara keseluruhan putra-putri beliau berjumlah 16 orang. Pada waktu beliau naik tahta putra sulungnya yang bernama GPH Suryoputro telah wafat. Putra kedua yaitu GPH Suryaningrat terganggu ingatannya karena terlalu mendalami soal mistik. Putra yang ketiga GPH Nataningprang mendampingi beliau dalam memegang tampuk pemerintahan dan merupakan tulang punggungnya. Namun putra ketiga ini mendahului meninggal dunia pada 1857. Dengan demikian putra terakhirnya, GPH Sasraningrat, yang menggantikan membantu tampuk pemerintahan sekaligus pewaris tahta berikutnya. Akhirnya KGPA Paku Alam II mangkat pada [[23 Juli]] [[1858]] setelah bertahta sekitar 30 tahun dan dimakamkan di [[Kota Gede Yogyakarta]].