Kredo Athanasius: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Benedetto (bicara | kontrib)
←Membuat halaman berisi 'Credo Athanasius atau Pengakuan Iman Athanasius adalah salah satu rumusan iman yang otoritasnya diakui oleh Gereja Katolik dan beberapa denominasi Protestan. ==...'
 
Benedetto (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 5:
 
Credo Athanasius, yang juga dikenal sebagai Quicumque Vult, secara resmi diucapkan pada Ofisi Suci bagian Prima hari Minggu dan pada upacara eksorsisme dalam Ritus Romawi. Credo ini diucapkan setiap hari pada devosi pagi dalam Ritus Ambrosian dan Ritus Sarum. Credo ini merupakan salah satu dari empat credo resmi Gereja Katolik.
 
Gereja Anglikan dan beberapa denominasi Protestan secara resmi menerima otoritas credo ini. Secara tersurat, Credo Athanasius disebutkan dalam Pengakuan Iman Augsburg, Formula Concordia, Tigapuluh Sembilan Artikel, Pengakuan Iman Helvetic Kedua, Pengakuan Iman Belgia, dan Pengakuan Iman Bohemia.
Gereja Ortodoks Timur tidak pernah secara resmi mengakui otoritas credo ini. Karena itu di timur, credo ini hanya digunakan untuk devosi pribadi, setelah membuang frasa “dan Putra” dari kalimat “Roh Kudus adalah dari Bapa dan Putra”.
Baris 12 ⟶ 13:
 
Menurut tradisi, St. Athanasius, Patriark Alexandria (memerintah pada tahun 328 – 373), adalah penyusun credo ini. Contoh penggunaan tertua Credo Athanasius terdapat dalam kanon pertama [[Sinode]] Autun (sekitar tahun 670), dimana credo ini disebut : Iman St. Athanasius. Walaupun perdebatan mengenai penyusun credo ini telah mengemuka pada Abad XVI, Gerhard Voss, seorang humanis berkebangsaan Belanda, dalam bukunya yang berjudul De Tribus Symbolis, menunjukkan kemustahilan hubungan antara isi credo ini dengan zaman ketika St. Athanasius hidup. Voss menerbitkan penemuannya itu pada tahun 1642. Sejak itu, para sarjana Katolik dan Protestan membenarkan pendapat Voss. Salah satu di antara beberapa petunjuk hal itu adalah, dari susunan bahasanya Credo Athanasius jelas merupakan sebuah credo yang aslinya ditulis dalam Bahasa Latin, sedangkan St. Athanasius merupakan Bapa Gereja Yunani, karena dia menulis karya-karyanya dalam Bahasa Yunani. Terlebih lagi, credo ini tidak mengandung istilah-istilah teologis yang identik dengan St. Athanasius (seperti istilah homoousion), tetapi mengandung istilah-istilah yang umum di Gereja Barat (seperti istilah filioque). Selain itu, credo ini tidak pernah dikenal di Gereja Timur sampai Abad XII.
 
Beberapa orang menganggap St. Ambrosius, [[Uskup]] Milan sebagai penyusunnya, tetapi beberapa orang lain telah diusulkan sebagai penyusun credo ini oleh banyak pihak tanpa kesepakatan di antara mereka. Di antara mereka yang dianggap sebagai penyusun credo ini adalah St. Hilarius, Eusebius dari Vercelli, dan Vigilius. Teori saat ini menyimpulkan bahwa credo ini disusun di daerah Perancis Selatan pada Abad V. Pada tahun 1940, Excerpta karya St. Vincentius dari Lerins ditemukan (tulisan hiasan 440 : quod ubique, quod semper, quod ab omnibus creditum est), dan karya ini mengandung banyak kutipan Credo Athanasius. Dengan demikian, baik St. Vincentius ataupun salah seorang pengagumnya, dapat dianggap sebagai penyusun credo ini. Salinan paling awal yang diketahui terdapat dalam sebuah pendahuluan kumpulan kotbah Caecarius dari Arles (meninggal tahun 542).
 
Baris 20 ⟶ 22:
 
Quicumque vult salvus esse, ante ómnia opus est, ut téneat cathólicam fidem: Quam nisi quisque íntegram inviolatámque serváverit, absque dúbio in ætérnum períbit. Fides autem cathólica hæc est:
 
ut unum Deum in Trinitáte, et Trinitátem in unitáte venerémur. Neque confundéntes persónas, neque substántiam separántes. Alia est enim persóna Patris, ália Fílii, ália Spíritus Sancti: Sed Patris, et Fílii, et Spíritus Sancti una est divínitas, æquális glória, coætérna majéstas.
 
Qualis Pater, talis Fílius, talis Spíritus Sanctus. Increátus Pater, increátus Fílius, increátus Spíritus Sanctus. Imménsus Pater, imménsus Fílius, imménsus Spíritus Sanctus. Ætérnus Pater, ætérnus Fílius, ætérnus Spíritus Sanctus. Et tamen non tres ætérni, sed unus ætérnus. Sicut non tres increáti, nec tres imménsi, sed unus increátus, et unus imménsus.
 
Simíliter omnípotens Pater, omnípotens Fílius, omnípotens Spíritus Sanctus. Et tamen non tres omnipoténtes, sed unus omnípotens.
 
Ita Deus Pater, Deus Fílius, Deus Spíritus Sanctus. Et tamen non tres Dii, sed unus est Deus.
 
Ita Dóminus Pater, Dóminus Fílius, Dóminus Spíritus Sanctus. Et tamen non tres Dómini, sed unus est Dóminus.
 
Quia, sicut singillátim unamquámque persónam Deum ac Dóminum confitéri christiána veritáte compéllimur: ita tres Deos aut Dóminos dícere cathólica religióne prohibémur.
 
Pater a nullo est factus: nec creátus, nec génitus. Fílius a Patre solo est: non factus, nec creátus, sed génitus. Spíritus Sanctus a Patre et Fílio: non factus, nec creátus, nec génitus, sed procédens. Unus ergo Pater, non tres Patres: unus Fílius, non tres Fílii: unus Spíritus Sanctus, non tres Spíritus Sancti.
 
Et in hac Trinitáte nihil prius aut postérius, nihil majus aut minus: sed totæ tres persónæ coætérnæ sibi sunt et coæquáles. Ita ut per ómnia, sicut jam supra dictum est, et únitas in Trinitáte, et Trínitas in unitáte veneránda sit.
 
Qui vult ergo salvus esse, ita de Trinitáte séntiat.
 
Sed necessárium est ad ætérnam salútem, ut Incarnatiónem quoque Dómini nostri Jesu Christi fidéliter credat. Est ergo fides recta, ut credámus et confiteámur,
quia Dóminus noster Jesus Christus, Dei Fílius, Deus et homo est.
 
Deus est ex substántia Patris ante sæcula génitus: et homo est ex substántia matris in sæculo natus. Perféctus Deus, perféctus homo: ex ánima rationáli et humána carne subsístens. Æquális Patri secúndum divinitátem: minor Patre secúndum humanitátem. Qui, licet Deus sit et homo, non duo tamen, sed unus est Christus. Unus autem non conversióne divinitátis in carnem, sed assumptióne humanitátis in Deum. Unus omníno, non confusióne substántiæ, sed unitáte persónæ.
 
Nam sicut ánima rationális et caro unus est homo: ita Deus et homo unus est Christus. Qui passus est pro salúte nostra: descéndit ad ínferos: tértia die resurréxit a mórtuis. Ascéndit ad cælos, sedet ad déxteram Dei Patris omnipoténtis: inde ventúrus est judicáre vivos et mórtuos.
 
Ad cujus advéntum omnes hómines resúrgere habent cum corpóribus suis: et redditúri sunt de factis própriis ratiónem. Et qui bona egérunt, ibunt in vitam ætérnam: qui vero mala, in ignem ætérnum.
Hæc est fides cathólica, quam nisi quisque fidéliter firmitérque credíderit, salvus esse non póterit.
Baris 42 ⟶ 57:
 
Barangsiapa ingin diselamatkan, harus memegang iman katolik di atas segalanya; jika seseorang tidak menjaganya dengan jujur dan murni, dia akan binasa. Iman katolik yaitu :
 
Kita menyembah satu Allah dalam [[Tritunggal]] dan Tritunggal dalam Satu; tanpa mencampur pribadi-pribadi, tanpa memisahkan hakikat. Sebab pribadi Bapa adalah lain; pribadi Putra adalah lain; pribadi [[Roh Kudus]] adalah lain; tetapi ke-Allahan Bapa, Putra dan Roh Kudus satu, dan sama dalam kemuliaan, dan kehormatan yang sama dan kekal.
 
Sedemikian Bapa, demikian juga Putra dan demikian juga Roh Kudus. Bapa tidak diciptakan, Putra tidak diciptakan, dan Roh Kudus tidak diciptakan; Bapa tidak terhingga, Putra tidak terhingga, dan Roh Kudus tidak terhingga; Bapa adalah kekal, Putra adalah kekal dan Roh Kudus adalah kekal; meskipun demikian tidak ada tiga yang kekal tetapi satu yang kekal; tidak ada tiga yang tidak diciptakan dan yang tidak terhingga tetapi satu yang tidak diciptakan dan satu yang tidak terhingga.
 
Demikian juga Bapa mahakuasa, Putra mahakuasa dan Roh Kudus mahakuasa; meskipun demikian tidak ada tiga yang mahakuasa tetapi satu yang mahakuasa.
 
Demikian juga Bapa adalah Allah, Putra adalah Allah, dan Roh Kudus adalah Allah; meskipun demikian tidak ada tiga Allah tetapi satu Allah.
 
Demikian juga Bapa adalah Tuhan, Putra adalah Tuhan, dan Roh Kudus adalah Tuhan; meskipun demikian tidak ada tiga Tuhan tetapi satu Tuhan.
 
Seperti kita diperintahkan oleh kebenaran kristen untuk menyebut setiap pribadi adalah Allah dan Tuhan, demikian juga kita dilarang oleh iman katolik untuk mengatakan ada tiga Allah dan Tuhan.
 
Bapa tidak dijadikan siapapun dan tidak diciptakan dan tidak dilahirkan. Putra berasal dari Bapa, tidak dijadikan dan tidak diciptakan, tetapi dilahirkan. Roh Kudus adalah dari Bapa dan Putra; tidak dijadikan, tidak diciptakan dan tidak dilahirkan, tetapi keluar; maka ada satu Bapa, bukan tiga Bapa, satu Putra, bukan tiga Putra, dan satu Roh Kudus bukan tiga Roh Kudus.
 
Dan dalam Tritunggal tidak ada yang lebih dahulu atau lebih kemudian, tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah, tetapi ketiga pribadi sama kekal dan sama sederajat; sehingga di segala tempat, seperti dinyatakan di atas, Tritunggal dalam kesatuan dan kesatuan dalam Tritunggal harus disembah.
 
Barangsiapa ingin diselamatkan harus demikian kepercayaannya mengenai Tritunggal.
 
Perlu juga bagi hidup kekal bahwa orang percaya dengan sungguh, bahwa Tuhan kita Yesus Kristus telah menjadi manusia. Iman yang benar, karena itu yang kita percaya dan akui yaitu :
Tuhan kita, Yesus Kristus, Putra Allah, adalah Allah dan manusia.
 
Dia adalah Allah dari hakikat Bapa-Nya, dilahirkan sebelum segala zaman, dan Dia adalah manusia dari hakikat ibu-Nya, dilahirkan di dalam zaman; Allah sempurna dan manusia sempurna, dengan jiwa berakal dan tubuh manusiawi, setara dengan Bapa dalam ke-Allahan-Nya, lebih rendah dari Bapa dalam kemanusiaan-Nya. Meskipun Dia adalah Allah dan manusia, Dia bukan dua tetapi satu Kristus, Dia satu bukan dengan mengubah ke-Allahan-Nya menjadi daging, tetapi dengan mengenakan kemanusian-Nya dalam ke-Allahan, Dia satu bukan dengan mencampur hakikat tetapi dengan kesatuan pribadi.
 
Seperti jiwa berakal dan tubuh adalah satu manusia, demikian juga Allah dan manusia adalah satu Kristus, yang menderita sengsara untuk keselamatan kita, turun ke tempat penantian, dan pada hari ketiga bangkit dari antara orang mati, naik ke surga, dan duduk di sebelah kanan Allah, Bapa Mahakuasa, dari sana Dia akan datang untuk mengadili orang hidup dan mati.
 
Pada hari kedatangan-Nya semua orang akan bangkit dengan badannya dan mereka akan mempertanggungjawabkan perbuatan mereka masing-masing : dan yang telah berbuat baik akan masuk ke dalam hidup yang kekal, dan yang telah berbuat jahat akan masuk ke dalam api yang kekal.
Inilah iman katolik; barangsiapa tidak menjaganya dengan setia dan kuat, dia tidak dapat diselamatkan.