Tragedi Bubat: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Hadiyana (bicara | kontrib)
Perubahan redaksional
Hadiyana (bicara | kontrib)
menambahkan petikan kejadian dalam naskah Pararaton
Baris 3:
Kejadian tragedi ini bersumber dari naskah-naskah kuno ''[[Kidung Sunda]]'', ''[[Kidung Sundayana]]'', [[Carita Parahiyangan]], dan ''[[Pararaton|Serat Pararaton]]''.
 
== VersiTragedi Bubat dalam Kidung Sunda ==
'''Kidung Sunda''' adalah sebuah karya sastra dalam [[bahasa Jawa|bahasa Jawa Pertengahan]] berbentuk ''[[tembang]]'' (syair) dan naskahnya ditemukan di Bali. Dalam kidung ini dikisahkan prabu [[Hayam Wuruk]] dari [[Majapahit]] yang ingin mencari seorang permaisuri, kemudian beliau menginginkan putri Sunda yang dalam cerita ini tidak disebutkan namanya. Setelah adanya surat lamaran dari Hayam Wuruk maka pergilah rombongan Raja Sunda ke Majapahit. Namun patih [[Gajah Mada]] tidak suka karena menganggap [[Kerajaan Sunda]] harus tunduk kepada Majapahit. Kemudian terjadi pertempuran yang tidak seimbang antara rombongan pengantin Sunda dengan prajurit Majapahit di Bubat, pelabuhan tempat berlabuhnya rombongan Sunda. Dalam pertempuran yang tidak seimbang ini rombongan Kerajaan Sunda dibantai dan putri Sunda yang merasa pilu akhirnya bunuh diri.
 
Baris 34:
Pertempuran dahsyat berkecamuk, pasukan Majapahit banyak yang gugur. Tetapi karena kalah jumlahnya, akhirnya hampir semua anggota rombongan pengantin [[Kerajaan Sunda]] tewas oleh pasukan Majapahit. Patih kerajaan Sunda, Anepakěn, dikalahkan oleh Gajah Mada sedangkan Raja Sunda ditewaskan oleh besannya sendiri, Raja Kahuripan dan Daha. Pitar adalah satu-satunya anggota rombongan yang masih hidup karena pura-pura mati di antara mayat-mayat anggota rombongan pengantin Kerajaan Sunda. Kemudian ia lolos dan melaporkan keadaan kepada permaisuri dan putri Sunda. Mereka bersedih hati dan kemudian sesuai ajaran [[Hindu]] mereka melakukan belapati (bunuh diri). Semua istri para perwira Sunda pergi ke medan perang dan melakukan bunuh diri massal di atas jenazah-jenazah suami mereka.
 
== VersiTragedi Bubat dalam Carita Parahiyangan ==
[[Carita Parahiyangan]] merupakan nama suatu [[naskah]] [[Sunda]] kuna yang dibuat pada akhir [[abad ke-16]], yang menceritakan sejarah Tanah Sunda. Naskah ini merupakan bagian dari naskah yang ada pada koleksi [[Museum Nasional Indonesia]], di [[Jakarta]], dengan nomor register Kropak 406. Naskah ini terdiri dari 47 lembar daun lontar ukuran 21 x 3 cm, yang dalam tiap lembarna diisi tulisan 4 baris. Aksara yang digunakan dalam penulisan naskah ini adalah [[aksara Sunda]].
 
Baris 44:
 
:''Karena anak, Prabu Maharaja yang menjadi raja selama tujuh tahun, kena bencana, terbawa celaka oleh anaknya, karena Putri meminta terlalu banyak. Awalnya mereka pergi ke Jawa, sebab putri tidak mau bersuami orang Sunda. Maka akhirnya diperangi di Majapahit.''
 
== Tragedi Bubat dalam Pararaton ==
 
Naskah Pararaton menceritakan peristiwa Bubat hampir sama dengan Kidung Sunda tapi tidak menyebutkan bahwa Dyah Pitaloka Citraresmi dan para wanita yang tersisa melakukan bunuh diri. Dalam naskah ini juga disebutkan tahun terjadinya tragedi ini. Petikan naskah yang terkait dengan peritiwa ini adalah sebagai berikut:
 
Seri Baginda Prabu mengingini puteri Sunda. Patih Madu mendapat perintah menyampaikan permintaan kepada orang Sunda, orang Sunda tidak berkeberatan mengadakan pertalian perkawinan.
 
Raja Sunda datang di Majapahit, ialah Sang Baginda Maharaja, tetapi ia tidak mempersembahkan puterinya.
Orang Sunda bertekad berperang, itulah sikap yang telah mendapat sepakat, karena Patih Majapahit keberatan jika perkawinan dilakukan dengan perayaan resmi, kehendaknya ialah agar puteri Sunda itu dijadikan persembahan. Orang Sunda tidak setuju. Gajah Mada melaporkan sikap orang-orang Sunda.
 
Baginda di Wengker menyatakan kesanggupan: "jangan khawatir, kakak Baginda, sayalah yang akan melawan berperang."
Gajah Mada memberitahu tentang sikap orang Sunda. Lalu orang Majapahit berkumpul, mengepung orang Sunda.
Orang Sunda akan mempersembahkan puteri raja, tetapi tidak diperkenankan oleh bangsawan bangsawannya, mereka ini sanggup gugur dimedan perang di Bubat, tak akan menyerah, akan mempertaruhkan darahnya.
 
Kesanggupan bangsawan bangsawan itu mengalirkan darah, para terkemuka pada pihak Sunda yang bersemangat, ialah: Larang Agung, Tohaan Sohan, Tohaan Gempong, Panji Melong, orang-orang dari Tobong Barang, Rangga Cahot, Tohaan Usus, Tohaan Sohan, Orang Pangulu, Orang Saja, Rangga Kaweni, Orang Siring, Satrajali, Jagadsaja, semua rakyat Sunda bersorak.
 
Bercampur dengan bunyi bende, keriuhan sorak tadi seperti guruh. Sang Prabu Maharaja telah mendahului gugur, jatuh bersama sama dengan Tohaan Usus. Seri Baginda Parameswara menuju ke Bubat, ia tidak tahu bahwa orang-orang Sunda masih banyak yang belum gugur, bangsawan-bangsawan, mereka yang terkemuka lalu menyerang, orang Majapahit rusak. Adapun yang mengadakan perlawanan dan melakukan pembalasan, ialah: Arya Sentong, Patih Gowi, Patih Marga Lewih, Patih Teteg, dan Jaran Baya.
 
Semua menteri itu berperang dengan naik kuda, terdesaklah orang Sunda, lalu mengadakan serangan ke selatan dan ke barat, menuju tempat Gajah Mada, masing masing orang Sunda yang tiba dimuka kereta, gugur, darah seperti lautan, bangkai seperti gunung, hancurlah orang orang Sunda, tak ada yang ketinggalan, pada tahun saka: Sembilan Kuda Sayap Bumi.
 
== Penulisan ke Dalam Novel ==