Muhammad bin Shalih al-Utsaimin: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Yamjisaka (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Yamjisaka (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 21:
 
== Riwayat Ilmiyah ==
Syaikh Utsaimin kecil mulai belajar membaca [[Al-Qur'an]] kepada kakeknya (ayah dari ibunya) yaitu Syaikh Abdurrahman bin Sulaiman Ali ad-Damigh, hingga beliau hafal. Sesudah itu beliau mulai mencari ilmu dan belajar khat (ilmu tulis menulis), ilmu hitung, dan beberapa bidang ilmu sastra kepada kakeknya tersebut. Kemudian Syaikh Utsaimin melanjutkan belajarnya di Maktab (sekolah kecil) Syaikh Abdurrahman as-Sa'di, Syaikh Abdurrahman as-Sa’di menugaskan kepada dua orang orang muridnya untuk mengajar para junior (murid-muridnya yang masih kecil). Dua murid tersebut adalah Syaikh Ali ash-Shalihin dan Syaikh Muhammad bin Abdil Aziz al-Muthawwi'. Kepada yang terakhir ini (Syaikh Muhammad bin Abdil Aziz al-Muthawwi') beliau Syaikh Utsaimin mempelajari kitab ''"Mukhtasar Al-Aqidah Al-Wasithiyah"'' dan ''"Minhaju Salikhin fil Fiqh"'' karya Syaikh Abdurrahman as-Sa’di. Disamping itu, Syaikh Utsaimin juga belajar ilmu faraidh (waris) dan fiqh kepada Syaikh Abdurrahman bin Ali bin 'Audan. Sedangkan kepada guru utama beliau yaitu Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, beliau mengkaji masalah [[tauhid]], [[tafsir]], [[hadits]], [[fiqh]], ushul fiqh, faraidh, musthalahul hadits (ilmu-ilmu hadits), nahwu, dan sharaf.<ref>SCHOLARS BIOGRAPHIES: Shaykh Muhammad Ibn Saalih Ibn 'Uthaymeen (fatwa-online.com)</ref>
 
Syaikh Utsaimin termasuk murid yang memiliki kedudukan penting di sisi Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di. Ketika ayah Syaikh Utsaimin pindah ke Riyadh di usia pertumbuhan beliau, beliau pun ingin ikut bersama ayahnya. Oleh karena itu Syaikh Abdurrahman as-Sa’di mengirim surat kepada beliau: ''"Hal ini tidak mungkin, kami menginginkan Muhammad (Syaikh Utsaimin) tetap tinggal di sini agar ia bisa mengambil faidah (ilmu)."'' Syaikh Utsaimin berkata tentang gurunya ini: ''"Sesungguhnya aku merasa terkesan dengan beliau (Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di) dalam banyak cara beliau mengajar, menjelaskan ilmu, dan pendekatan kepada para pelajar dengan contoh-contoh serta makna-makna (yang baik). Demikian pula aku terkesan dengan akhlak beliau yang agung dan utama sesuai dengan kadar ilmu dan ibadahnya. Beliau senang bercanda dengan anak-anak kecil dan bersikap ramah kepada orang-orang besar. Beliau adalah orang yang paling baik akhlaknya yang pernah aku lihat (selama ini)."''