Kesultanan Melaka: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: menghilangkan bagian [ * ]
k ←Suntingan 112.215.66.113 (bicara) dikembalikan ke versi terakhir oleh EmausBot
Baris 46:
 
Kerajaan ini tidak meninggalkan bukti arkeologis yang cukup untuk dapat digunakan sebagai bahan kajian sejarah, namun keberadaan kerajaan ini dapat diketahui melalui [[Sulalatus Salatin]] dan kronik Cina masa [[Dinasti Ming]]. Dari perbandingan dua sumber ini masih menimbulkan kerumitan akan sejarah awal Malaka terutama hubungannya dengan perkembangan agama Islam di Malaka serta rentang waktu dari pemerintahan masing-masing raja Malaka. Pada awalnya [[Islam]] belum menjadi [[agama]] bagi masyarakat Malaka, namun perkembangan berikutnya Islam telah menjadi bagian dari kerajaan ini yang ditunjukkan oleh gelar [[sultan]] yang disandang oleh penguasa Malaka berikutnya.
 
== Pendirian ==
{{utama|Parameswara}}
Berdasarkan [[Sulalatus Salatin]] kerajaan ini merupakan kelanjutan dari [[Kerajaan Melayu]] di [[Singapura]], kemudian serangan [[Jawa]] dan [[Siam]] menyebabkan pusat pemerintahan berpindah ke [[Malaka]]. [[Kronik]] [[Dinasti Ming]] mencatat [[Parameswara]] sebagai pendiri Malaka mengunjungi [[Kaisar Yongle]] di [[Nanjing]] pada tahun 1405 dan meminta pengakuan atas wilayah kedaulatannya.<ref>{{cite book |last= Gungwu |first= Wang |title= Only connect!: Sino-Malay encounters |publisher= Eastern Universities Press |year= 2003 |id= ISBN 9812102434 }}</ref> Sebagai balasan upeti yang diberikan, [[Kaisar Cina]] menyetujui untuk memberikan perlindungan pada Malaka,<ref name="ASHM">{{cite book |last= Hooker |first= Virginia M. |title= A Short History of Malaysia: linking east and west |publisher= Allen & Unwin |year= 2003 |id= ISBN 1864489553 }}</ref> kemudian tercatat ada sampai 29 kali utusan Malaka mengunjungi Kaisar Cina.<ref>{{cite book |last= Cleary |first= Mark |coauthors= Kim Chuan Goh |title= Environment and development in the Straits of Malacca |publisher= Routledge |year= 2000 |id= ISBN 0415172438 }}</ref> Pengaruh yang besar dari relasi ini adalah Malaka dapat terhindar dari kemungkinan adanya serangan Siam dari utara, terutama setelah Kaisar Cina mengabarkan penguasa [[Kerajaan Ayutthaya|Ayutthaya]] akan hubungannya dengan Malaka.<ref name="Kong"/> Keberhasilan dalam hubungan diplomasi dengan Tiongkok memberi manfaat akan kestabilan pemerintahan baru di Malaka, kemudian Malaka berkembang menjadi pusat perdagangan di Asia Tenggara, dan juga menjadi salah satu pangkalan armada Ming.<ref name="ISAS"/><ref name="Wink">{{cite book |last= Wink |first= André |title= Indo-Islamic society, 14th-15th centuries |publisher= BRILL |year= 2004 |id= ISBN 9004135618 }}</ref>
 
Laporan dari kunjungan Laksamana [[Cheng Ho]] pada 1409, mengambarkan [[Islam]] telah mulai dianut oleh masyarakat Malaka,<ref name="Kong">Yuanzhi Kong, (2000), ''Muslim Tionghoa Cheng Ho: misteri perjalanan muhibah di Nusantara'', Yayasan Obor Indonesia, ISBN 9794613614</ref> sementara berdasarkan catatan Ming, penguasa Malaka mulai mengunakan gelar [[sultan]] muncul pada tahun 1455. Sedangkan dalam [[Sulalatus Salatin]] gelar sultan sudah mulai diperkenalkan oleh penganti berikutnya ''Raja Iskandar Syah'', tokoh yang dianggap sama dengan [[Parameswara]] oleh beberapa sejarahwan.<ref name="ISAS"/> Sementara dalam [[Pararaton]] disebutkan terdapat nama tokoh yang mirip yaitu ''Bhra Hyang Parameswara'' sebagai suami dari [[Majapahit|Ratu Majapahit]], [[Suhita|Ratu Suhita]]. Namun kontroversi identifikasi tokoh ini masih diperdebatkan sampai sekarang.
 
Pada tahun 1414 Parameswara digantikan putranya, [[Megat Iskandar Syah]],<ref name="ASHM"/> memerintah selama 10 tahun, kemudian menganut [[agama]] [[Islam]]<ref name="Pires">Cortesão, Armando, (1944), ''The Suma Oriental of Tomé Pires'', London: Hakluyt Society, 2 vols</ref> dan digantikan oleh ''Sri Maharaja'' atau [[Muhammad Syah dari Malaka|Sultan Muhammad Syah]]. Putra Muhammad Syah yang kemudian menggantikannya, Raja Ibrahim, mengambil gelar [[Sri Parameswara Dewa Syah]]. Namun masa pemerintahannya hanya 17 bulan, dan dia mangkat karena terbunuh pada 1445. Saudara seayahnya, Raja Kasim, kemudian menggantikannya dengan gelar [[Mudzaffar Syah dari Malaka|Sultan Mudzaffar Syah]].
 
== Hubungan dengan kekuatan regional ==