A.A. Navis: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 7:
Dunia sastra Indonesia kehilangan salah seorang sastrawan besar. Navis telah lama mengidap komplikasi jantung, asma dan diabetes. Dua hari sebelum meninggal dunia, ia masih meminta puterinya untuk membalas surat kepada [[Kongres]] [[Budaya]] [[Padang]] bahwa dia tidak dbisa ikut Kongres di [[Bali]]. Serta minta dikirimkan surat balasan bersedia untuk mencetak cerpen terakhir kepada [[Balai Pustaka]]. Ia meninggalkan satu orang isteri, Aksari Yasin, yang dinikahi tahun [[1957]] dan tujuh orang anak yakni Dini Akbari, Lusi Berbasari ,Dedi Andika, Lenggogini, Gemala Ranti, Rinto Amanda, dan Rika Anggraini, serta 13 cucu. Ia dikebumikan di Taman Pemakaman Umum (TPU) Tunggul Hitam, [[Padang]].
 
Sebelum dikebumikan, sejumlah tokoh, budayawan, seniman, pejabat, akademikus, dan masyarakat umum melayat ke rumah duka di Jalan Bengkuang Nomor 5, Padang. Di antaranya; Ketua Pengurus Pusat [[Muhammadiyah]] A Syafii Maarif, [[Gubernur]] [[Sumbar]] Zainal Bakar, mantan [[Menteri]] [[Agama]] Tarmizi Taher, dan mantan [[Gubernur]] Sumbar Hasan Basri Durin, serta penyair Rusli Marzuki Saria.wazuuuuup
 
Nama pria Minang yang untuk terkenal tidak harus merantau secara fisik, ini menjulang dalam sastra Indonesia sejak cerpennya yang fenomenal, ''Robohnya Surau Kami'', terpilih menjadi satu dari tiga [[cerpen]] terbaik majalah sastra Kisah, ([[1955]]). Sebuah cerpen yang dinilai sangat berani. Kisah yang menjungkirbalikkan logika awam tentang bagaimana seorang alim justru dimasukkan ke dalam neraka. Karena dengan kealimannya, orang itu melalaikan pekerjaan dunia sehingga tetap menjadi miskin.