Pikiran Rakyat: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k ←Suntingan 118.99.114.78 (bicara) dikembalikan ke versi terakhir oleh ZéroBot
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 15:
== Sejarah ==
Pada Bulan [[Januari]] [[1966]], di Kota Bandung terdapat sejumlah wartawan yang kehilangan pekerjaan, akibat Koran milik Bandung N.V.
bernama Pikiran Rakyat berhenti terbit. Koran yang pertama kali terbit pada [[30 Mei]] [[1950]] ini harus berhenti karena terlambat memenuhi ketentuan yang mengharuskan setiap Koran untuk berafiliasi dengan salah satu kekuatan politik atau memilih bergabung dengan Koran yang ditentukan Departemen Penerangan. Atas dorongan Panglima Kodam (Pangdam) Siliwangi Ibrahim Adjie pada waktu itu, wartawan-wartawan tadi yang diwakili Sakti Alamsyah dan Atang Ruswita menerbitkan Koran Angkatan Bersenjata edisi Jawa Barat yang berfaliasi dengan Harian Umum angkatan bersenjata yang terbit di [[Jakarta]] dengan surat izin terbit (SIT) No. 021/SK/DPHM/SIT/1966. Nomor perdana yang terbit pada [[24 Maret]] [[1966]] ini bertepatan dengan peringatan ke-20 peristiwa heroik Bandung Lautan Api. Namun belum genap setahun Koran ini terbit, Menteri Penerangan mencabut kembali peraturannya tentang keharusan berafiliasi. Pangdam Siliwangi pun serta merta melepas sepenuhnya ketergantungan Koran ini dengan Kodam. Seiring dengan keputusan ini pulalah, terhitung [[24 Maret]] [[1967]], Harian Angkatan Bersenjata edisi Jawa Barat berganti nama menjadi Harian Umum Pikiran Rakyat juga dikenal dengan singkatan PR hingga saat ini. Enam tahun pertama sejak masa kelahirannya, bisa dikatakan merupakan masa-masa penuh keprihatinan. Kantor maupun peralatan cetak dan tulis bukanlah milik Pikiran Rakyat. Pada masa ini, oplah Pikiran Rakyat pun tak pernah lebih dari 20200.000 eksemplar per harinya. Namun berkat kegigihan dan keuletan yang didasari jiwa idealisme para perintis saat itu, Pikiran Rakyat secara pasti terus mendapat tempat di hati pembacanya. Pada [[9 April]] [[1973]], bentuk badan hukumnya
diubah dari yayasan menjadi perseroan terbatas dengan nama PT Pikiran Rakyat Bandung.
Menyusul perubahan status perusahaan, Pikiran Rakyat pun segera menata diri. Nilai-nilai idealisme dan etika jurnalistiknya dipadukan dengan manajemen bisnis layaknya sebuah perusahaan modern. Pada awal tahun [[1974]], Pikiran Rakyat mencatat peristiwa penting. Untuk pertama kalinya perusahaan berhasil melengkapi diri dengan percetakan offset yang dibeli dari fasilitas PMDN dan bantuan BRI. Mesin cetak ini mampu mencetak koran sebanyak 25.000 eksemplar per jam. Sejak tahun itu pulalah Pikiran Rakyat terus melesat bak meteor mampu menembus dan tinggal landas menuju kepada perwujudan cita-cita yang maju dan berkembang baik secara kualitatif maupun kuantitatif.