Nasakom: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Yanu Tri (bicara | kontrib)
←Membatalkan revisi 6032012 oleh 202.152.204.41 (Bicara)
Yanu Tri (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
'''Nasakom''' adalah singkatan [[Nasionalis]], [[Agama]] dan [[Komunis]]. Konsep ini diperkenalkan oleh [[Soekarno]] Presiden pertama Republik [[Indonesia]] yang menekankan adanya persatuan dari segala macam ideology ideologi Nusantara untuk melawan penjajahan, dan sebagai pemersatu Bangsa untuk Revolusi rakyat dalam upaya memberantas kolonialisme di bumi [[Indonesia]].<ref>{{id}} {{cite web|url=http://golkar.or.id/blog/menyambut-kemerdekaan-ri-yang-ke-66-refleksi-sejarah-bangsa-indonesia-dalam-empat-periode|title=Menyambut Kemerdekaan RI yang ke-66: Refleksi Sejarah Bangsa Indonesia dalam Empat Periode|publisher=[[Golongan Karya]]|accessdate=2012-09-28}}</ref> Dengan penyatuan tiga konsep ini (Nasionalis, Agamis dan Komunis) [[Soekarno]] berusaha untuk mengajak segala komponen bangsa tanpa melihat segala perbedaan yang ada. Baik itu perbedaan Religius maupun suku dan budaya. Namun perlu diingat bahwa Nasakom bukan penjelmaan dari Pancasila, karena mengandung unsur penyatuan komunis terhadap agama. Dan paham komunis yang berasal dari Yahudi pun bertentangan dengan ajaran agama.
Teori Nasakom, telah lahir dan di rumuskan oleh [[Sukarno]] Sejak tahun 1926, yang waktu itu di istilahkan dengan tiga hal pokok yakni “Nasionalisme, Islamisme dan Marxisme. Yang pada intinya di persatukan dalam satu tujuan yaitu Gotong-royong (bekerja bersama-sama) untuk Revolusi Indonesia dalam melawan Imperialisme.
 
Namun ideologi ini runtuh ketika tragedi 30 september yang diduga adalah rekayasa kudeta yang dilakukan rezim Soeharto dengan memanfaatkan musuh politiknya (Partai Komunis Indonesia / PKI) yang kemudian di lakukan penghapusan pada partai tersebut dan di sertai dengan pembantaian rakyat indonesia yang terkait dengan partai tersebut yang di prediksi antara satu juta lebih jiwa yang terbantai pada peristiwa tersebut, dan merupakan pelanggaran HAM terberat sepanjang sejarah Indonesia.
 
== Referensi ==
{{reflist}}
 
{{indo-stub}}