Wawacan Sulanjana: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Gunkarta (bicara | kontrib)
Humboldt (bicara | kontrib)
pranala
Baris 48:
Sebelumnya disebutkan bahwa celeng (babi hutan) kembar Kalabuat dan Budug Basu terlahir dari telur pecah yang berasal dari air mata Antaboga, dan dua telur ini jatuh ke bumi. Kedua celeng ini diasuh oleh sapi Gumarang. Gumarang adalah sapi jejadian yang jahat sebagai hasil seekor sapi meminum air seni iblis Idajil, karena itulah sapi Gumarang bertabiat jahat. Setelah tumbuh dewasa, Kalabuat dan Budug Basu berusaha mencari saudari mereka dan menemukan makam Nyi Pohaci Sanghyang Asri. Mereka melingkari makam tujuh kali dan kemudian mati di atas makam saudarinya.
 
Sementara Dampo Awang dari tanah sebrang datang ke kerajaan Sunda dengan kapalnya untuk membeli beras. Karena padi dianggap suci oleh rakyat Sunda dan merupakan hadiah dari dewata, maka tak ada yang berani menjualnya. Prabu Siliwangi menolak menjual cimpanan beras di ''[[leuit]]'' ([[lumbung]]) di kerajaannya. Dampo Awang marah dan membalas dendam dengan membujuk Sapi Gumarang untuk menghancurkan tanaman padi di kerajaan Sunda.
 
Sapi Gumarang mengambil mayat celeng Kalabuat dan Budug Basu dari makam Pohaci dan membawanya keliling dunia. Secara ajaib mayat Kalabuat dan Budug Basu berubah wujud menjadi berbagai binatang: babi, celeng, tikus, serangga, dan berbagai jenis hama tanaman padi. Adalah sifat alamiah Kalabuat Budug Basu untuk bersatu dengan saudarinya, yaitu dengan cara memakan tanaman padi. Karena itulah celeng Kalabuat dan Budug Basu dianggap perwujudan [[hama]] perusak tanaman dalam kepercayaan tradisional Sunda.