Revisi per 15 Februari 2007 03.10 sunting 71.33.157.162 (bicara) Tidak ada ringkasan suntingan ← Revisi sebelumnya		Revisi per 15 Februari 2007 03.18 sunting balikkan 71.33.157.162 (bicara) Tidak ada ringkasan suntingan Revisi selanjutnya →
Baris 9: Ar-Raniri berperan penting saat berhasil memimpin ulama Aceh menghancurkan ajaran tasawuf falsafinya [[Hamzah al-Fansuri]] yang dikhawatirkan dapat merusak akidah umat Islam awam terutama yang baru memeluknya. Tasawuf falsafi berasal dari ajaran [[Al-Hallaj]], [[Ibn 'Arabi]], dan [[Suhrawardi]], yang khas dengan doktrin Wihdatul Wujud (Menyatunya Kewujudan) di mana sewaktu dalam keadaan ''sukr'' ('mabuk' dalam kecintaan kepada Allah Ta'ala) dan ''fana' fi''llah ('hilang' bersama Allah), seseorang wali itu mungkin mengeluarkan kata-kata yang lahiriahnya sesat atau menyimpang dari syariat Islam. Maka oleh mereka yang tidak mengerti hakikat ucapan-ucapan tersebut, ~~maka~~ dapat membahayakan akidah dan menimbulkan ~~fitna~~fitnah pada masyarakat Islam. Karena individu-individu tersebut ''syuhud'' ('menyaksikan') hanya Allah sedang semua ciptaan termasuk dirinya sendiri tidak wujud dan kelihatan. Maka dikatakan wahdatul wujud karena yang wajib wujudnya itu hanyalah Allah Ta'ala sedang para makhluk tidak berkewajiban untuk wujud tanpa kehendak Allah. Sama seperti bayang-bayang pada pewayangan kulit. Konstruksi wahdatul wujud ini jauh berbeda malah dapat dikatakan berlawanan dengan faham 'manunggaling kawula lan Gusti'. Karena pada konsep 'manunggaling kawula lan Gusti', dapat diibaratkan umpama bercampurnya kopi dengan susu-- maka substansi dua-duanya sesudah menyatu adalah berbeda dari sebelumnya. Sedangkan pada faham wahdatul wujud, dapat di umpamakan seperti satu tetesan air murni pada ujung jari yang dicelupkan ke dalam lautan air murni. Sewaktu itu, tidak dapat dibedakan air pada ujung jari dari air lautan. Karena semuanya 'kembali' kepada Allah.

Nuruddin al-Raniri: Perbedaan antara revisi