Suko Sudarso: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 58:
 
== Generasi Penerus ==
Salah satu figur dari keluarga besar Sudarso yang mencoba ikut terjun di dunia politik adalah '''Raden Mochammad Bagus Pratomo Ryagede'''. Cicit pria tertua Raden Sudarso Suryomijoyo yang dikenal sebagai tokoh pemuda dari [[Temanggung]] ini adalah seorang mahasiswa [[Teknik perminyakan]] di [[Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta]] (kini menjabat sebagai Sekretaris Jenderal I Himpunan Mahasiswa Teknik Perminyakan) yang tengah merintis langkah sebagai aktivis GMNI layaknya Suko ketika muda. Dialah

Bagus pendirimendirikan Komisariat GMNI UPN "Veteran" Yogyakarta sekaliguspada bertindaktahun 2010 dan duduk sebagai Ketua Komisariat nya hingga saat ini. Komisariat yang ia dirikan itu mengubah peta perpolitikan mahasiswa di Yogyakarta dengan menghadirkan figur-figur baru nasionalis dari kalangan mahasiswa Teknik.
 
Selain mulai aktif di dunia politik, Bagus juga dikenal sebagai seorang aktivis dakwah kampus. Hal ini bagi sebagian orang dinilai sebagai bentuk representasi sikap politik kakeknya (Suko) yang belakangan terlihat ingin menyatukan golongan nasionalis dan agamais.
 
Di lingkup keluarga, ia juga telah dipercaya untuk menduduki jabatan Ketua '''Garda Mangkunagaran''' (organisasi pemuda [[Pura Mangkunagaran]] Surakarta Hadiningrat) Wilayah Jawa Tengah dan DI Yogyakarta. Posisi yang bagimenurut dia membuat sikap politiknyahidupnya seimbang diantara ajaran Islam yang lugas, doktrin GMNI yang ''progressive''radikal dengandan ajaranpiwulang penuhJawa kesantunanyang alapenuh Jawakesantunan.
 
Pada tahun 2003 Bagus mencetuskan sebuah manifesto politik yang ia beri nama '''MANIS'''. MANIS adalah akronim dari [[Militerisme]], '''Agamisme''', [[Nasionalisme]], '''Intelektualisme''' dan [[Sosialisme]]. Ideologi yang ia rumuskan ini bertumpu pada keyakinan bahwa Indonesia akan mencapai kesejahteraan umum jika golongan militer, rohaniawan, nasionalis, intelektualis dan sosialis telah berada dalam satu koridor visi dalam membangun bangsa.