Aria Wiraraja: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Faiqnur (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
'''Aria Wiraraja''' atau '''Banyak Wide''' adalah tokoh pengatur siasat kejatuhan [[Kerajaan Singhasari]], kematian [[Kertanagara]], serta bangkitnya [[Raden Wijaya]] dalam usaha penaklukan [[Kadiri]] tahun 1293 dan pendirian [[Kerajaan Majapahit]].
 
== Aria Wiraraja dan Keruntuhan Singhasari ==
''Kidung Panji Wijayakrama'' dan ''Kidung Harsawijaya'' mengisahkan Arya Wiraraja semula menjabat sebagai ''rakryan demung'' pada masa pemerintahan [[Kertanagara]] di [[Singhasari]]. Namun karena sikapnya menentang politik luar negeri raja, ia pun dipindahkan menjadi bupati [[Sumenep]], di pulau [[Madura]].
 
Wiraraja merasa sakit hati. Ia mengetahui kalau [[Jayakatwang]] bupati Gelang-Gelang berniat memberontak, untuk membalas kekalahan leluhurnya, yaitu [[Kertajaya]] raja terakhir [[Kadiri]] yang digulingkan oleh [[Ken Arok]] pendiri [[Kerajaan Tumapel]] atau [[Singhasari]]. Wiraraja pun mengirim surat melalui putranya yang bernama '''Wirondaya''', yang berisi saran supaya [[Jayakatwang]] segera melaksanakan niatnya, karena saat itu sebagian besar tentara [[Singhasari]] sedang berada di luar [[Jawa]].
 
Maka pada tahun [[1292]], terjadilah serangan pasukan Gelang-Gelang terhadap ibu kota [[Singhasari]]. [[Kertanagara]] tewas di istana. [[Jayakatwang]] lalu membangun kembali negeri leluhurnya, yaitu [[Kadiri]] dan menjadi raja di sana.
 
== Persekutuan Aria Wiraraja dengan Raden Wijaya ==
Menantu [[Kertanagara]] yang bernama [[Raden Wijaya]] mengungsi ke [[Sumenep]] meminta perlindungan Aria Wiraraja. Semasa muda, Wiraraja pernah mengabdi pada [[Narasingamurti]] kakek [[Raden Wijaya]]. Maka, ia pun bersedia membantu sang pangeran untuk menggulingkan [[Jayakatwang]]. [[Raden Wijaya]] bersumpah ''jika ia berhasil merebut kembali takhta mertuanya, maka kekuasaannya akan dibagi dua, yaitu untuk dirinya dan untuk Wiraraja''.
 
Mula-mula Wiraraja menyarankan agar [[Raden Wijaya]] pura-pura menyerah ke [[Kadiri]]. Atas jaminan darinya, [[Raden Wijaya]] dapat diterima dengan baik oleh [[Jayakatwang]]. Sebagai bukti takluk, [[Raden Wijaya]] siap membuka '''Hutan Tarik''' di [[Tarik, Sidoarjo]], [[Jawa Timur]] menjadi kawasan wisata bagi [[Jayakatwang]] yang gemar berburu. [[Jayakatwang]] mengabulkannya. [[Raden Wijaya]] dibantu orang-orang [[Suku Madura|Madura]] kiriman Wiraraja membuka hutan tersebut, dan mendirikan desa [[Majapahit]] di dalamnya.
 
Pada tahun [[1293]] datang tentara [[Mongol]] untuk menghukum [[Kertanagara]] yang berani menyakiti utusan [[Kubilai Khan]] tahun [[1289]]. [[Raden Wijaya]] selaku ahli waris [[Kertanagara]] siap menyerahkan diri asalkan ia terlebih dahulu dibantu memerdekakan diri dari [[Jayakatwang]]. Maka bergabunglah pasukan [[Mongol]] dan [[Majapahit]] menyerbu ibu kota [[Kadiri]]. Setelah [[Jayakatwang]] kalah, pihak [[Majapahit]] ganti mengusir pasukan [[Mongol]] dari tanah [[Jawa]].
 
Menurut ''Kidung Panji Wijayakrama'' dan ''Kidung Harsawijaya'', pasukan [[Mongol]] datang atas undangan Wiraraja untuk membantu [[Raden Wijaya]] mengalahkan [[Kadiri]], dengan imbalan dua orang putri sebagai istri kaisar [[Mongol]]. Kisah tersebut hanyalah ciptaan si pengarang yang tidak mengetahui kejadian sebenarnya. Dari [[berita Cina]] diketahui tujuan kedatangan pasukan [[Mongol]] adalah untuk menaklukkan [[Kertanagara]] penguasa [[Jawa]].