Bagagarsyah dari Pagaruyung: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Naval Scene (bicara | kontrib) - {{indo-bio-stub}} , bukan rintisan lagi |
k Bot: Penggantian teks otomatis (-Sumatra Barat +Sumatera Barat) |
||
Baris 43:
Pada tanggal [[10 Februari]] [[1821]] bersama 19 orang pemuka adat lainnya ikut menandatangani perjanjian dengan Belanda untuk bekerjasama dalam melawan kaum Padri.<ref name="Stuers">{{cite book |last=Stuers |first=Hubert Joseph Jean Lambert ||coauthors=Pieter Johannes Veth |title=De vestiging en uitbreiding der Nederlanders ter westkust van Sumatra |volume=2 |publisher=P.N. van Kampen |year=1850 |quote = }}</ref> Beberapa sejarahwan menganggap bahwa Sultan Tangkal Alam Bagagar sebetulnya tidak berhak melakukan perjanjian dengan mengatasnamakan [[kerajaan Pagaruyung]],<ref name="Amran"/> yang kemudian akibat dari perjanjian ini, dijadikan oleh Belanda sebagai tanda penyerahan kedaulatan Pagaruyung.<ref>Kepper, G., (1900), ''Wapenfeiten van het Nederlands Indische Leger; 1816-1900'', M.M. Cuvee, Den Haag.</ref> Kemudian setelah Belanda berhasil merebut Pagaruyung dari kaum Padri, Sultan Tangkal Alam Bagagar diangkat oleh pemerintah [[Hindia-Belanda]] hanya sebagai ''Regent Tanah Datar'', walaupun pada sisi lain ia menganggap dirinya sebagai ''Raja Alam'', namun pemerintah Hindia-Belanda dari awal telah membatasi kewenangannya atas wilayah kerajaan Pagaruyung itu sendiri.<ref name="Dobbin"/>
Pada tanggal [[2 Mei]] [[1833]], Sultan Tangkal Alam Bagagar ditangkap oleh pasukan Kolonel Elout di Batusangkar atas tuduhan pengkhianatan. Selanjutnya dibuang ke Batavia (Jakarta sekarang) sampai akhir hayatnya.<ref name="Amran">{{cite book |last=Amran |first=R. |title=
== Cap mohor ==
|