Shamsiah Fakeh: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Afandri (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Afandri (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 11:
==Pernikahan==
 
Pada umur 17 tahun, Shamsiah menikah dengan Yasin Kina, tetapi mereka bercerai saat mengandung anak yang kedua. Kedua anak mereka meninggal dunia dalam usia muda. Ia telah menikah sebanyak lima kali, dan pernikahannya dengan Ibrahim Mohamad adalah yang terakhir. Diantara suami Shamsiah adalah [[Ahmad Boestamam]] yang merupakan pemimpin untuk Angkatan Pemuda Insaf (API). Ahmad tidak pernah menceritakan pernikahan ini dalam setiap karya beliau-karyanya. PernikahannyaRumah tangganya dengan Ahmad terganggu dengan penahanan Ahmad oleh pemerintah kolonial Inggris pada April 1947, menyusul karyanya Testamenttestamen Politikpolitik API yang dilarang oleh pihak penjajah. Pengadilan menemukanmenyatakan Ahmad Boestamam bersalah, dan kemudian didenda 1.200 ringgit atau 9 bulan penjara. Karena perbedaan pandangan politik, merekapun kemudian bercerai.
 
==Perjuangan==
 
Shamsiah merupakan pemimpin Angkatan Wanita Sedar (AWAS), sebuah partai politik sayap kiri yang didirikan di [[Semenanjung Melayu]] pada Februari 1946. Tujuan partai ini adalah untuk menuntut kemerdekaan negeri Melayu dari tangan penjajah Inggris. Pernikahannya dengan Ahmad Boestamam, Ketua Angkatan Pemuda Insaf (API), telah membakar semangat sejumlah pemuda tanah Melayu mengangkat senjata melawan penjajah. Oleh karenanya, AWAS kemudian dilarang oleh pemerintah Inggris pada tahun 1948.
 
Shamsiah bergabung dalam resimen ke-10 yang merupakan sayap Melayu dalam [[Partai Komunis Malaya]] (PKM). Tekanan pihak penjajah yang berkelanjutan, memaksa Shamsiah membuat keputusan mengikuti jejak langkah rekan-rekan seperjuangannya untuk lari ke hutan di Lubok Kawah di [[Temerloh]], [[Pahang, Malaysia|Pahang]], dan melanjutkan perjuangan bersenjata dari sana.
 
Kehidupannya penuh ranjau berduri dan perjuangannya tidak mengira tempat, baik di hutan maupun di pentas internasional. Beliau bersama suaminya, Ibrahim Mohammad, bertugas di [[Cina]], [[Indonesia]], dan [[Vietnam]] dalam rangka meniup semangat nasionalisme kepada penduduk [[Asia Tenggara]] yang masih di bawah penjajahan.