Koto Gadang, IV Koto, Agam: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
←Membatalkan revisi 5422788 oleh 83.202.229.17 (Bicara)
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (-di tahun +pada tahun); kosmetik perubahan
Baris 20:
* Sebelah Utara dengan Nagari [[Sianok Anam Suku, IV Koto, Agam|Sianok VI Suku]]
* Sebelah Selatan dengan Nagari [[Koto Tuo, IV Koto, Agam|Koto Tuo]]
* Sebelah Timur dengan [[Guguak Tabek Sarojo, IV Koto, Agam| Guguak Tabek Sarojo]]
* Sebelah Barat dengan Nagari [[Koto Panjang, IV Koto, Agam|Koto Panjang]]
 
Baris 77:
 
== Sejarah ==
[[FileBerkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Minangkabau-huis van Radja Mengkoeloe te Kotagedang nabij Fort de Kock Sumatra. TMnr 60003328.jpg|thumb|200px|Rumah adat Raja Mengkulu di Koto Gadang (sekitar tahun 1870)]]
[[FileBerkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM De moskee te Kotagedang nabij Fort de Kock Sumatra. TMnr 60003330.jpg|thumb|200px|Masjid Koto Gadang dengan corak asli Minangkabau (sekitar tahun 1870)]]
[[Berkas:Musajik koto gadang.jpg|thumb|200px|Masjid Koto Gadang]]
Nagari Koto Gadang merupakan salah satu dari 11 nagari yang terletak di Kecamatan [[IV Koto, Agam|IV Koto]], [[Kabupaten Agam]]. Asal usul Nagari Koto Gadang menurut sejarahnya dimulai pada akhir abad ke-17, dimana ketika itu sekelompok kaum yang berasal dari Pariangan Padangpanjang mendaki dan menuruni bukit dan lembah, menyeberangi anak sungai, untuk mencari tanah yang elok untuk dipeladangi dan dijadikan sawah serta untuk tempat pemukiman.
Baris 96:
Tahun 1856, dari 28 Sekolah Desa dengan masa belajar tiga tahun yang berdiri di berbagai nagari di Sumatera Barat, satu terdapat di nagari Koto Gadang. Menurut laporan Steinmetz, sejak didirikan, ada 416 murid Sekolah Desa. Namun hanya 75 orang yang selesai. Selebihnya putus di tengah jalan, karena menikah atau lantaran berbagai sebab lain. Steinmetz menilai, kemajuan paling pesat tampak pada anak-anak Agam terutama dari Koto Gadang yang rajin dan cerdas.
 
Kesadaran menuntut ilmu di Koto Gadang dimulai di awal abad-20 ketika pembaharuan dimasukkan oleh laras Koto Gadang, [[Jahja Datoek Kajo]] (bertugas dari tahun 1894-1914) yang meramalkan bahwa hanya melalui pendidikan, corak kehidupan dapat didatangkan ke Koto Gadang. Dengan perencanaan yang sistematis dan dengan sistem kepemimpinan yang kharismatik, Jahja Datoek Kajo mendorong setiap anak lelaki dan perempuan pergi ke sekolah. Sekolah untuk anak laki-laki didirikan dipada tahun 1900, dan dipada tahun 1912 didirikan pula sekolah yang terpisah untuk anak-anak gadis Koto Gadang. Sebuah badan tersendiri yang dinamai ''studiefonds'' (dana pelajar) didirikan untuk mengumpulkan dana dari orang kampung guna mengirim anak-anaknya melanjutkan studi di [[Jawa]], dan bahkan di [[Belanda|negeri Belanda]].
 
Besarnya semangat belajar anak-anak Koto Gadang, maka pada awal dekade 1900-an, negeri ini dikenal sebagai tempat kelahiran para pekerja birokrasi Belanda, seperti jaksa, hakim, guru, pegawai pajak, yang meliputi daerah tugas Sumatera, Kalimantan, dan Batavia. Menurut suatu laporan, pada 1915, diperkirakan 165 lelaki dari Koto Gadang bekerja sebagai pegawai pemerintahan Belanda. Hampir separuh (79 orang) bekerja di luar wilayah Minangkabau. Sebanyak 72 orang di antaranya lancar berbahasa Belanda, sebagai suatu bukti mereka berpendidikan baik.<ref>Saur Hutabarat, Orang Minang dalam Elite Indonesia, Majalah Tempo, 12 Juli 1986</ref>
Baris 104:
Semangat menuntut ilmu ini diteruskan sampai sekarang di Koto Gadang, yang akibatnya praktis setiap orang kampung di Koto Gadang melek huruf, pintar membaca dan menulis, serta pintar-pintar bahasa Belanda. Makanya jangan heran, tahun 1917, dari 2.415 penduduk, sebanyak 1.391 orang di antaranya sudah bekerja, antara lain 297 orang jadi ''ambtenar'' dan 31 orang menjadi dokter.
 
Penelitian yang dilakukan [[Mochtar Naim]] menunjukkan, di antara 2.666 orang yang berasal dari Koto Gadang dipada tahun 1967, 467 atau 17,5% merupakan lulusan universitas. Di antaranya 168 (orang menjadi dokter, 100 orang jadi insinyur, 160 orang jadi sarjana hukum, dan kira-kira 10 orang doktorandus ekonomi dan bidang-bidang ilmu kemasyarakatan lainnya. Kemudian dipada tahun 1970, 58 orang lagi lulus universitas. Jadi, dengan 525 orang lulusan universitas (tidak termasuk mereka yang bergelar sarjana muda), Koto Gadang yang punya penduduk kurang dari 3.000 tak terkalahkan barangkali oleh desa mana saja, bahkan tidak oleh masyarakat-masyarakat yang telah maju lainnya di dunia.
 
== Tokoh ==