Kursi lontar: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Zaini Suherly (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Zaini Suherly (bicara | kontrib)
Baris 21:
== Pemilihan dan Pengembangan Teknologi ==
 
Teknologi penyelamatan penerbang dikembangkan ke arah penggunaan kapsul penyelamat. Hal ini dikarenakan perkembangan kecepatan pesawat tempur semakin tinggi. Pada dekade 50 hingga 60-an banyak perencana kursi lontar meramalkan penggunaan kursi lontar kakanakan ketinggalan zaman.
 
Alasan lain adalah kenyataan bahwa penerbang dengan kelengkapan yang baik pun tidak dapat bertahan terhadap tekanan angin yang semakin besar. Pada kecepatan sebesar 1100 km/jam yang merupakan kecepatan tertinggi untuk memanfaatkan kursi lontar, tekanan angin mencapai 60 kilogram per desimeter persegi.
 
Seorang[[George Smith]], salah seorang pilot uji dari perusahaan pembuat pesawat [[North American]] (kini diakuisisi [[Rockwell]]), merasakan betapa kuatnya tekanan angin yang dideritanya saat menguji pesawat tempur [[F-100 Super Sabre]], pada Februari 1955, yang mengalami kebekuan saat menukik. Pada kecepatan Mach 1.05 (kurang lebih 1200 km/jam) dan ketinggian 3000 meter, Smith meluncurkan dirinya dengan kursi lontar dan menderita cedera parah selama lima hari. Hal ini menjadi kendala karena pada kecepatan [[Mach]]- 1, sudah terlalu cepat bagi penggunaan kursi lontar, sedangkan pada perkembangannya, pesawat tempur beroperasi dengan kecepatan yang lebih tinggi (Mach-2 dan Mach 3).
 
Menurut penuturan [[Letnan Victor Balenko]], pilot pesawat tempur Rusia [[MiG-25 Foxbat]], yang membelot ke Jepang, pesawat [[MiG-25]] Foxbat tersebut tidak dilengkapi dengan kursi lontar, dikarenakan kecepatan yang sangat tinggi (mencapai Mach-3) dan ketinggian jelajahnya yang cukup tinggi sehingga sangat membahayakan ketika pilot meluncurkan dirinya bersama kursi lontar.