Pasukan Rasyidin: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Alagos (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Alagos (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 27:
 
== Pasukan ==
Hanya orang [[Muslim]] yang boleh bergabung dengan pasukan Rasyidin sebagai tentara reguler. Pada [[Perang Riddah]] pada masa pemerintahan Kalifah [[Abu Bakar]], pasukan Rasyidin banyak berisi korps yang berasal dari [[Madinah]], [[Mekkah]] dan [[Ta'if]].<ref name=personal/>{{cite web
Hanya orang [[Muslim]] yang boleh bergabung dengan pasukan Rasyidin sebagai tentara reguler. Pada [[Perang Riddah]] pada masa pemerintahan Kalifah [[Abu Bakar]], pasukan Rasyidin banyak berisi korps yang berasal dari [[Madinah]], [[Mekkah]] dan [[Ta'if]]. Di kemudian hari pada [[Penaklukan Islam di Persia|penaklukan Irak]] pada tahun 633, banyak korps [[Suku Badui (Arab)|badui]] yang direkrut ke dalam pasukan sebagai tentara reguler. Selama penaklukan Islam terhadap [[Kekaisaran Sassaniyah|Persia Sassaniyah]] tahun 633-636, sekitar 12.000 prajurit elit [[Bangsa Persia|Persia]] memeluk agama Islam dan kemudian bertugas pada invasi berskala penuh terhadap kekaisaran tersebut.<ref name=word/> Selama penaklukan Muslim terhadap [[Suriah Romawi]] pada tahun 633-638, sekitar 4,000 prajurit [[Kekaisaran Bizantium|Bizantium]] [[Bangsa Yunani|Yunani]] di bawah komandan Joakhim (kemudian berganti nama menjadi Abdullah Joakhim) memeluk agama Islam dan bertugas sebagai pasukan reguler dalam penaklukan di [[Anatolia]] dan [[Mesir]]. Selama penaklukan Mesir pada tahun 641-644, banyak [[Koptik|orang Kristen Koptik]] yang memeluk Islam direkrut ke dalam pasukan. Mereka ikut membantu penaklukan di daerah tersebut. Selama penaklukan [[Afrika Utara]], banyak [[Bangsa Berber|orang Berber]] yang memeluk Islam dan kemudian direkrut sebagai pasukan reguler. Mereka kemudian menjadi bagian terbesar dalam Pasukan Rasyidin, dan di kemudian hari juga menjadi bagian terbesar dalam pasukan Umayyah di Afrika.<ref name=spread/>
| url = http://www-personal.umich.edu/~vika/TeachPort/islam00/esposito/chapt2.html
| title = The Muslim Community in History
| first = John L.
| last = Esposito
| author =
| authorlink =
| coauthors =
| date =
| month =
| year =
| work = Islam: The Straight Path
| publisher =
| location =
| page =
| pages =
| at =
| language =
| trans_title =
| format =
| doi =
| archiveurl =
| archivedate =
| accessdate = 21-02-2012
| quote =
| ref =
| separator =
| postscript =
Hanya orang [[Muslim]] yang boleh bergabung dengan pasukan Rasyidin sebagai tentara reguler. Pada [[Perang Riddah]] pada masa pemerintahan Kalifah [[Abu Bakar]], pasukan Rasyidin banyak berisi korps yang berasal dari [[Madinah]], [[Mekkah]] dan [[Ta'if]].}}</ref> Di kemudian hari pada [[Penaklukan Islam di Persia|penaklukan Irak]] pada tahun 633, banyak korps [[Suku Badui (Arab)|badui]] yang direkrut ke dalam pasukan sebagai tentara reguler. Selama penaklukan Islam terhadap [[Kekaisaran Sassaniyah|Persia Sassaniyah]] tahun 633-636, sekitar 12.000 prajurit elit [[Bangsa Persia|Persia]] memeluk agama Islam dan kemudian bertugas pada invasi berskala penuh terhadap kekaisaran tersebut.<ref name=word/> Selama penaklukan Muslim terhadap [[Suriah Romawi]] pada tahun 633-638, sekitar 4,000 prajurit [[Kekaisaran Bizantium|Bizantium]] [[Bangsa Yunani|Yunani]] di bawah komandan Joakhim (kemudian berganti nama menjadi Abdullah Joakhim) memeluk agama Islam dan bertugas sebagai pasukan reguler dalam penaklukan di [[Anatolia]] dan [[Mesir]]. Selama penaklukan Mesir pada tahun 641-644, banyak [[Koptik|orang Kristen Koptik]] yang memeluk Islam direkrut ke dalam pasukan. Mereka ikut membantu penaklukan di daerah tersebut. Selama penaklukan [[Afrika Utara]], banyak [[Bangsa Berber|orang Berber]] yang memeluk Islam dan kemudian direkrut sebagai pasukan reguler. Mereka kemudian menjadi bagian terbesar dalam Pasukan Rasyidin, dan di kemudian hari juga menjadi bagian terbesar dalam pasukan Umayyah di Afrika.<ref name=spread/>
 
=== Infantri ===
Baris 196 ⟶ 224:
Setelah Kekaisaran Bizantium menjadi lemah dan Kekaisaran Sassaniyah telah benar-benar dihancurkan, para jenderal Muslim pada masa selanjutnya bebas untuk menggunakan strategi dan siasat apapun untuk mengalahkan pasukan musuh lainnya tapi biasanya mereka tetap saja memanfaatkan keunggulan mobilitas pasukan Rasyidin untuk mencegah konstentrasi pasukan musuh dalam jumlah besar.<ref name="I. Akram 1970"/>
 
Sebelum kampanye militer dilakukan, Khalifah [[Abu Bakar]] biasanya memberikan informasi dan instruksi kepada para jenderalnya, terutama mengenai misi mereka, daerah geografis tempat misi akan dilakukan, serta sumber daya yang tersedia untuk tujuan tersebut. Setelah itu Abu Bakar akan memberikan kebebasan kepada para jenderalnya untuk menyelesaikan misi mereka dengan cara apapun yang mereka inginkan. Akan tetapi, Khalifah [[Umar bin Khattab]] pada masa-masa akhir kekhalifahannya biasanya mengarahkan para jenderalnya mengenai di mana mereka akan bertahan dan kapan mereka harus bergerak menuju sasaran mereka serta siapa saja yang akan memimpin sayap kanan dan sayap kiri pasukan dalam pertempuran-pertempuran tertentu. Ini menjadikan proses penaklukan menjadi lebih lambat namun membuat kampanye militer menjadi lebih terorganisir. Sementara Khalifah [[Utsman bin Affan]] menggunakan metode yang sama seperti yang dilakukan oleh Abu Bakar. Dia memberikan misi kepada para jenderalnya kemudian memberi kebebasan kepada mereka mengenai bagaimana mereka akan melakukannya. Khalifah [[Ali bin Abi Thalib]] juga mengikuti metode tersebut.<ref name=personal/>
 
=== Intelijen dan spionase ===