Prasasti Raja Sankhara: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Gunkarta (bicara | kontrib)
Gunkarta (bicara | kontrib)
Baris 5:
 
== Penafsiran ==
Di dalam buku Sejarah Nasional Indonesia disebutkan bahwa raja Sankhara disamakan dengan [[Rakai Panangkaran]], sedangkan ayah Raja Sankhara yang dalam prasasti ini tidak disebutkan namanya, disamakan dengan [[raja Sanjaya]]. Ditafsirkan bahwa raja Sanjaya menjalankan ritual yang sangat berat atas saran sang guru, resi brahmana pemuja Siwa. Akibat ritual ini dalam 8 hari raja Sanjaya sakit keras yang berakibat pada kematiannya. Putranya, Rakai Panangkaran yang khawatir akan ajaran guru Siwa yang dianggapnya tidak benar ini, kemudian berpindah keyakinan menjadi penganut agama Buddha Mahayana.
 
Oleh [[Poerbatjaraka]] Panamkaran disamakan dengan Panaraban dalam [[Carita Parahyangan]]. Isi prasasti Raja Sankhara ini secara garis besar sesuai benar dengan kisah dalam Carita Parahyangan di mana disebutkan bahwa Raja Sanjaya menyuruh anaknya Rakai Panaraban (Rakai Temperan) untuk berpindah agama, karena agama Siwa yang dianutnya ditakuti oleh semua orang. Menurut Poerbatjaraka, Sanjaya dan keturunannya itu ialah raja-raja dari [[wangsa Sailendra]], asli Nusantara, yang semula menganut agama Siwa, tetapi sejak Panamkaran berpindah agama menjadi penganut agama Buddha Mahayana.<ref>Poerbatjaraka (1975:25-38)</ref>