Mishnah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
TXiKiBoT (bicara | kontrib)
k r2.7.2) (bot Menambah: eu:Mishna
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (-frase +frasa)
Baris 17:
Meskipun akademi kerabian di Yabne (40 Kilometer sebelah barat [[Yerusalem]]) sekarang menjadi pusat utama, akademi-akademi lain yang mengajarkan hukum lisan mulai bermunculan di seluruh [[Israel]] dan bahkan hingga ke [[Babilon]] dan [[Roma]]. Akan tetapi, ini menimbulkan masalah. Steinsaltz menjelaskan, "Kalau saja semua cendekiawan berkumpul bersama dan pekerjaan akademi utama dilaksanakan oleh satu kelompok pria saja (di Yerusalem), keseragaman tradisi tetap terpelihara. Tetapi bertambahnya jumlah guru dan didirikannya sekolah-sekolah yang terpisahkan menghasilkan . . . rumusan dan metode pengungkapan yang berlebih-lebihan".
 
Guru-guru hukum lisan disebut Tannaim, sebuah istilah yang berasal dari akar kata dalam [[bahasa Aramaik]] yang artinya "mempelajari", "mengulangi", atau "mengajar". Ini menekankan bahwa metode mereka dalam belajar dan mengajar hukum lisan banyak menggunakan pengulangan dan penghafalan. Agar mudah menghafalkan tradisi lisan, setiap kaidah atau tradisi diringkas menjadi frasefrasa-frasefrasa yang singkat namun padat. Lebih sedikit kata-katanya lebih baik. Bentuk yang puitis dan bergaya konvensional digunakan, dan frasenyafrasanya sering kali dilantunkan atau dinyanyikan. Namun, kaidah-kaidah ini tidak terorganisasi, dan dari satu guru ke guru yang lain, terdapat banyak sekali variasi.
 
Rabi pertama yang memberikan bentuk dan struktur yang spesifik pada begitu banyak tradisi lisan yang berbeda adalah Akiba ben Joseph (sekitar tahun 50-135 M). Tentangnya, Steinsaltz menulis, "Orang-orang yang seangkatan dengan di membandingkan kegiatannya dengan pekerjaan seorang buruh yang pergi ke ladang dan memasukkan secara acak segala sesuatu yang ia temukan ke dalam keranjangnya, kemudian pulang ke rumah dan menyusun masing-masing jenisnya. Akiba telah meneliti sejumlah besar pokok yang tidak terorganisasi dan mengklasifikasikannya meenjadi kategori yang terpisah.
Baris 29:
Judah ha-Nasi adalah keturunan Hillel dan [[Gamaliel]]. Ia lahir pada masa pemberontakan Bar Kokhba, dan belakangan, ia menjadi pemimpin masyarakat [[Yahudi]] di Israel menjelang abad kedua hingga awal abad ketiga M. Gelar ha-Nasi yang berarti "pangeran", menunjukkan statusnya di mata sesama orang Yahudi. Judah ha-Nasi mengepalai akademinya sendiri dan Sanhedrin, mula-mula di Bet She'arim dan belakangan di Shepphoris, Galilea.
 
Menyadari bahwa konflik yang timbul dengan pemerintah Romawi di kemudian hari dapat membahayakan penyampaian hukum lisan, Judah ha-Nasi bertekad untuk menstrukturisasi hukum itu guna melestarikannya. Di akademinya, ia menghimpunkan sarjana-sarjana yang terkemuka pada zamannya. Setiap pokok dan tradisi hukum lisan didiskusikan. Penyajian akhir dari diskusi-diskusi ini dikonsolidasikan menjadi frasefrasa-frasefrasa yang amat ringkas, mengikuti polayang kaku dari prosa Ibrani yang puitis.
 
Penyajian akhir ini diatur dalam enam divisi utama, atau Perintah, berdasarkan topik-topik utama. Judah membaginya lagi menjadi subdivisi yang terdiri dari 63 bagian, atau traktat. Sekarang struktur kerohanian itu telah rampung. Sebelumnya, tradisi-tradisi demikian selalu disampaikan secara lisan. Tetapi sebagai perlindungan tambahan, langkah akhir yang revolusioner ditempuh—yaitu dengan menuangkan semua hukum lisan tersebut dalam bentuk tulisan. Struktur tertulis baru yang mengesankan yang menampung hukum lisan ini disebut Mishnah. Nama Mishnah berasala dari kata [[Ibrani]].