Soetomo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
ini toelisan djangan diapoes pertjoema
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 9:
'''Mas Tom'''
 
Dengen nama sebutan itu ia dikenal oleh ribuan kawan seperjuangannya, oleh ribuan kawan biasa, oleh ribuan patient-nya, yang menjungjung dan menghormatnya. Dan memang pantas di jungjung dan di hormat buat jasa-jasanya sebage pemuka dan penganjur pergerakan yang menuju kearah ke Merdekaan bangsa dan negaranya, jasa² yang tida bisa dinilai sebage seorang Dokter yang beriken pertolongan boleh dibilang dengen pertyuma pada ribuan orang, tampa pandang bulu. Dengen aer muka yang selalu keliatan tersenyum simpul, riang gembira dan ramah tamah, biar bagaimana sibuk adanya ia setiap hari dari pagi hingga jauh malem.
Dengen nama seboetan itoe ia dikenal oleh riboean kawan seperdjoeangannja,
oleh riboean kawan biasa, oleh riboean patient-nja, jang mendjoengdjoeng dan
menghormatnja. Dan memang pantas di djoengdjoeng dan di hormat boeat djasa-
djasanja sebage pemoeka dan pengandjoer pergerakan jang menoedjoe kearah ke
Merdekaan bangsa dan negaranja, djasa² jang tida bisa dinilai sebage seorang
Dokter jang beriken pertolongan boleh dibilang dengen pertjoema pada riboean
orang, tampa pandang boeloe. Dengen aer moeka jang selaloe keliatan
tersenjoem simpoel, riang gembira dan ramah tamah, biar bagaimana siboek
adanja ia setiap hari dari pagi hingga djaoeh malem.
 
Mas Tom itu siapa? Bukan laen dari almarhum Dokter Sutomo di Surabaia. Diwaktu pagi ia beri kuliah di N.I.A.S (Nederland Indische Artsen School), sepulangnya dari sana biasanya mampir di G.N.I (Gedong Nasional Indonesia) diBubutan atawa ke harian Suara umum, yang waktu itu dipimpin oleh Tyindarbumi.
Mas Tom itoe siapa? Boekan laen dari almarhoem Dokter Soetomo di Soerabaia.
Diwaktoe pagi ia beri koeliah di N.I.A.S (Nederland Indische Artsen School),
sepoelangnja dari sana biasanja mampir di G.N.I (Gedong Nasional Indonesia)
diBoeboetan atawa ke harian Soeara Oemoem, jang waktoe itoe dipimpin oleh
Tjindarboemi.
 
Dimalem hari kasih tyeramah atawa kuliah di Studie Club tentang soal² yang menyangkut politik dan pergerakan. juga pernah ikut rombongan bikin perjalanan ke Trowulan (Mojokerto) buat liat peninggalan zaman Mojopahit. Saya masih simpen potret² dimana bisa diliat Mas Tom duduk „ngerompol” ditanah dikelilingin kawan² sambil menikmati aer kelapa muda.
Dimalem hari kasih tjeramah atawa koeliah di Studie Club tentang soal² jang
menjangkoet politik dan pergerakan. Djoega pernah ikoet rombongan bikin
perdjalanan ke Trowoelan (Modjokerto) boeat liat peninggalan zaman Modjopahit.
Saja masih simpen potret² dimana bisa diliat Mas Tom doedoek „ngerompol”
ditanah dikelilingin kawan² sambil menikmati aer kelapa moeda.
 
Kembali pada program harian Mas Tom sampe dirumah mengasoh sebentar, kamudian siap lagi terima patient yang setiap sore berkumpul diruwangan tetamu. Dan bagaimana Dokter Sutomo terima orang² yang datang berobat? Ada 2 kamar dimana setiap orang sakit sudah menunggu. Mas Tom masuk, minta si patient buka pakean, masuk kelaen kamar berikan serupa perintah pada orang laen yang sudah menunggu kedatengannya. Balik pula kekamar pertama, sisakit dipreksa dengen teliti, beriken resep dan si sakit boleh pergi untuk diganti orang laen yang sudah masuk. Mas Tom masuk kekamar preksa yang kedua dan berbuat seperti yang dikamar pertama. (juma’at 23 juli 1971)
Kembali pada program harian Mas Tom sampe diroemah mengasoh sebentar,
kamoedian siap lagi terima patient jang setiap sore berkoempoel diroewangan
tetamoe. Dan bagaimana Dokter Soetomo terima orang² jang datang berobat? Ada 2
kamar dimana setiap orang sakit soedah menoenggoe. Mas Tom masoek, minta si
patient boeka pakean, masoek kelaen kamar berikan seroepa perintah pada orang
laen jang soedah menoenggoe kedatengannja. Balik poela kekamar pertama,
sisakit dipreksa dengen teliti, beriken resep dan si sakit boleh pergi oentoek
diganti orang laen jang soedah masoek. Mas Tom masoek kekamar preksa jang
kedoea dan berboeat seperti jang dikamar pertama. (Djoema’at 23 Djoeli 1971)
 
Begitu seterusnya sehingga semua orang yang datang berobat ditolong. Tida ada yang ditanya nama, pekerjaan apa, alamat rumah dan sebagenya. Tyuma kalau perlu untuk tyatetan kusus, baru nama si sakit dityatat. Berapa orang musti bayar? Sesukanya, tida bayar apa² pun boleh. Dibagian tengah dari kamar preksa itu ada satu meja bundar ketyil. Disana orang yang suka boleh taroh uwangnya. Ada yang beri 3 duwit (dua sen setengah), lima sen, satu gulden, kadang² ada juga yang tinggalken selembar uwang kertas dari 5 gulden. Dan bukan begitu saja, bila orang yang sakit itu ternyata melarat, tida punya uwang. Mas Tom ambil itu seperlunya yang ada dimeja dan beriken itu pada pasien nya untuk beli obat recept atawa untuk pake sendiri.
Begitoe seteroesnja sehingga semoea orang jang datang berobat ditolong. Tida
ada jang ditanja nama, pekerdjaan apa, alamat roemah dan sebagenja. Tjoema
kalaoe perloe oentoek tjatetan koesoes, baroe nama si sakit ditjatat. Berapa
orang moesti bajar? Sesoekanja, tida bajar apa² poen boleh. Dibagian tengah
dari kamar preksa itoe ada satoe medja boendar ketjil. Disana orang jang soeka
boleh taroh oewangnja. Ada jang beri 3 doewit (doea sen setengah), lima sen,
satoe goelden, kadang² ada djoega jang tinggalken selembar oewang kertas dari
5 goelden. Dan boekan begitoe sadja, bila orang jang sakit itoe ternjata
melarat, tida poenja oewang. Mas Tom ambil itoe seperloenja jang ada dimedja
dan beriken itoe pada pasien nja oentoek beli obat recept atawa oentoek pake
sendiri.
 
Tetapi memang mungkin sudah menjadi tabeat manusia yang lemah batinnya, yang suka „misbruik maken” (menyalah gunaken) laen orang punya goodwill terhadep dirinya. Saya liat sendiri ada orang² hartawan yang berobat pada Mas Tom, sengaja tinggalken mobilnya yang mewah jauh dari rumah dokter. Mereka datang dengen jalan kaki, pake pakean sederhana bila dibandingken dengen yang biasa ia pake sehari-hari. Maksudnya supaia dapet pertolongan gratis atawa tida dikenaken ongkos preksa terlalu berat. Seolah-olah dokter Sutomo itu tukang garuk duit seperti tauwke² yang dimaksudken. Malah diantaranya ada yang menjadi lintah darat alias tukang lepas uwang panas dengen rente yang amat tinggi. Tentu saja mereka dihajar habis-habisan oleh „Suara Publik”.
Tetapi memang moengkin soedah mendjadi tabeat manoesia jang lemah batinnja,
jang soeka „misbruik maken” (menjalah goenaken) laen orang poenja goodwill
terhadep dirinja. Saja liat sendiri ada orang² hartawan jang berobat pada Mas
 
Dokter Sutomo..! namamu dan perbuatanmu akan terkenang sampe lama sekali oleh kita semua yang pernah menjadi kawan seperjuangan, kawan biasa atawa patient. Malah yang pernah menjadi lawanpun tida akan sangkal kebesaranmu sebage manusia, sebage pemimpin, sebage tabib.
Tom, sengadja tinggalken mobilnja jang mewah djaoeh dari roemah dokter. Mereka
datang dengen djalan kaki, pake pakean sederhana bila dibandingken dengen
jang biasa ia pake sehari-hari. Maksoednja soepaia dapet pertolongan gratis
atawa tida dikenaken ongkos preksa terlaloe berat. Seolah-olah dokter Soetomo
itoe toekang garoek doeit seperti taoewke² jang dimaksoedken. Malah
diantaranja ada jang mendjadi lintah darat alias toekang lepas oewang panas
dengen rente jang amat tinggi. Tentoe sadja mereka dihadjar habis-habisan
oleh „Soeara Publik”.
 
Ditaon 1938 dalem usia baru 50 taon, Mas Tom meninggalkan kita buat selama-lamanya. Ribuan yang datang memberi hormat penghabisan disisi jenasahnya. Ribuan yang turut hantar penguburannya didalem pekarangan G.N.I, Bubutan. Ribuan terdiri dari orang-orang Indonesia, Tionghoa, Belanda, Arab, dari segala lapisan hidup.
Dokter Soetomo..! namamoe dan perboeatanmoe akan terkenang sampe lama sekali
oleh kita semoea jang pernah mendjadi kawan seperdjoeangan, kawan biasa atawa
patient. Malah jang pernah mendjadi lawanpoen tida akan sangkal kebesaranmoe
sebage manoesia, sebage pemimpin, sebage tabib.
 
Semoga arwahnjaarwahnya senantiasa dapet tempat aman dan sentoesasentusa....!
Ditaon 1938 dalem oesia baroe 50 taon, Mas Tom meninggalkan kita boeat selama-
by Tyambuk Berduri
lamanja. Riboean jang datang memberi hormat penghabisan disisi djenasahnja.
Riboean jang toeroet hantar pengoeboerannja didalem pekarangan G.N.I,
Boeboetan. Riboean terdiri dari orang-orang Indonesia, Tionghoa, Belanda,
Arab, dari segala lapisan hidoep.
 
Semoga arwahnja senantiasa dapet tempat aman dan sentoesa....!
by Tjamboek Berdoeri
 
[[kategori:Pahlawan nasional Indonesia]]