Yongle: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
MerlIwBot (bicara | kontrib)
k bot Membuang: simple:Yongle Emperor (deleted)
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (-di masa +pada masa)
Baris 39:
Masalah utama yang dihadapi Kekaisaran Ming pada tahun-tahun pertamanya adalah gangguan di perbatasan dari suku [[Suku Mongol|Mongol]] yang berniat memulihkan kembali [[Dinasti Yuan]]. Secara tradisional, orang [[Suku Han|Han]] jarang memakai strategi offensif dalam menghadapi mereka, namun Yongle bertindak sebaliknya dari kebiasaan lama ini. Ia melakukan lima kali ekspedisi militer ke Mongolia untuk menghancurkan suku-suku Mongol pemberontak yang berniat menguasai Tiongkok lagi. Pertahanan di [[Tembok Besar]] diperkuat dan diplomat-diplomat handal dikirim untuk menjalin persekutuan dengan suku-suku Mongol yang saling bertikai agar mereka terpecah-pecah dan tidak menjadi ancaman bagi Tiongkok. Secara periodik ia juga melakukan operasi-operasi militer untuk memperlemah kekuatan mereka. Tujuan Yongle adalah agar bangsa Mongol semakin tergantung secara ekonomi pada Tiongkok dan memenangkan dukungan mereka. Ia berusaha agar Mongol menjadi negara protektorat Tiongkok dimana semua suku-sukunya bersumpah setia dan mengirimkan upeti tahunan. Dari pengalamannya berperang dengan Mongol, ia mendapat pelajaran mengenai pentingnya pasukan kaveleri sehingga ia mengerahkan segenap sumberdayanya untuk menciptakan pasukan berkuda yang kuat. Yongle menghabiskan banyak waktunya untuk berperang dengan Mongol, kemenangan dan kekalahan datang silih berganti. Ekspedisinya yang paling berhasil adalah yang ke-2, dimana wilayah perbatasan utara mengalami masa damai selama lebih dari tujuh tahun.
 
Annam (sekarang [[Vietnam]]) juga merupakan masalah yang memusingkan selama pemerintahannya. Pada tahun 1406, dalam rangka menanggapi petisi dari keluarga [[Dinasti Tran]] yang telah terguling, Yongle mengirimkan 500.000 pasukannya untuk menaklukkan Annam yang telah dikuasai [[Dinasti Ho]]. Secara teori misi pasukan Tiongkok hanya untuk menggulingkan Dinasti Ho dan merestorasi Dinasti Tran, namun Tiongkok juga mempunyai agenda tersembunyi untuk menganeksasi Annam dan menjadikannya salah satu provinsi Tiongkok seperti dipada masa lampau. Dengan runtuhnya Dinasti Ho tahun [[1407]], Tiongkok menggencarkan usahanya untuk mempenetrasikan budayanya pada rakyat disana. Namun usaha ini mendapat tentangan keras dari rakyat Annam, mereka mulai berontak terhadap pasukan pendudukan Tiongkok. Pada tahun [[1418]] pemberontakan terbesar dipimpin oleh [[Le Loi]]. Hingga kematian Yongle tahun 1424, pasukan pemberontak Le telah menduduki hampir seluruh provinsi Annam. Tahun [[1427]], perjuangan mereka berhasil, cucu Yongle, [[Kaisar Xuande]] menarik pasukannya dari Annam dan secara resmi mengakui kemerdekaan Annam. Le Loi mendirikan dinasti baru disana yaitu [[Dinasti Le]] dan menjadi rajanya yang pertama.
 
Pada awal masa pemerintahannya Tiongkok hampir terlibat perang besar dengan [[Tamerlane]], pemimpin suku Mongol di [[Asia Tengah]] yang telah memporak-porandakan [[Persia]], [[India]], dan [[Irak]]. Yongle telah mempersiapkan pasukan besar di wilayah barat laut untuk menghadapi serbuan pasukan barbar itu. Namun dalam perjalanannya ke Tiongkok, sang tiran yang haus darah itu jatuh sakit dan meninggal tahun 1405 sehingga perang tidak terjadi.