Bupati: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Humboldt (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (-di masa +pada masa); kosmetik perubahan
Baris 2:
[[Bupati]], dalam konteks otonomi Daerah di Indonesia adalah kepala daerah untuk daerah [[kabupaten]]. Seorang bupati sejajar dengan [[walikota]], yakni kepala daerah untuk daerah kota. Pada dasarnya, bupati memiliki tugas dan wewenang memimpin penyelenggaraan daerah berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama DPRD kabupaten. Bupati dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat di kabupaten setempat. Bupati merupakan jabatan politis (karena diusulkan oleh partai politik), dan bukan [[Pegawai Negeri Sipil]].
 
Sebelum tahun [[1945]] gelar bupati sebenarnya hanya dipakai di pulau [[Jawa]], [[Pulau Madura|Madura]], dan [[Bali]]. Dalam [[bahasa Belanda]], bahasa administrasi resmi dipada masa Hindia Belanda, bupati disebut sebagai '''''regent''''', dan istilah inilah yang dipakai sebagai padanan bupati dalam bahasa Inggris<ref>Sebetulnya dalam bahasa Inggris, ''[[:en:regent|regent]]'', dari bahasa Prancis ''[[:fr:régent|régent]]'', menunjuk seorang yang memimpin kerajaan selama raja yang bertahta masih di bawah umur.</ref>. Semenjak kemerdekaan, istilah bupati dipakai untuk menggantikan ''regent'' seluruh wilayah Indonesia.
 
== Sejarah ==
Istilah "bupati" berasal dari [[bahasa Jawa]], yang sendirinya berasal dari [[bahasa Sanskerta]].
 
Dalam [[prasasti Telaga Batu]], yang ditemukan di kampung tersebut dekat [[Palembang]] dan berisi pemujaan terhadap raja [[Sriwijaya]], terdapat kata ''bhupati''. Prasasti tersebut diperkirakan dari akhir abad ke-7 Masehi. Pakar prasasti Indonesia [[Johannes Gijsbertus de Casparis|J. G. de Casparis]] menterjemahkan ''bhupati'' dengan istilah "kepala" (''hoofd'' dalam bahasa Belanda)<ref>Anton O. Zakharov, « Constructing the polity of Sriwijaya in the 7th-8th centuries : The view according to the inscriptions », ''Indonesian Studies Working Papers'', No. 9, juillet 2009</ref>. Kata ''bhupati'' juga ditemukan dalam [[prasasti Ligor]], yang ditemukan di propinsi [[Nakhon Si Thammarat]] di Muangthai. Di abad ke-17, orang Eropa menyebut daerah tersebut dengan nama "Ligor". Prasasti ini mengandung tanggal 775 Masehi. Istilah ''bhupati'' digunakan untuk menyebut raja Sriwijaya.
 
Dalam bukunya ''Océanie ou cinquième partie du monde : revue géographique et ethnographique de la Malaisie, de la Micronésie, de la Polynésie et de la Mélanésie, ainsi que ses nouvelles classifications et divisions de ces contrées'' ("Oceania atau bagian dunia yang kelima : majalah geografi dan etnografi tentang Malaisia, Mikronesia, Polynesia dan Melanesia, dan klasifikasi dan divisi baru untuk kawasan tersebut"), penjelajah asal Prancis Gérard Louis Domeny de Rienzi (1834) mencatat istilah "bapati"<ref>*Grégoire Louis Domeny de Rienzi, ''Océanie ou cinquième partie du monde : revue géographique et ethnographique de la Malaisie, de la Micronésie, de la Polynésie et de la Mélanésie, ainsi que ses nouvelles classifications et divisions de ces contrées'', Firmin Didot Frères, Paris, 1834</ref>.
 
Jabatan bupati dalam arti modern berasal dari masa awal [[kerajaan Mataram]], dipada masa [[Sultan Agung]] (bertahta 1613-45) menitip pengurusan daerah yang ditaklukkannya kepada orang yang dipercayainya. Saat itu nama pejabat tersebut adalah "adipati".
 
Di masa [[Hindia Belanda]], para ''adipati'' disebut ''[[regent]]''. Biasanya mereka dipilih dari kalangan [[priyayi]].
 
== Notes ==
<references/>
 
== Bibliographie ==
* Bertrand, Romain, ''Etat colonial, noblesse et nationalisme à Java'', Karthala, 2005
* Soemarsaid Moertono, ''State and Statecraft in Old Java'', Cornell University Modern Indonesia Project
* Sutherland, Heather, "Notes on Java's Regent Families: Part I" in ''Indonesia'', Volume 16 (October 1973), 113-147
== Lihat pula ==
* [[Daftar bupati di Indonesia]]