Jatinangor, Sumedang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
EmausBot (bicara | kontrib)
k r2.6.4) (bot Menambah: map-bms:Jatinangor, Sumedang
Benedetto (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 12:
'''Jatinangor''' adalah sebuah [[kecamatan]] di [[Kabupaten Sumedang]], [[Provinsi]] [[Jawa Barat]], [[Indonesia]].
 
Nama Jatinangor sebagai nama kecamatan baru dipakai sejak tahun 2000-an. Sebelumnya, kecamatan ini bernama '''Cikeruh'''. Nama Jatinangor sendiri adalah nama blok perkebunan di kaki [[Gunung Manglayang]] yang kemudian dijadikan kompleks kampus sejumlah perguruan tinggi di sana. Dari Topografische Kaart Blaad L.XXV tahun 1908 dan Blaad H.XXV tahun 1909 yang diterbitkan oleh ''Topografische Dienst van Nederlands Oost Indie'', telah dijumpai nama Jatinangor di tempat yang sekarang juga bernama Jatinangor. Ketika itu, daerah Jatinangor termasuk ke dalam [[Afdeeling]] Soemedang, [[District]] Tandjoengsari (ejaanEYD baru: [[Tanjungsari, Sumedang|Tanjungsari]]). Nama Cikeruh sendiri diambil dari sungai (Ci Keruh) yang melintasi kecamatan tersebut. Pada Peta Rupabumi Digital Indonesia No. 1209-301 Edisi I tahun 2001 Lembar Cicalengka yang diterbitkan oleh [[BAKOSURTANAL]] masih dijumpai nama Kecamatan Cikeruh untuk daerah yang saat ini dikenal sebagai Kecamatan Jatinangor. Pada beberapa dokumen resmi dan setengah resmi saat ini, masih digunakan nama Kecamatan Cikeruh. Kecamatan ini terletak pada koordinat 107<sup>o</sup> 45’ 8,5” – 107<sup>o</sup> 48’ 11,0” BT dan 6<sup>o</sup> 53’ 43,3” – 6<sup>o</sup> 57’ 41,0” LS. Kode pos untuk kecamatan ini adalah 45363, sertadan kode area untuk telepon adalah 022.
 
== Klimatologi dan Geologi ==
Baris 33:
# Akuifer produktif sedang, berupa akuifer dengan aliran melalui celahan dan ruang antar butir, di bagian utara.
# Airtanah langka atau tidak berarti, berupa akuifer bercelah atau sarang dengan produktivitas kecil atau daerah airtanah langka, di bagian timur.
 
== Perkebunan ==
Perusahaan perkebunan di Jatinangor didirikan oleh Willem Abraham Baud pada tahun 1844. Perusahaan yang bernama Maatschappij tot Exploitatie der Baud-Landen ini menguasai tanah seluas 962 hektar yang membentang dari tanah IPDN, tanah ITB, dan tanah UNPAD hingga Gunung Manglayang. Pada awal mulanya perkebunan ini hanya meliputi usaha perkebunan teh, tetapi kemudian juga ditambah dengan usaha perkebunan karet.
 
Willem Abraham Baud (1816 – 1879) adalah salah satu anak Jean Chrétien Baud (1789 – 1759) yang pernah menjabat Gubernur Jenderal Hindia Belanda Timur (1833 – 1836), Menteri Kolonial (1840 – 1848), dan Menteri Kelautan (1840 – 1842). Pada tahun 1842, W. A. Baud pergi ke Jawa sesuai keinginan ayahnya agar dia meniti karier sebagai pegawai pemerintah di tanah jajahan. Tetapi kemudian dia menyadari bahwa mengelola usaha perkebunan akan membuat dirinya lebih cepat kaya daripada menjadi pegawai pemerintah. W. A. Baud kemudian berhasil mendapatkan kontrak untuk perkebunan teh di daerah Jatinangor di Priangan. Kontrak ini disetujui oleh pemerintah gubernemen di Batavia dalam dekrit nomor 2 pada tanggal 26 Agustus 1844 yang antara lain juga meliputi pinjaman bebas bunga dari pemerintah sebesar 42.409 Gulden.
 
Jan Jacob Rochussen yang pernah menjabat Perdana Menteri Belanda (1858 – 1860), Gubernur Jenderal Hindia Belanda Timur (1845 – 1851), dan Menteri Keuangan (1840 – 1843) melaporkan kejadian ini kepada Jean Chrétien Baud dalam sebuah surat dengan menulis : “Dia mendapatkan kontrak yang menguntungkan karena dia adalah putra seorang pejabat yang sangat disegani.” Sebagai abdi negara dan abdi raja, J. C. Baud merasa sangat kecewa karena ulah anaknya ini dan membalas surat J. J. Rochussen dengan menulis : “Sistem kontrak dan persentase ... memadamkan rasa hormat pegawai pemerintah dan mendewakan Mamon (Dewa Kekayaan). Apa ada bukti lain yang lebih baik mengenai hal ini selain dari sikap anak saya ?”
 
== Pendidikan ==
Saat ini Jatinangor dikenal sebagai salah satu kawasan [[pendidikan]] di Jawa Barat. Pencitraan ini merupakan dampak langsung pembangunan kampus beberapa institusi [[perguruan tinggi]] di kecamatan ini. Perguruan tinggi yang saat ini memiliki kampus di Jatinangor yaitu :
# [[Universitas Padjadjaran]] (UNPAD) di Desa Hegarmanah dan Desa Cikeruh http://cikeruh-jatinangor.com.
# [[Institut Pemerintahan Dalam Negeri]] (IPDN) di Desa Cibeusi. Sebelumnya institut ini bernama Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN).
# [[Institut Koperasi Indonesia]] (IKOPIN) di Desa Cibeusi.
# [[Institut Teknologi Bandung]] (ITB) di Desa Sayang. Sebelumnya kompleks Kampus ITB Jatinangor merupakan kompleks Kampus [[Universitas Winaya Mukti]] (UNWIM).
# [[Universitas Winaya Mukti]] (UNWIM) yang diambil alih oleh Institut Teknologi Bandung di Desa Sayang.
 
Seiring dengan hadirnya kampus-kampus tersebut, Jatinangor juga mengalami perkembangan fisik dan mental yang pesat. Sebagaimana halnya yang menimpa lahan pertanian lain di Pulau Jawa, banyak lahan pertanian di Jatinangor yang berubah fungsi menjadi rumah sewa untuk mahasiswa ataupun pusat perbelanjaan.
 
Seiring dengan hadirnya kampus-kampus tersebut, Jatinangor juga mengalami perkembangan fisik dan mentalsosial yang pesat. Sebagaimana halnya yang menimpa lahan pertanian lain di Pulau Jawa, banyak lahan pertanian di Jatinangor yang berubah fungsi menjadi rumah sewa untuk mahasiswa ataupun pusat perbelanjaan.
== Objek Penting ==
Beberapa objek penting yang ada di Jatinangor antara lain meliputi objek bersejarah dan objek pariwisata. Objek bersejarah tersebut berupa menara jam di kampus UNWIM dan jembatan Cikuda yang saat ini lebih dikenal dengan sebutan Jembatan Cincin. Dulu jembatan tersebut digunakan sebagai jembatan rel kereta yang menghubungkan jalur kereta dari arah [[Tanjungsari]] ke [[Rancaekek]].
 
== Objek PentingBersejarah ==
Menara jam – yang sering disebut Menara Loji oleh masyarakat sekitar – itu dibangun sekira tahun 1800-an. Menara tersebut pada mulanya berfungsi sebagai sirene yang berbunyi pada waktu-waktu tertentu sebagai penanda kegiatan yang berlangsung di perkebunan karet milik Baron Baud. Bangunan bergaya ''[[neo-gothic]]'' ini dulunya berbunyi tiga kali dalam sehari. Pertama, pukul 05.00 sebagai penanda untuk mulai menyadap karet; pukul 10.00 sebagai penanda untuk mengumpulkan mangkok-mangkok getah karet; dan terakhir pukul 14.00 sebagai penanda berakhirnya kegiatan produksi karet.
Objek bersejarah di Jatinangor berupa menara jam di lingkungan kampus ITB (sebelum tahun 2011 merupakan kampus UNWIM) dan Jembatan Cikuda yang saat ini lebih dikenal dengan nama Jembatan Cincin.
 
Menara jam yang seringoleh disebutmasyarakat Menarasekitar Lojisering olehdisebut masyarakatdengan sekitarnama Menara ituLoji dibangun sekira tahun 1800-an. Menara tersebut pada mulanya berfungsi sebagai sirene yang berbunyi pada waktu-waktu tertentu sebagai penanda kegiatan yang berlangsung di perkebunan karet milik BaronW. A. Baud. Bangunan bergaya ''[[neo-gothic]]'' ini dulunya berbunyi tiga kali dalam sehari. Pertama, pukul 05.00 sebagai penanda untuk mulai menyadap karet; pukul 10.00 sebagai penanda untuk mengumpulkan mangkok-mangkok getah karet; dan terakhir pukul 14.00 sebagai penanda berakhirnya kegiatan produksi karet.
Baron Baud adalah seorang pria berkebangsaan [[bangsa Jerman|Jerman]] yang menanamkan modal bersama perusahaan swasta milik Belanda dan pada tahun 1841 mendirikan perkebunan karet bernama Cultuur Ondernemingen van Maatschapij Baud yang luas tanahnya mencapai 962 hektar. Perkebunan karet ini membentang dari tanah IPDN hingga Gunung Manglayang.
 
Sekira tahun 1980-an lonceng Menara Loji dicuri dan hingga kini kasusnya masih belum jelas; baik mengenai pencurinya, apa motifnya, dan bagaimana tindak lanjut dari pihak berwenang. Bahkan Pemerintah Daerah (Pemda)Kabupaten Sumedang pun – selaku pihak yang seharusnya mengawasi pemeliharaan cagar budaya – pun tidak tahu-menahu mengenai kelanjutan kisah pencurian itu. Saat ini Menara Loji nampak tidak terurus. Perawatan terakhir menara ini berupa pengecatan ulang yang dilakukan oleh pihak Rumah Tangga UNWIM pada tahun 2000.
 
Jembatan di Cikuda yang sering disebut sebagaidengan nama Jembatan Cincin oleh masyarakat sekitar – pada mulanya dibangun sebagai penunjang lancarnya kegiatan perkebunan karet. Jembatan Cincin dibangun oleh perusahaan kereta api Belanda yang bernama Staat SpoorwagenSpoorwegen Verenidge Spoorwegbedrijf pada tahun 1918. Jembatan inidan berguna untuk membawa hasil perkebunan;. dan padaPada masanya, jembatan ini menjadi salah satu roda penggerak perkebunan karet terbesar di Jawa Barat dan setiap pagi hari hasil bumi dari Tanjungsari dibawa melalui jembatan ini untuk dijual di Rancaekek. Rutinitas itu berjalan terus sampai kemudian pada Perang Dunia II tentara Jepang mengangkut besi-besi rel untuk dilebur menjadi persenjataan perang.
 
Sebagaimana halnya dengan Menara Loji, tidak ada satupun instansi yang mau menangani perawatan jembatan bersejarah ini. Baik Pemda Sumedang maupun PT KAI (Kereta Api Indonesia) – dua pihak yang cukup berkepentingan dengan Jembatan Cincin – menyatakan bahwa pemeliharaan Jembatan Cincin tidak termasuk dalam tanggungjawabnya. Menurut PT KAI, jembatan ini tidak pernah diperbaiki karena sudah tidak digunakan lagi. Sedangkan menurut Dinas Budaya dan Pariwisata (Disbudpar)Pemerintah PemdaDaerah Kabupaten Sumedang, perawatan bangunan bersejarah tidak termasuk dalam tanggung jawab dinas tersebut karena dinas ini hanya bertugas memperhatikan dan membina nilai-nilai budaya.
 
Objek pariwisata di Jatinangor antara lain meliputi Bumi Perkemahan Kiara Payung dan Bandung Giri Gahana (Golf and Resor). Walaupun demikian, sebenarnya sebagian besar tanah Bumi Perkemahan Kiara Payung terletak dalam wilayah Kecamatan Tanjungsari. Selain itu, Jalan Raya Jatinangor sepanjang 4,83 km yang menghubungkan Bandung dengan Sumedang merupakan penggalan dari De Groote Postweg ([[Jalan Raya Pos]]) yang dibuat olehpada Maarschalktahun en1808 Gouverneurdengan Generaal,perintah Mr.dari [[Herman Willem Daendels]], padaGubernur tahunJenderal 1808Hindia Belanda Timur.
 
== Lalu-lintas ==
Baris 64 ⟶ 69:
 
== Referensi ==
* Bervoets, J. A. A.; 1990, ''Inventaris van het archief van de Maatschappij tot Exploitatie der Baud-Landen 1920-1944'', Nationaal Archief, Den Haag.
* Fasseur, Cornelis; ''The Politics of Colonial Exploitation : Java, the Dutch, and the Cultivation System'', Southeast Asia Program Publications – Cornell University Press.
* Silitonga, P. H.,; 1993, ''Peta Geologi Lembar Bandung, Jawa'', Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.
* Tia dan Aci,; 2004, ''Saksi sejarah nan Terabaikan.'' dalam JatinangordJatinangor, edisi XIV, tahun VII, September 2004, halaman 15.
 
* Tia dan Aci, 2004, ''Saksi sejarah nan Terabaikan.'' dalam Jatinangor, edisi XIV, tahun VII, September 2004, halaman 15.
* Silitonga, P. H., 1993, ''Peta Geologi Lembar Bandung, Jawa'', Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.
 
{{Jatinangor, Sumedang}}