Bahasa Sinhala: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k ←Suntingan Relly Komaruzaman (bicara) dikembalikan ke versi terakhir oleh ChuispastonBot |
←Membatalkan revisi 5056472 oleh Stephensuleeman (Bicara) |
||
Baris 10:
}}
[[Bahasa Sinhala]] (atau ''Sinhalese'' dalam [[Bahasa Inggris]]) merupakan anak cabang dari bahasa-bahasa [[Indo-Arya]], dan masih berhubungan erat dengan [[
== Sejarah ==
Bahasa Sinhala mulai diketahui perkembangannya sejak abad ke-6 SM, diawali dengan kedatangan Pangeran Vijaya Singhapura dari tanah Bengali dan 700 pasukannya yang mendarat di kawasan yang disebut Srilanka saat ini. Pangeran Vijaya dan Putri Kuveni yang merupakan putri raja setempat meletakkan cikal bakal terbentuknya masyarakat Sinhala. Meski catatan tersebut masih diliputi misteri kebenarannya, namun diperkirakan kedatangan orang-orang Arya berlangsung mulai abad ke-4 atau 5 SM dari Bengala.
Bahasa ini diperkirakan berkembang melalui Bahasa Indo-Arya Lama (
Naskah-naskah tua seperti Maha Wamsa, yakni kisah raja-raja Srilanka, menunjukkan bahwasanya bahasa ini sudah berkembang sangat lama.
Bahasa Sinhala juga banyak menyimpan bentuk-bentuk lama bahasa
*
* Hindi
* Bengali
* Sinhala
== Pengaruh Bahasa-bahasa sekitarnya ==
Bahasa Sinhala selain berakar dari bahasa
Disamping bahasa Tamil, karena [[Srilanka]] juga merupakan jalur perdagangan yang sangat strategis, maka pengaruh kosakata dari berbagai bahasapun berdatangan. Bahasa Sinhala menyerap banyak kosakata dari bahasa Portugis yang dibawa oleh para penjajah pada abad ke-16, kemudian
== Sistem
Bahasa Sinhala menggunakan sistem penulisan yang berkembang dari sistem Brahmi, dan diperkenalkan di pulau tersebut pada abad ke-3 SM. Kemudian pada abad ke-6, beberapa karakter tertentu diadopsi bahasa ini dari huruf-huruf Dravida dan pada saat ini bahasa Sinhala sudah mempunyai 56 karakter.
== Kebijakan
Sepanjang tahun 1830-1833, bahasa Inggris diperkenalkan sebagai media instruksi dalam segala bidang, dan pemerintah kolonial Inggris kemudian menjadikan bahasa ini menjadi bahasa resmi bagi wilayah [[Srilanka]] (Ceylon). Namun kebijakan ini kemudian mendapat tentangan dari masyarakat Sinhala dan Tamil yang menginginkan bahasa Sinhala dan Tamil menjadi bahasa nasional sebagai pengganti bahasa Inggris.
Hal tersebut tidak menjadi masalah hingga pada tahun 1956 diloloskan lagi Undang-Undang Bahasa No. 33 tahun 1956. Undang-Undang ini menyatakan bahasa Sinhala sebagai satu-satunya bahasa resmi bagi Srilanka, dan hal inilah yang mengakibatkan terjadinya diskriminasi bagi orang-orang Tamil dimana mereka untuk memperoleh pekerjaan harus dapat menguasai bahasa Sinhala dan jumlah pekerja dari kalangan Tamil berkurang hingga dibawah 10% pada pertengahan tahun 1950an.
|