Roeslan Abdulgani: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Jfkjaya (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 38:
}}
 
'''Roeslan Abdulgani''' ({{lahirmati|[[Kota Surabaya|Surabaya]]|24|11|1914|[[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]]|29|6|2005}}) adalah negarawan dan [[politikus]] [[Indonesia]] yang merupakan [[Daftar Menteri Luar Negeri Indonesia|Menteri Luar Negeri Indonesia]] pada tahun [[1956]]-[[1957]]. Dia akrab dipanggil ''Cak Roes''.
 
==Riwayat Hidup==
Roeslan adalah Sekretaris Jenderal [[Departemen Luar Negeri]] pada tahun 1954-1956. Setahun kemudian, dia menjadi Sekretaris Jenderal [[Konferensi Asia-Afrika]] di [[Kota Bandung|Bandung]] pada tahun [[1955]]. Setelah jabatan Menteri Luar Negeri, dia menjadi Menteri Penerangan pada tahun [[1962]]-[[1966]], dan Wakil Perdana Menteri pada tahun [[1966]]-[[1967]]. Setelah tampuk kepresidenan berganti dari [[Soekarno]] ke [[Soeharto]], Roeslan dipercaya menjadi Duta Besar RI di [[Perserikatan Bangsa-Bangsa]] (1967-1971) dan menjabat Ketua Tim Penasihat Presiden mengenai Pancasila selama 20 tahun sejak tahun [[1978]].
Roeslam Abdulgani lahir di [[Surabaya]] pada [[24 November]] [[1914]]. Saat remaja ia bergabung dengan ''Natipy'', kepanduan yang berhaluan nasional. Ia juga menjadi anggota ''Jong Islamieten Bond'' serta [[Indonesia Muda]]. Waktu itu Indonesia Muda dianggap sebagai organisasi yang berbahaya oleh pemerintah [[Hindia Belanda]]. Setelah tamat dari [[HBS]] (setingkat sekolah lanjutan sekarang), Roeslan diterima di ''Openbare Europese Kweekschool'', sekolah guru untuk orang [[Eropa]], namum ia dikeluarkan karena ketahuan menjadi anggota Indonesia Muda. Ia juga pernah menjadi Ketua Pedoman Besar Indonesia Muda, setelah ketuanya yang lama, [[Sukarni]] menghilang karena dikejar-kejar Belanda.
Dijaman penjajahan [[Jepang]], ia memimpin gerakan [[Angkatan Muda]], ia ikut merebut kekuasaan dari Jepang, saat [[Proklamasi Kemerdekaan]].
 
Ketika pasukan sekutu mendarat di Surabaya, ia terlibat beberapa pertempuran dan sesudah [[10 November]] [[1945]], ia terpaksa menyingkir ke [[Malang]]. Disana ia bekerja di [[Kementerian Penerangan]], ia pun diangkat menjadi Seketaris Jenderal Kementerian Penerangan, yang waktu itu berkedudukan di [[Yogyakarta]]. Pada saat Agresi Militer ke-2, tanggal [[19 Desember]] [[1945]], ia tertembak pada tangan kanan dan beberapa jari tangannya terpaksa dipotong <ref>Ensiklopedi Nasional Indonesia, Penerbit PT. Delta pamungkas, 2004</ref>
 
RoeslanSetelah adalahpenyerahan kedaulatan, ia ikut pindah ke [[Jakarta]], kariernya terus menanjak, ia pernah menjadi Sekretaris Jenderal [[Departemen Luar Negeri]] pada tahun 1954-1956. Setahun kemudian, dia menjadi Sekretaris Jenderal [[Konferensi Asia-Afrika]] di [[Kota Bandung|Bandung]] pada tahun [[1955]]. Setelah jabatan Menteri Luar Negeri pada [[Kabinet Ali Sastromidjojo II]] , diaia menjadi [[Menteri Penerangan]] pada tahun [[1962]]-[[1966]], dan Wakil Perdana Menteri pada tahun [[1966]]-[[1967]]. Setelah tampuk kepresidenan berganti dari [[Soekarno]] ke [[Soeharto]], Roeslan dipercaya menjadi [[Daftar Duta Besar Indonesia untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa|Duta Besar RI]] di [[Perserikatan Bangsa-Bangsa]] (1967-1971) dan menjabat Ketua Tim Penasihat Presiden mengenai Pancasila selama 20 tahun sejak tahun [[1978]].
 
Roeslan juga mempunyai gelar Jenderal [[TNI]] Kehormatan Bintang Empat, [[Bintang Mahaputra]]. Semasa hidupnya, dia dikenal mempunyai hubungan yang dekat dengan Presiden [[Soeharto]]. Dari pernikahannya dengan Sihwati Nawangwulan, dia memperoleh lima anak.
 
==Catatan kaki==
{{Reflist}}
 
== Pranala luar ==