Lokomotif B22: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Bagaz RW (bicara | kontrib)
←Membuat halaman berisi '{{noref}} {{Infobox Lokomotif |image=Stoom locomotive B22.JPG |caption='''B22''' |powertype=Uap |serialnumber=B22 |fueltype=Kayu, Batubara |gauge=1.067 mm |bui...'
 
Bagaz RW (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 27:
}}
 
Selain kaya dengan sumber daya alam, seperti [[kayu jati]], kawasan pantai utara [[Jawa Tengah]] dan [[Jawa Timur]] juga terdapat [[minyak bumi]] dan [[gas bumi]], baik di [[Cepu]] ([[Jawa Tengah]]) maupun di [[Bojonegoro]] ([[Jawa Timur]]). Untuk mendukung percepatan arus perdagangan hasil bumi dan hasil [[industri]] [[perkebunan]] kemudian dibangun [[jalan rel]]. Setelah perusahaan kereta api swasta Nederlandsch[[Nederlands-Indische Spoorweg maatschappijMaatschappij]] (NIS) berhasil membangun jalur kereta api rute [[Semarang]] – Gundih - [[Solo]] – [[Yogyakarta]] (166 km) pada tahun 1867 – 1872, NIS kemudian melanjutkan pembangunan jalur kereta api rute [[Surabaya]] [[Pasar Turi]] – Babat (69 km) selesai dibangun pada tahun 1900, rute Babat – [[Bojonegoro]] – [[Cepu]] (72 km) selesai dibangun pada tahun 1903 dan rute Gundih – Gambringan – [[Cepu]] (89 km) selesai dibangun pada tahun 1902. Jalur kereta api ini telah menjadi jalur perdagangan penting, yaitu lembah Bengawa Solo yang terletak di [[Jawa Timur]] bagian utara. NIS mendatangkan lokomotif uap [[B22]] dari pabrik Hartmann ([[Jerman]]) sebanyak 20 lokomotif pada tahun 1989 – 1901. Lokomotif ini dipergunakan untuk menarik rangkaian kereta yang mengangkut hasil bumi, hasil perkebunan, hasil tambang atau penumpang.
 
Setelah [[Perang Dunia II]] berakhir, 1 lokomotif [[B22]] dipindah dari [[Jawa]] ke [[Sumatra Selatan]] dan sisanya tersebar di [[Solo]], Gundih, Kudus dan Purwodadi.