Masjid Agung Al-Karomah: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Rahmatdenas (bicara | kontrib) merapikan |
||
Baris 28:
== Sejarah ==
Sebagai pusat [[Kerajaan Banjar]], [[Martapura]] tercatat menjadi saksi 12 [[sultan]] yang memerintah. Pada waktu itu Mesjid berfungsi sebagai tempat peribadatan, dakwah Islamiyah, integrasi umat Islam dan markas atau benteng pertahanan para pejuang dalam menantang Belanda.▼
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Alun-alun met moskee Martapoera TMnr 60018755.jpg|thumb|200px|Bangunan asli Masjid Al-Karomah pada zaman pendudukan Belanda. Sebelumnya masjid ini bernama '''Masjid Jami Martapura'''.]]▼
▲Sebagai pusat [[Kerajaan Banjar]], [[Martapura]] tercatat menjadi saksi 12 sultan yang memerintah. Pada waktu itu Mesjid berfungsi sebagai tempat peribadatan, dakwah Islamiyah, integrasi umat Islam dan markas atau benteng pertahanan para pejuang dalam menantang Belanda.
Akibat pembakaran [[Pasayangan, Martapura, Banjar|Kampung Pasayangan]] dan Masjid Martapura, muncul keinginan membangun Masjid yang lebih besar. Tahun 1280 Hijriyah atau [[1863]] Masehi, pembangunan masjid pun dimulai.<ref name="RB"></ref>
▲[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Alun-alun met moskee Martapoera TMnr 60018755.jpg|thumb|200px|left|Bangunan asli Masjid Al-Karomah pada zaman [[Penjajahan Belanda|pendudukan Belanda]]. Sebelumnya masjid ini bernama '''Masjid Jami Martapura'''.]]
Masjid Agung Al Karomah, dulu namanya adalah '''Masjid Jami’ Martapura''', yang didirikan oleh panitia pembangunan masjid yaitu HM. Nasir, HM. Taher (Datu Kaya), HM. Apip (Datu Landak). Kepanitiaan ini didukung oleh Raden Tumenggung Kesuma Yuda dan Mufti HM Noor.<ref name="RB"></ref>▼
▲Masjid Agung Al Karomah,
Menurut riwayatnya, Datuk Landak dipercaya untuk mencari kayu Ulin sebagai sokoguru masjid, ke daerah Barito, [[Kalimantan Tengah]]. Setelah tiang ulin berada di lokasi bangunan Masjid lalu disepakati.
Tepat 10 Rajab 1315 H ([[5 Desember]] [[1897]] M) dimulailah pembangunan
Seiring dengan perubahan masa dari waktu ke waktu masjid tersebut selalu di renovasi, tapi struktur utama tidak berubah.<ref name="RB"></ref>
Malam Senin 12 [[Rabiul Awal]] 1415 H dalam perayaan hari kelahiran Nabi Besar [[Muhammad SAW]], Masjid Jami’ Martapura diresmikan menjadi Masjid Agung Al Karomah.<ref name="RB"></ref>
Saat ini Masjid Agung Al Karomah berdiri megah dengan konstruksi beton dan rangka atapnya terbuat dari baja [[stainless]], yang terangkai dalam struktur ''space frame''. Untuk kubahnya dilapisi dengan bahan enamel.
Di dalam masjid, sampai saat ini masih dapat ditemukan dan dilihat struktur utama Masjid Jami Martapura yang tidak dibongkar,
== Aristektur ==
Dilihat dari segi arsitekturnya, bentuk '''Masjid Agung Al Karomah Martapura''' mengikuti [[Masjid Demak]] Buatan [[Sunan Kalijaga]]. Miniaturnya dibawa utusan Desa [[Dalam Pagar, Martapura Timur, Banjar|Dalam Pagar]] dan ukurannya sangat rapi serta mudah disesuaikan dengan bangunan sebenarnya sebab telah memakai skala.<ref name="RB">[http://www.radarbanjarmasin.co.id/index.php/berita/detail/50/4295 Radar Banjarmasin - Melihat Sisi Lain Masjid Al Karomah Martapura]. Diakses 14 Agustus 2010</ref>
Sampai saat ini bentuk bangunan Masjid menurut K.H. Halilul Rahman, Sekretaris Umum di kepengurusan Masjid sudah tiga kali rehab. Dengan mengikuti bentuk bangunan modern dan [[Eropa]], sekarang Masjid Agung Al Karomah Martapura terlihat lebih megah. Meski bergaya modern, empat tiang [[Ulin]] yang menjadi Saka Guru peninggalan bangunan pertama Masjid masih tegak di tengah. Tiang ini dikelilingi puluhan tiang beton yang menyebar di dalam [[Masjid]].
Arsitektur Masjid Agung Al Karomah Martapura yang menelan biaya
Bila arsitektur bangunan banyak berubah, namun [[mimbar]] tempat khatib berkhutbah yang berumur lebih satu [[abad]] sampai sekarang berfungsi. Mimbar berukiran untaian kembang dan berbentuk panggung dilengkapi tangga yang sampai sekarang masih berfungsi dan diarsiteki H.M Musyafa.
Pola ruang pada Masjid Agung Al Karomah juga mengadopsi pola ruang dari arsitektur Masjid Agung Demak yang dibawa bersamaan dengan masuknya agama Islam ke daerah ini oleh Khatib Dayan. Karena mengalami perluasan arsitektur Masjid Agung Demak hanya tersisa dari empat tiang ulin atau disebut juga tiang guru empat dari bangunan lama.
Tiang guru adalah tiang-tiang yang melingkupi ruang cella atau ruang keramat. Ruang cella yang dilingkupi tiang-tiang guru terdapat di depan ruang mihrab, yang berarti secara [[kosmologi]] cella lebih penting dari mihrab. Sejarahnya tiang guru empat menggunakan tali alias seradang yang ditarik beramai-ramai oleh [[Datuk Landak]] bersama masyarakat. Atas kodrat dan iradat Tuhan YME tiang Guru Empat didirikan. Masjid pertama kali dibangun berukuran 37,5 meter x 37,5 meter.
== Referensi ==
|