Politeknik Pertanian Negeri Kupang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tony Djogo (bicara | kontrib)
Tony Djogo (bicara | kontrib)
Baris 25:
Pemilihan Universitas atau lokasi Politeknik Pertanian ini di dasarkan pada kondisi agroekosistem dan Pola Ilmiah Pokok (PIP) masing-masing Universitas yang mewakili ''agroecosystem'' atau sistem ekologi pertanian dan sistem produksi pertanian utama yang di Indonesia. Politeknik Pertanian Universitas Andalas dan Universitas Lampung mewakili pertanian tanaman perkebunan, Politeknik Pertanian Universitas Jember mewakili ekosistem pertanian tanaman pangan, tanaman hortikultura dan industri pertanian, Politeknik Pertanian Universitas Mulawarman mewakili ekosistem hutan, pengelolaan dan sistem produksi atau industri kehutanan, Politeknik Pertanian Universitas Hasanudin mewakili sistem produksi perikanan dan ekosistem kelautan sedangkan '''Politeknik Pertanian Universitas Nusa Cendana mewakili agroekosistem pertanian lahan kering dan peternakan.'''
 
Politeknik Pertanian Kupang didirikan pada tahun 1984 dengan status Project Implementation Unit (PIU) sebelum memiliki dosen dan mahasiswa. Statusnya kemudian diubah menjadi Politeknik Pertanian yang mulai menerima pegawai dan melatih calon-calon dosen dan instruktur. Kepala PIU pertama yang kemudian menjadi Direktur Politeknik Pertanian yang pertama adalah ''' Ir. Tony Djogo''' yang kemudian menjabat Direktur Politeknik Pertanian yang pertama sampai tahun 1997.
 
Pada saat dimulai pada tahun 1984 Politeknik Pertanian ini belum memiliki gedung dan staff atau dosen dan instruktur. Jadi pada saat gedung-gedung dibangun dalam kampus Universitas Nusa Cendana pada saat itu pula mulai dilakukan pengadaan peralatan dan mendidik calon calon dosen dan teknisi di PEDCA di Bandung maupun dikirim ke luar negeri.
 
Pada awalnya Politeknik Pertanian Negeri Kupang menempati dan mengelola lahan seluas 20 ha di dalam kampus Undana di Penfui, Kupang. 6 ha merupakan lahan untuk banguannbangunan kampus dan 14 ha adalah kebun percobaan dan kebun praktek. Pada awalnya lahan seluas 20 ha ini sangat tandus kering dan gersang pada musim kemarau dengan hanya memiliki sedikit pohon lontar, kosambi, dan beberapa jenis pohon lokal lainnya.
 
Pada tahun 1987 Direktur Politani bersama staf dan teknisi merintis pengumpulan jenis jenis lokal tahan kering untuk ditanam di dalam lingkungan kampus. Hanya dalam waktu tujuh tahun kampus sudah dinaungi hutan yang rindang dan teduh dan terjadi perubahan ekosistem dan iklim mikro di dalam kampus. Koleksi tanaman yang dirintas sejak tahun 1987 ini kemudian berfungsi sebagai arboretum tanaman lokal maupun tanaman dari luat (exotic species). Ada lebih dari seratusspesiesseratus spesies yang ditanam di dalam wilayah kampus Politani ini. Kampus dan kebun koleksi serta kandang-kandang ternak yang dibangun kemudian menjaid lokasi kunjungan LSM lokal, pemerintah dan mahasiswa dari perguruan tinggi lain. Kampus Politani menjadi tempat pertukaran informasi, pertemuan internasional dan kunjungan lembaga nasional maupun lembaga asing dalam bidnag pertanian lahan kering, wanatani (agroforestry) serta pertanian dan pembangunan pedesaan. Direktur Politani, Tony Djogo, juga sering memberikan kuliah bagi Mahasiswa dari Australia atau membantu design penelitian bagi penelitian asing yang berminat dalam bidang agroekosistem lahan kering di kampus ini.
 
Pada awalnya Politani Kupang memiliki tiga jurusan: Jurusan Pertanian Lahan Kering, Jurusan Tanaman Pangan dan Jurusan Peternakan. Pada awalnya kurikulum dirancang dengan komposisi 30 persen teori dan 70 persen praktek.