Rumpun dialek Arekan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 81:
sikap basa basi yang diagung-agungkan wong jawa, tidak berlaku dalam kehidupan arek suroboyo.
misalnya dalam berbicara, wong jawa menekankan tdak boleh memandang mata lawan bicara yang lebih tua atau yang dituakan atau pemimpin, karena dianggap tdak sopan. Tapi dalam budaya arek suroboyo,itu tanda bahwa orang tersebut sejatinya pengecut, karena tidak berani memandang mata lawan bicara.
Tapi kata jancuk juga dapat diartikan sebagai tanda persahabatan, arek-arek suroboyo kalo lama tidak bertemu dengan sahabatnya jika ketemu pasti ada kata jancuknya terucap contoh: "jancuk piyeyo'opo khabare rek suwi gak ketemu", jancuk juga merupakan tanda seberapa dekatnya arek suroboyo dengan temannya dengan tanda apabila ketika kata jancuk diucapkan obrolan semakin hangat. contoh: "yo gak ngunu cuk critane matamua mosok mbalon gak mbayar".
 
Selain itu, sering pula ada kebiasaan di kalangan penutur dialek Surabaya, dalam mengekspresikan kata 'sangat', mereka menggunakan penekanan pada kata dasarnya tanpa menambahkan kata sangat (bangat atau temen), misalnya "sangat panas" sering diucapkan "puanas", "sangat pedas" diucapkan "puedhes", "sangat enak" diucapkan "suedhep" dsb.