Sejarah Paser: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Alamnirvana (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (-jaman +zaman); kosmetik perubahan
Baris 48:
== Awal masyarakat Paser ==
 
Perkembangan dan perjalanan masyarakat Paser diawali sejak jamanzaman prasejarah, dengan datangnya para imigran Austronesia. Imigran Austronesia meliputi Taiwan atau Formosa di sebelah Utara hingga New Zealand di Selatan, antara Madagaskar di sebelah barat sehingga pulau Paska atau Eastor Island bagian Timur, suatu wilayah yang luas hampir separuh dunia.<ref>Pigaud Th.G.Th.Java in the Feureenth Century, A Study in Cultural History Fakultas Sastra Universitas Indonesia, Jakarta 1960</ref><ref>Jacob.T, Asal-usul orang Austronesia Felomik tentang masyarakat Austronesia, Fakta atau Fiksi? LIPI Press Jakarta 2004</ref>
 
Dengan kemampuan dan pengetahuan pelayaran yang dimiliki, mereka mampu menyeberangi selat dan laut sehingga mencapai wilayah Asia Tenggara kepulauan dan kepulauan Fasifik. Salah satu jalur imigran tersebut adalah kelompok manusia yang bergerak dari Formosa kemudian ke Filipina, dari sini para imigran terpecah menjadi dua jalur. Kalimantan dan Sulawesi<ref>Poesponegoro, Marawati Joened, et,al. Sejarah Nasional Indonesia Balai Pustaka Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta 1993</ref>
 
=== Fokler Oral Tradition ===
Dalam fokler oral tradition yang berhubungan dengan kerajaan di Tanah Paser. Pada jamanzaman dahulu kala, pernah berdiri sebuah kerajaan yang bernama Padang Kero dengan rajanya yang bernama Nuas. Raja Nuas tidak lama memerintah, karena merasa uzur digantikan oleh si anak yang bernama Mandan. Begitu juga halnya dengan Raja Mandan, tidak lama kemudian raja meninggal dunia digantikan oleh si anak yang bemama Tampuk Gulung. Tampuk Gulung menyerahkan kekuasaan kerajaan kepada si anak yang bemama Selendo Tuo dan raja selanjutnya adalah Dato Tuo Puti Songkong. Tidak lama kemudian raja Dato Tuo Puti Songkong menyerahkan kepada si anak yang bernama Nalau, disaat pemerintahan raja Nalau masyarakat menjadi makmur, oleh sebab itu Nalau diberi nama oleh masyarakatnya Raja Tondoi atau Nalau pemimpin kemakmuran.
 
Pada masa pemerintahan Raja Nalau ini, salah seorang sepupunya yang bernana Gasing Putih merasa iri hati kepada Nalau Raja Tondoi, sehingga timbul perselisihan diantara kedua bersepupu, terjadi perang yang berkepanjangan dan akhirnya peperangan dimenangkan oleh Nalau Raja Tondoi. Beberapa saat kemudian Nalau menyerahkan kerajaan kepada anaknya yang bernama Sumping.
Baris 148:
Islamisasi di Kerajaan Paser melalui beberapa jalur, antara lain
* Jalur perkawinan-perkawinan dilakukan oleh Abu Mansyur Indra Jaya dengan Putri Petong, dari Kerajaan Paser raja komunitas Paser. Begitu juga perkawinan Sayyid Ahmad Khairuddin yang kawin dengan Aji Mitir anak Putri Petong dengan Abu Mansyur Indra Jaya.
* Jalur perdagangan sungai Kendilo merupakan sungai besar pada jamanzaman mereka, yang selalu dilalui para pedagang dari berbagai daerah Nusantara, termasuk pedagang dari Arab. Interaksi antara masyarakat Kerajaan Paser dengan para pedagang muslim menyebabkan sebagian masyarakat penduduk tertarik untuk memeluk agarna Islam.
* Dalam sebuah cerita rakyat, Putri Petong sebelum kawin dengan Abu Mansyur Indra Jaya, sudah beberapa kali kawin, akan tetapi jika akan berhubungan badan dengan lelaki, jika tidak lari dari peraduan atau mati. Hal ini disebabkan sari bambu yang melekat pada Putri Petong. Kawinlah dengan Abu Mansyur Indra Jaya yang dapat menyembuhkan penyakit tersebut<ref>Cilik Riwut. Kalimantan Membangun alam dan kebudayaan, PT. Tiara Wacana Yogya, cetakan pertama 17 Agustus 1993 halaman 119-120</ref>
 
Baris 160:
Beberapa lama tinggal di Kerajaan Paser akhimya Sayyid Ahmad Khairuddin kawin dengan Aji Putri Mitir anak Putri Petong dengan Abu Mansyur Indra Jaya. Saudara dari Aji Mas Pati Indra, bibi Aji Mas Anom Indra. Sumber lain mengatakan bahwa yang menjadi Imam pada masa itu adalah Imam Mustafa (Vr, sumber dari Aji Zainal Abidin dan kawan-kawan). Lebih kurang 15 tahun menyiarkan agama Islam di Kerajaan Paser, Sayyid Ahmad Khairuddin menunaikan ibadah haji. Sebelum berangkat haji, pada saat anak beliau naik ayunan Sayyid Ahmad Khairuddin menciptakan sebuah nyanyian yang dinamakan 'Nyanyian Fatimah" dengan bait syair seperti berikut:
 
"Bismillahirrahmanirrahim"<br />
Huu Allah, Allah Awwal, Allah Huu, Akhir<br />
Allahhuu, Allah Allahu wal batin, Allah Waddlij<br />
Dijahir<br />
Allah huu, Allah maidandam ilham<br />
Allahu huu Allahu, air zam-zam karam di laut<br />
bahaarullah.<br />
Ayun-ayun silangka pulan<br />
Ayun putra, putri ku jaya<br />
Yaa hunaini silangka pulan<br />
Wannahiruun-wannahiruun<br />
Yaa hayyu yaa Qayyuum<br />
Yaa hannanu yaa Burhan