Tarekat Idrisiyah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
{{rapikan}}
'''Tarekat Al-Idrisiyyah''' dinisbahkan kepada nama Syekh Ahmad bin Idris al-Fasi al-Hasani (1173 – 1253 H / 1760 - 1837 M). Sebenarnya Tarekat ini berasal dari Tarekat Khidhiriyyah yang berasal dari Nabi Khidir As yang diberikan kepada Syekh Abdul Aziz bin Mas'ud ad-Dabbagh Ra. Setelah Syekh Ahmad bin Idris Ra. Tarekat ini mengalami perkembangan lebih jauh yang melahirkan berbagai jenis Tarekat lainnya, hal ini disebabkan karena beberapa murid Syekh Ahmad bin Idris membuat komunitas Tarekat yang dinisbahkan kepadanya dan mengembangkan ajarannya menjadi suatu sistem ajaran yang lebih spesifik. Oleh karenanya tidaklah heran jika Tarekat Idrisiyyah ini memiliki hubungan yang erat dengan nama-nama Tarekat lainnya, seperti Sanusiyyah, Mirghaniyyah, Rasyidiyyah, Khidhiriyyah, Syadziliyyah, Dandarawiyyah, Qadiriyyah. Bahkan Syekh Muhammad bin Ali Sanusi sebagai murid Syekh Ahmad bin Idris menguasai 40 Thariqat yang dikumpulkan dalam sebuah masterpiece-nya 'Salsabil Mu'in fi Tharaa-iqul Arba'iin. Istilah 40 Thariqat dari kitab ini mengilhami istilah Thariqah Mu'tabarah (diakui) di Indonesia (yang berjumlah 40).
<gallery>
Berkas:Contoh.jpg|Judul1
Berkas:Contoh.jpg|Judul2
</gallery>
 
 
Baris 22 ⟶ 18:
Kebiasaan dzikir yang biasa dilakukan oleh jama'ah Al-Idrisiyyah adalah di setiap waktu ba'da Maghrib hingga [[Isya]] dan ba'da Shubuh hingga Isyraq. Pelaksanaan dzikir di Tarekat ini dilakukan dengan jahar (suara nyaring), diiringi lantunan shalawat (kadang-kadang dalam moment tertentu dengan musik). Kitab panduan Awrad dzikirnya bernama 'Hadiqatur Riyahin' yang merupakan khulashah (ringkasan) awrad pilihan (utama) dari berbagai amalan ([[awrad]]) Syekh Ahmad bin Idris dan Sadatut Thariqah lainnya.
Awrad wajib harian seorang murid Idrisiyyah adalah:
# 1. Membaca Al-Quran satu Juz,
2. Membaca ''Itighfar Shagir'' 100 kali,
3. Membaca Dzikir ''Makhshush'' 300 kali: ''Laa Ilaaha Illallaah Muhammadur Rosulullah fii kulli lamhatiw wanafasin 'adada maa wasi'ahuu 'ilmullah''.
Baris 52 ⟶ 48:
=== Dienul Islam adalah Birokrasi Ilahiyyah ===
Beliau orang yang pertama mengungkapkan bahwa Dienul Islam adalah Birokrasi Ilahiyyah. Dalam pengertian bahwa kepemimpinan, ajaran, nilai-nilai, tatanan kehidupan yang memiliki hubungan yang tiada putus sejak manusia pertama yang dipilih-Nya, yakni Adam As hingga saat ini. Kelanjutan sistem ini ditandai dengan legitimasi ungkapan Nabi terakhir, yaitu Al-'Ulama Waratsatul Anbiya. Al'Ulama tidak identik (sama) dengan orang pintar (cendekiawan). Tidak semua Ulama yang diwarisi cahaya kenabian. Hanya 'Ulama tertentu saja yang memiliki hubungan erat secara lahiriyyah maupun batiniyyah di setiap masa.
 
 
=== Informasi Tarekat Al-idrisiyyah ===
Tanda kekhalifahan pemimpin Tarekat Idrisiyyah dapat disimak melalui <nowiki>http://www.amir-idr.blogspot.com</nowiki>.
 
Sedangkan website resmi Thariqat Al-Idrisiyyah di Indonesia adalah: <nowiki>http://www.al-idrisiyyah.com/</nowiki>