Supraba: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Rintojiang (bicara | kontrib)
k rapikan
rapikan, kat
Baris 1:
'''Dewi Supraba''' adalah tokoh dalam cerita [[Mahabharata]] yang merupakan [[bidadari]] dari kahyangan [[Jonggringsaloka]] yang dianggap meratui para bidadari lainnya. Meskipun sering disebut-sebut sebagai putri bungsu [[Batara Indra]] (dua putri lainnya adalah [[Dewi Tara]] dan [[Dewi Tari]]), ia sesungguhnya berasal dari cahaya yang kemudian pecah menjadi tujuh rupa, yaitu dirinya dan para rekan bidadari: [[Tilottama]], [[Warsiki]], [[Surendra]], [[Gagarmayang]], [[Tunjungbiru]], dan [[Lenglengmulat]].
{{rapikan}}
 
Dikisahkan sebagai tokoh wanita terjelita dalam dunia pewayangan, Dewi Supraba sering menjadi objek cinta dari para ''asura/'' atau raksasa yang kemudian berniat menyerbu dan merusak kahyangan jika lamaran mereka ditolak. Para raksasa yang berniat mempersuntingnya antara lain: [[Prabu Naga Pracona]] (dalam kisah "''[[Kelahiran Gatotkaca"]]''), [[Prabu Nilarudraka]] (dalam kisah "''[[Asmaradahana"]]''), dan [[Prabu Niwatakawaca]] (dalam kisah "''[[Arjuna Wiwaha"]]'').
 
== ''Arjuna Wiwaha'' ==
 
Dalam kisah "''Arjuna Wiwaha"'', bersama keenam bidadari rekannya, Dewi Supraba berusaha membangunkan [[Begawan Mintaraga]] ([[Arjuna]]) dari laku tapanya di puncak [[Indrakila]] untuk mendapatkan senjata sakti dari dewata guna menghadapi musuh-musuhnya dalam perang besar antar darah [[Bharata]] (ini terjadi saat [[Pandawa]] dan [[Drupadi]] menjalani hukuman buang selama dua belas tahun di hutan). Namun keteguhan hati sang Begawan tak tergoyahkan. Usaha ketujuh bidadari itu menjadi sia-sia.
 
Akhirnya Arjuna mendapatkan sepucuk panah mahasakti bernama [[Pasopati]] dari [[Batara Guru]] sendiri atas keunggulannya dalam laku tapa. Namun sebuah tugas berat mesti dipikulnya. Arjuna harus menghancurkan kekuatan Prabu Niwatakawaca yang mengancam dan menyebarkan ketakutan di dunia manusia dan para dewa dan hanya dapat dihancurkan oleh manusia sakti yang mampu menahan semua nafsu duniawinya.
 
Kembali Dewi Supraba menjadi duta para dewa mendampingi Arjuna ke kerajaan [[Manimantaka]] untuk memancing rahasia kematian Prabu Niwatakawaca dengan berpura-pura bersedia menjadi istrinya.
 
Dewi Supraba adalah bidadari dari kahyangan Jonggringsaloka yang dianggap meratui para bidadari lainnya.
Meskipun sering disebut-sebut sebagai putri bungsu Batara Indra (dua putri lainnya adalah Dewi Tara dan Dewi Tari), sesungguhnya berasal dari cahaya yang kemudian pecah menjadi tujuh rupa, yaitu dirinya dan para rekan bidadari: Tilottama, Warsiki, Surendra, Gagarmayang, Tunjungbiru, dan Lenglengmulat.
Dikisahkan sebagai tokoh wanita terjelita dalam dunia pewayangan, Dewi Supraba sering menjadi objek cinta dari para asura/raksasa yang kemudian berniat menyerbu dan merusak kahyangan jika lamaran mereka ditolak. Para raksasa yang berniat mempersuntingnya antara lain: Prabu Naga Pracona (dalam kisah "Kelahiran Gatotkaca"), Prabu Nilarudraka (dalam kisah "Asmaradahana"), dan Prabu Niwatakawaca (dalam kisah "Arjuna Wiwaha").
Dalam kisah "Arjuna Wiwaha", bersama keenam bidadari rekannya, Dewi Supraba berusaha membangunkan Begawan Mintaraga (Arjuna) dari laku tapanya di puncak Indrakila untuk mendapatkan senjata sakti dari dewata guna menghadapi musuh-musuhnya dalam perang besar antar darah Bharata (ini terjadi saat Pandawa dan Drupadi menjalani hukuman buang selama dua belas tahun di hutan). Namun keteguhan hati sang Begawan tak tergoyahkan. Usaha ketujuh bidadari itu menjadi sia-sia.
Akhirnya Arjuna mendapatkan sepucuk panah mahasakti bernama Pasopati dari Batara Guru sendiri atas keunggulannya dalam laku tapa. Namun sebuah tugas berat mesti dipikulnya. Arjuna harus menghancurkan kekuatan Prabu Niwatakawaca yang mengancam dan menyebarkan ketakutan di dunia manusia dan para dewa dan hanya dapat dihancurkan oleh manusia sakti yang mampu menahan semua nafsu duniawinya.
Kembali Dewi Supraba menjadi duta para dewa mendampingi Arjuna ke kerajaan Manimantaka untuk memancing rahasia kematian Prabu Niwatakawaca dengan berpura-pura bersedia menjadi istrinya.
Kali ini usaha Dewi Supraba berhasil. Prabu Niwatakawaca menyebutkan rongga mulutnya sebagai rahasia kematiannya. Arjuna, yang selama percakapan antara sang bidadari dan sang asura menyembunyikan diri dengan membuat dirinya tak terlihat, kemudian bertindak mengalihkan perhatian Prabu Niwatakawaca dengan menghancurkan gerbang istana sehingga menimbulkan kegaduhan.
 
Prabu Niwatakawaca meninggalkan Dewi Supraba dalam kamar seorang diri untuk memeriksa sumber keributan itu. Kesempatan ini digunakan oleh sang bidadari untuk terbang meninggalkan istana menyusul Arjuna.
 
Setelah mengetahui rahasia kematian sang asura, Arjuna memimpin pasukan kahyangan menghancurkan kekuatan Manimantaka dan menewaskan Prabu Niwatakawaca dgn panah sakti Pasopati.
 
Sebagai hadiah kemenangannya Arjuna dinobatkan sebagai raja kahyangan dengan gelar Prabu Kiritin (yang berarti tiara permata) dengan Bidadari Dewi Supraba sebagai permaisurinya.
Sebagai hadiah kemenangannya Arjuna dinobatkan sebagai raja kahyangan dengan gelar Prabu Kiritin (yang berarti tiara permata) dengan Bidadari Dewi Supraba sebagai permaisurinya. Arjuna tinggal di kahyangan selama tujuh tahun masa pembuangannya.
 
Pernikahannya dengan Dewi Supraba membuahkan seorang putra, [[Prabakusuma]], yang kelak akan ambil bagian dalam perang [[Bharatayudha]]. Namun ada pula versi yang menceritakan pernikahan ini dianugerahi dua orang putri kembar, [[Pergiwa]] dan [[Pergiwati]] (yang kelak dipersunting [[Gatotkaca]] dan [[Pancawala]], putra [[Yudhishthira]]).
 
[[Kategori:Tokoh Mahabharata]]