Miafisitisme: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
WikitanvirBot (bicara | kontrib)
k r2.7.1) (bot Menambah: pt:Miafisismo
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (-ekstrim +ekstrem)
Baris 5:
 
== Sejarah ==
Istilah "miafisitisme" timbul sebagai tanggapan terhadap [[Nestorianisme]]. Karena nestorianisme berakar pada tradisi [[Ritus Antiokhia|Antiokhiana]] dan ditentang oleh tradisi [[Ritus Aleksandria|Aleksandriana]], maka umat Kristiani di [[Syria]] dan [[Mesir]] yang ingin menjauhkan diri dari ekstrimekstrem-ekstrimekstrem nestorianisme dan berniat mempertahankan integritas dari posisi teologis mereka mengadopsi istilah miafisitisme guna mengekspresikan posisi mereka.
 
[[Teologi]] miafisitisme didasarkan atas suatu pemahaman mengenai hakikat ([[Bahasa Yunani]]: φύσις, ''fisis'') dari [[Kristus]]: ilahi dan insani. Setelah terombang-ambing antara [[bidaah]] [[docetisme]] (bahwasanya Kristus semata-mata adalah manusia) dan [[adopsionisme]] (bahwasanya Kristus adalah seorang manusia yang dipilih Allah), Gereja mulai mengeksplorasi lebih jauh mengenai misteri hakikat Kristus. Setelah sepakat bahwa Kristus adalah baik ilahi maupun insani, kesulitan pertama yang timbul adalah nestorianisme, yang dianggap menekankan dua hakikat Kristus itu sedemikian rupa sehingga, bagi para penentang nestorianisme, tampak seolah-olah ada dua pribadi dalam satu tubuh. Nestorianisme mengajarkan bahwa bukan keillahian melainkan kemanusiaan Kristuslah yang dilahirkan oleh [[Maria|Santa Perawan Maria]] dan bahwa keilahian Kristus itu terpisah dariNya menjelang kematianNya secara fisik.
Baris 11:
Reaksi atas nestorianisme adalah [[monofisitisme]], yang menekankan bahwa Kristus hanya memiliki satu hakikat tunggal di mana keilahianNya menelan kemanusiaanNya selayaknya samudera menelan setetes cuka. Pandangan ini disebut [[Eutikianisme]]. Baik nestorianisme maupun monofisitisme dianggap sesat, namun pandangan Gereja masih terbagi-bagi dalam hal cara manakah yang terbaik untuk merumuskan tanggapan atas ajaran-ajaran bidaah itu. Karya [[Kiril dari Aleksandria]] merupakan dasar dari pandangan miafisitisme. Dia berbicara tentang "satu (''mia'') hakikat dari Inkarnasi Sabda Allah" ([[Bahasa yunani]]: μία φύσις τοῦ θεοῦ λόγου σεσαρκωμένη, ''mia physis tou theou logou sesarkōmenē'') dan tentang "kesatuan menurut ''[[hipostasis]]''" ([[Bahasa Yunani]]: ἕνωσις καθ' ὑπόστασιν, ''henōsis kath' hypostasin''), atau [[kesatuan hipostatik]]. Keunikannya adalah pandangan ini mengajarkan bahwa Kristus yang berinkarnasi itu memiliki satu hakikat, namun hakikat itu ''berasal dari dua hakikat,'' yakni ilahiah dan insaniah, dan tetap mempertahankan semua karakteristik dari kedua hakikat itu. Sekalipun demikian, para penentang ajaran menganggapnya tidak lain dari pada [[monofisitisme]]. Tanggapan alternatif, yang akhirnya menjadi dogma Byzantium, adalah [[diofisitisme]]. Ajaran ini menyatakan bahwa Kristus memiliki dua hakikat, namun menekankan bahwa kedua hakikat tersebut tidaklah terpisah: Kristus sepenuhnya adalah satu pribadi ([[Bahasa Yunani]]: ὑπόστασις, ''hipostasis''). Kaum miafisit menilai ajaran tersebut mengarah pada [[nestorianisme]].
 
[[Konsili Khalsedon]] ([[451]]) kerap dipandang sebagai titik awal percabangan [[kristologi]], karena [[konsili]] ini mengadopsi [[diofisitisme]]. Akan tetapi, karena sebagian besar Gereja di syria dan Mesir, yang menganut pandangan miafisitisme, menolak keputusan konsili itu, maka kontroversi tersebut menjadi suatu masalah sosio-politis utama dalam [[Bizantium|Kekaisaran Byzantium]]. Ada berbagai upaya persatuan antara dua kubu (termasuk [[Henotikon]] pada tahun [[482]]), dan beberapa kali dilakukan perubahan atas perimbangan kekuasaan. Kendati demikian, keputusan Konsili Khalsedon tetap menjadi ajaran resmi [[Gereja Ortodoks Timur]], [[Gereja Katolik Roma]] dan [[Gereja Protestan]] tradisional. Gereja-Gereja Ortodoks non-Khalsedonia biasanya dikelompokkan bersama sebagai [[Gereja Ortodoks Oriental]]. Selama beberapa tahun terakhir, para pimpinan berbagai cabang Gereja ini telah berbicara mengenai perbedaan-perbedaan dalam kritologinya masing-masing yang tidaklah seekstrimseekstrem pandangan yang dianut secara tradisional.
 
Telah banyak dibicarakan mengenai kesulitan-kesulitan dalam memahami istilah-istilah teknis Bahasa Yunani yang digunakan dalam kontroversi-kontroversi tadi. kata-kata utama adalah οὐσία (''ousia'', 'esensi'), φύσις (''fisis'', 'hakikat'), ὑπόστασις (''hypostasis'', 'realitas konkrit/pribadi'), dan πρόσωπον (''prosopon'', 'topeng/pribadi'). Bahkan dalam Bahasa Yunani sekalipun, makna dari kata-kata tersebut saling tindih-menindih. Kesulitan-kesulitan ini bahkan makin bertambah bilamana istilah-istilah teknis tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa lain. Dalam [[Bahasa Syria]], ''fisis'' diterjemahkan dengan kata ''kyānâ'' (<span dir="rtl">ܟܝܢܐ</span>), dan ''hipostasis'' dengan kata ''qnômâ'' (<span dir="rtl">ܩܢܘܡܐ</span>). Ketidakjelasan makna bahkan makin kabur antara kata-kata tersebut, dan tidak dapat digunakan secara filosofis sebagaimana kata-kata aslinya dalam Bahasa Yunani. Oleh sebab itu beberapa pihak beranggapan bahwa miafisitisme ditimbulkan oleh kendala bahasa.