Suster Puteri Kasih: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (-diantara +di antara)
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (-Diantara +Di antara)
Baris 21:
Puteri Kasih di Indonesia berawal dari kedatangan tiga suster pertama, Sr. Andrea PK, Sr. Henriette PK, dan Sr. Amelia PK pada tahun 1931 atas undangan dari Prefek Apostolik Surabaya, Mgr. [[Theophile de Backere CM]]. Mereka pertama-tama bertugas di rumah panti asuhan Don Bosco, Surabaya. "Jumat pagi pukul 06.00 kami sudah duduk di kereta api dan pukul delapan malam kami akan tiba. Cuaca amat panas dan perjalanan sangat melelahkan akan tetapi kedatangan kami di ''ons Indie'' (Indonesia kita) ini melupakan segala kelelahan perjalanan," kisah dari Sr. Andrea van de Laak, PK sebagai kalimat pembuka dari surat pertamanya.<ref>Surat Sr. Andrea tanggal 16 November 1931 dari Surabaya kepada Suster Visitatris di Belanda, Sr. Agnes Wauters.</ref>
 
Para Suster Puteri Kasih dari Belanda dari tahun 1931 hingga tahun 1939 (tahun terakhir sebelum Perang Dunia II) sudah mencapai 19 suster. Sementara periode 1940 sampai 1948 merupakan periode gelap dari sudut sejarah dunia, Indonesia, maupun karya pelayanan para suster PK. Mereka mengalami susah dan deritanya Perang Dunia II. DiantaraDi antara mereka, terdapat Sr. Louise yang meninggal karena kekurangan makanan di interniran Jepang Semarang. Kedatangan misionaris selanjutnya baru mungkin tahun 1948. Sampai tahun 1964, tahun terakhir kedatangan para suster misionaris PK Belanda, para suster semuanya ada 32 orang. Dari jumlah itu, yang paling lama bekerja adalah Sr. Ludgera Gales PK (50 tahun bekerja di Indonesia). Ia banyak mengabdi untuk karya rehabilitasi penderita kusta di Kediri.<ref>Armada Riyanto CM, Sr. Engelina PK, Sr. Anna PK, ''75 Tahun Perjalanan Puteri Kasih di Indonesia'', hlm. 61.</ref>
 
=== Karya Saat Ini ===