Eka Darmaputera: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
PT51Philip (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 5:
 
== Latar belakang dan pendidikan ==
Eka dilahirkan dengan nama ''The Oen Hien'' sebagai [[anak sulung]] dari dua bersaudara dalam sebuah keluarga sederhana pemilik warung kecil yang hidupnya seringkali pas-pasan. Kadang-kadang selama berminggu-minggu mereka hanya mampu makan [[singkong]]. Pada [[1953]] ia lulus dari SD Masehi di [[Magelang]], lalu melanjutkan ke SMP BOPKRI dan lulus dari sana pada [[1957]]. Setelah lulus dari SMA Negeri Magelang pada [[1960]], ia mula-mula berkeinginan melanjutkan pendidikannya ke [[Akademi Militer Nasional]] yang juga terletak di Magelang, karena ia selalu terkesan oleh penampilan para taruna yang rapi dan gagah. Selain itu, ia juga banyak berteman dengan ''anak kolong'' - sebutan untuk anak-anak dari keluarga [[militer]] - yang tinggal tidak jauh dari rumahnya. Meskipun dilarang, dengan sembunyi-sembunyi Eka sering pergi mengunjungi teman-temannya di kompleks militer. Dengan mereka, Eka kerap kali berkeliling naik [[sepeda]] ke daerah ''Pecinan'', sambil mengenakan [[sarung]] dan [[peci]]. Seperti umumnya anak-anak lelaki seusianya, tak jarang Eka bersama teman-temannya terlibat dalam perkelahian.
 
Mengingat kondisi keuangan keluarganya, akhirnya Eka memutuskan untuk tidak melanjutkan studinya ke Akademi Militer, melainkan menerima ajakan seorang temannya untuk bersama-sama mendaftar di [[Sekolah Tinggi Teologi Jakarta]] (STT Jakarta) untuk menjadi [[pendeta]]. Pertimbangannya, belajar di STT Jakarta ia dapat meminta bantuan [[beasiswa]].
 
== Menjadi mahasiswa ==
Setelah lulus ujian masuk, Eka tinggal di [[asrama STT Jakarta]]. Meskipun mendapat bantuan beasiswa, kesulitan keuangan Eka ternyata tidak begitu saja selesai. Dalam keadaan terdesak karena kiriman orangtuanya terlambat datang atau memang sangat terbatas, kenakalan Eka kadang-kadang muncul kembali. Bersama teman-temannya, ia malah pernah mencuri barang dari gudang asrama untuk dijual. Masalah keuangan kemudian sedikit teratasi setelah dia diterima mengajar di [[SMA BPSK Jakarta]], dengan gaji Rp 1.500 sebulan.
 
Sejak duduk di bangku kuliah, Eka sudah aktif dalam kegiatan berorganisasi dan bergereja. Ia aktif dalam [[Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia]] (GMKI) dan pernah menjabat sebagai salah satu anggota Pengurus Pusat organisasi itu (1962-1966). Ia juga menjabat sebagai [[Sekretaris Jenderal]] [[Gerakan Siswa Kristen Indonesia]] (GSKI) (1962-1966). Ia juga aktif dalam berbagai kegiatan [[Dewan Gereja-gereja di Indonesia]] (DGI), yang kini telah berubah nama menajdi [[Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia]]. Keaktifannya di DGI membuat ia mendapatkan beasiswa tambahan, sehingga hidupnya menjadi lebih terjamin. Di luar itu, ia aktif sebagai anggota [[Front Pemuda Pelajar]] pada 1965-1966.
Baris 31:
Eka telah lama mengidap penyakit [[lever]] yang kemudian berkembang menjadi [[sirosis]] dan [[kanker hati]]. Penyakitnya ini menggerogotinya selama bertahun-tahun, hingga akhirnya pada 29 Juni 2005 ia menghembuskan napasnya yang terakhir di [[Rumah Sakit Mitra Internasional]], Jakarta.
 
Jenazahnya sempat disemayamkan beberapa hari di Gereja Kristen Indonesia (GKI) Jl. [[Bekasi Timur]], [[Jakarta Timur]], gereja yang dilayaninya sejak pertama kali lulus dari STT Jakarta hingga kematiannya dan kemudian [[kremasi|dikremasikan]] di [[Krematorium Cilincing]].
 
== Keluarga ==
Eka meninggalkan seorang istri, [[Evang Meyati Kristiani]], seorang ahli [[pendidikan]] dan seorang anak laki-laki [[Arya Wicaksana]], yang tinggal di [[Australia]] bersama istrinya [[Vera Iskandar]].
 
== Bibliografi ==