Bahasa Gayo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
TjBot (bicara | kontrib)
k bot kosmetik perubahan
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (-mempengaruhi +memengaruhi)
Baris 24:
 
Perkembangan bahasa ini kemudian tidak terlepas dari persebaran orang Gayo menjadi beberapa kelompok yaitu Gayo Lut (seputar danau Laut Tawar termasuk kabupaten Bener Meriah), Gayo Deret yaitu daerah Linge dan sekitarnya (masih merupakan bagian wilayah kabupaten [[Aceh Tengah]], Gayo Lukup/Serbejadi (kabupaten [[Aceh Timur]]), Gayo Kalul ([[Aceh Tamiang]]), [[Gayo Lues]] (kabupaten [[Gayo Lues]] dan beberapa [[kecamatan]] di [[Aceh Tenggara]], juga sebagian kecil terdapat di [[Aceh Selatan]]. Faktor ekonomi menjadi motivasi utama persebaran tersebut, seperti yang dijelaskan dalam bahasa adat [[Gayo]], “ari kena nyanya ngenaken temas, ari kena empet ngenaken lues.” Artinya, disebabkan karena kehidupan yang kurang baik, (sehingga) berusaha untuk lebih baik, karena sempit (lahan pertanian, perkebunan, dan lain-lain) berusaha untuk lebih luas.”
Terjadinya persebaran tersebut turut mempengaruhimemengaruhi penamaan-penamaan suku Gayo, variasi [[dialek]] dan [[kosakata]] yang mereka miliki. Gayo [[Lokop]] atau Serbejadi misalnya, merupakan nama sebuah kecamatan yang ada di kabupaten [[Aceh Timur]]. Begitu juga halnya dengan Gayo [[Kalul]] dan [[Gayo Lues]], komunitas Gayo yang masing-masing ada di hulu sungai Tamiang, [[Pulo Tige]] ([[kabupaten Aceh Tamiang]]) dan kabupaten [[Gayo Lues]] termasuk beberapa [[kecamatan]] di kabupaten [[Aceh Tenggara]]. Penamaan tersebut menggambarkan daerah hunian baru yang mereka diami. Orang-orang Gayo di kabupaten [[Bener Meriah]] masih merupakan bagian dari Gayo Lut ([[Takengon]]), yang beberapa tahun lalu, kabupaten [[Bener Meriah]] mekar dari kabupaten [[Aceh Tengah]]. Sementara, sebagian kecil komunitas [[Gayo]] di [[Aceh Selatan]] tidak menunjukan perbedaan nama seperti di tempat lain.
 
== Variasi Dialek ==
Salah satu dampak dari pesebaran yang terjadi yaitu adanya variasi dialek pada bahasa Gayo. Meski demikian, perbedaan tersebut tidak mempengaruhimemengaruhi penutur bahasa Gayo dalam berkomunikasi satu sama lain. Pengaruh dari luar yaitu bahasa di luar bahasa Gayo turut mempengaruhimemengaruhi variasi dialek tersebut. Perbedaan tersebut tidak hanya pada aspek fonologi tetapi juga pada kosakata yang digunakan. Namun, untuk yang kedua (kosa kata) tidak menunjukan pengaruh yang begitu besar. Sebagai contoh, bahasa Gayo yang ada di Lokop, sedikit berbeda dengan bahasa Gayo yang ada di Gayo Kalul, Gayo Lut, Linge dan Gayo Lues. Hal tersebut disebabkan karena pengaruh bahasa Aceh yang lebih dominan di Aceh Timur. Begitu juga halnya dengan Gayo Kalul, di [[Aceh Tamiang]], sedikit banyak terdapat pengaruh Melayu karena lebih dekat ke Sumatera Utara. Kemudian, Gayo Lues lebih dipengaruhi oleh [[bahasa Alas]] dan [[bahasa Karo]] karena interaksi yang lebih banyak dengan kedua suku tersebut lebih-lebih komunitas Gayo yang ada di kabupaten [[Aceh Tenggara]].
 
Dalam hal dialek yang ada pada suku Gayo, M.J. Melalatoa membagi dialek Gayo Lut terdiri dari sub-dialek Gayo Lut dan Deret; sedangkan Bukit dan Cik merupakan sub-subdialek. Demikian pula dengan dialek Gayo Lues terdiri dari sub-dialek Gayo Lues dan Serbejadi. Sub-dialek Serbejadi sendiri meliputi sub-sub dialek Serbejadi dan Lukup (1981:53). Sementara Baihaqi Ak., dkk menyebut jumlah dialek bahasa Gayo sesuai dengan persebaran suku Gayo tadi (Gayo Lut, Deret, Gayo Lues, Lokop/Serbejadi dan Kalul). Namun demikian, dialek Gayo Lues, Gayo Lut, Gayo Lukup/Serbejadi dan Gayo Deret dapat dikatakan sama atau amat berdekatan. Di Gayo Lut sendiri terdapat dua dialek yang disana dinamakan dialek Bukit dan Cik (1981:1).