Prasasti Kuburajo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Merapikan bahasa yang kacau, dan
Memperbaiki beberapa kesalahan
Baris 1:
'''[[Prasasti]] Kuburajo''' (juga disebut '''Prasasti Kuburajo I''') adalahdan sebuah'''Prasasti [[prasasti]]Kubur yangRaja''') ditemukan di daerah Kuburajo {{coord|-0.463309|100.578461}}, [[Limo Kaum, Lima Kaum, Tanah Datar|Limo Kaum]], Kabupaten [[Tanah Datar]], [[Sumatra Barat]] pada tahun 1877 dan didaftarkan oleh N.J. Krom dalam "Inventaris der Oudheden in de Padangsche Bovenlanden" (OV 1912:41). Prasasti ini ditulis dalam bahasa [[Sansekerta]], yang terdiri atas 16 baris tulisan. Prasasti ini merupakan salah satu dari sekian banyak prasasti yang ditinggalkan oleh [[Adityawarman]].
 
Sewaktu Kern pertama kali mempublikasikasikan penemuan prasasti ini pada tahun 1913 <ref>Kern, H., (1913), ''Grafsteenopschrift van Koeboer Radja'', Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde van Nederlands-Indië 67, 401-404.</ref>, maka Kern beranggapan bahwa prasasti itu berasal dari "Kubur Raja" sehingga disimpulkannya bahwa prasasti itu merupakan nisan (grafsteen) Adityawarman. Kesalahan tersebut diperbaiki oleh F.D.K. Bosch dalam "Laporan Arkeologi 1930" hal. 150<ref>Bosch, F.D.K., (1930), ''Verslag“Verslag van een reis door Sumatra'',.” Oudheidkundige Verslag, hal. 133-57.</ref>.
 
Selain prasasti ini, di daerah ini masih terdapat lagi beberapa buah prasasti, di antaranya yang bergambar matahari atau teratai (lambang agama [[Buddha]]) yaitu [[Prasasti Kuburajo II]].
Baris 10:
== Teks Prasasti ==
[[Berkas:Inscription of Kubu Rajo.jpg|thumb|right|Teks Prasasti Kuburajo]]
Berikut ini teks pada prasasti tersebut<ref>Kern, J.H.C., (1913),artikel ''Grafsteenopschrift van Koeboer Radja'', Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde van Nederlands-Indië, halH. 401–404.</ref>. Artikel Kern belakangan ini diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Kozok & Van Reijn) <ref>Kozok, Uli, & Eric van Reijn. (2010) “Adityawarman: Three Incriptions of the Sumatran King of All Supreme Kings.” Indonesia and the Malay World 38, hal. 135-158.</ref>
# Oṃ māṃla virāgara —
# Ādvayavarmma