Jakarta International Film Festival: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ciko (bicara | kontrib)
k baru
 
Ciko (bicara | kontrib)
Baris 9:
 
===2000===
Pada penyelenggaraan Jakarta International Film Festival yang kedua (3-12 November 2000), jumlah film meningkat menjadi 104 judul (31 negara). Di tahun ini, JIFFEST juga menjadi ajang pemutaran perdana tiga film layar lebar arahan para sutradara muda Indonesia: (1) "[[Pachinko]]" (sutradara: Harry Dagoe Suharyadi), (2) "[[Culik]]" (sutradara: Teddy Soeriaatmadja), (3) "[[Sebuah Pertanyaan untuk Cinta]]" (sutradara: Enison Sinaro). Selain itu JIFFEST menghadirkan segmen "Indonesia Through Foreign Lenses".
 
Kali ini, JIFFEST berhasil mengundang minat 32 ribu penonton. Film karya sutradara Australia, Peter Weir, "[[The Year of Living Dangerously]]" (tentang kejatuhan presiden Sukarno) menjadi pilihan mayoritas penonton. Dua film Iran, "[[Leila]]" (tentang seorang istri yang mandul, karya sutradara Dariush Mehrjui) dan "[[The Blackboard]]" (kisah perjuangan seorang guru, karya sutradara Samira Makmalbaf) juga masuk ke dalam film pilihan penonton.
 
===2001===
Tahun 2001, JIFFEST ([[26 Oktober]]-[[10 November]]) menyajikan 103 judul film dari 32 negara. Tema Jakarta International Film Festival kali ini adalah "''Indonesian Identity through Film: Past and Present.''" Tantangan tahun ini adalah naiknya harga tiket dari Rp. 7500 di tahun-tahun sebelumnya menjadi Rp. 12500. JIFFEST yang tahun ini menapaki tahun ketiga menghadirkan segmen "''Issues in Islamic Contemporary Society''". Kali ini JIFFEST hanya mengadakan pemutaran perdana untuk satu judul film Indonesia, "[[Viva Indonesia]]" (karya bersama: Nana Mulyana, Lianto Luseno, Ravi Bharwani, Asep Kusdinar).
 
Di antara tamu JIFFEST, hadir sutradara Iran Jafar Panahi ("[[The Circle]]"-berkisah tentang lingkaran setan yang dihadapi tiga perempuan setelah keluar dari penjara). Keragaman minat penonton terlihat dari pilihan-pilihan utama mereka kali ini, di posisi puncak terpilih film, "[[Me, You, Them]]" (sutradara: Andruscha Waddington, [[Brazil]]) sebuah drama komedi tentang seorang perempuan dan petualangan cintanya yang nekat. Penonton juga memilih, "The Circle", "[[Amelie]]" (Jean-Pierre Jeunet, [[Perancis]]), dan "[[Dancer in the Dark]]” (Lars Von Trier, [[Denmark]]). Jumlah penonton tahun ini mencapai lebih dari 43 ribu orang.
 
===2002===
Memasuki tahun keempat penyelenggaraannya ([[24 Oktober]]-[[3 November]]), Jakarta International Film Festival menawarkan 120 judul film dari 29 negara. Pada tahun ini dialog antara para pembuat film dan penonton (segmen "''Meet the Filmmaker''") diadakan di [[Goethe House]]. Penonton menaruh minat besar pada film dokumenter arahan James Nachtwey ([[Swiss]]),"[[The War Photographers]]". Ajang pertemuan dengan James Nachtwey dipadati para peminat film juga para fotografer profesional. Film "[[Tato]]" arahan Hanny Saputra menjadi film Indonesia satu-satunya yang diputar secara perdana di JIFFEST kali ini.
 
Selain James Nachtwey beberapa tamu JIFFEST tahun ini antara lain Phillip Cheah (director SIFF) dan Anuragh Singh (sutradara, [[India]]), dan Vicenzo Marra ([[Italia]]). Jumlah penonton mendekati angka 19 ribu.
 
===2003===
Tahun kelima Jakarta International Film Festival ([[14 Oktober]]-[[19 Oktober]]) adalah penyelenggaraan JIFFEST yang tersingkat dibanding tahun-tahun sebelumnya. Penyelenggara mengalami kesulitan pendanaan. Hal ini dipicu oleh peristiwa besar seperti peristiwa [[bom Bali]]. Beragam kesulitan yang dihadapi penyelenggara nyaris membatalkan kehadiran JIFFEST 2003. Namun dukungan dari beragam pihak juga tak kalah kuat, meski pendanaan tetap tak memungkinkan untuk menggelar JIFFEST dalam skala besar. Penyelenggara menyadari bagaimanapun komitmen JIFFEST terhadap penonton tak bisa dipungkiri. Akhirnya, ditempuh jalan tengah: menyelenggarakan JIFFEST dalam skala sederhana. Keprihatinan ini juga tercermin dari tema-tema film yang diputar di JIFFEST kali ini, seperti "[[Bowling for Columbine]" (Michael Moore, [[AS]]) dan "[[11 September (film)|11 September]]" ([[Perancis]]). Berbeda dari sebelumnya, JIFFEST tahun kelima tidak berupaya sekedar menghibur tapi justru mengajak penonton untuk bercermin pada realita sosial yang terjadi saat itu. Di posisi film terfavorit tahun itu adalah "[[Magdelene Sisters]]" (Peter Mullan, [[Inggris]]), sebuah drama bernuansa "gelap" tentang para murid wanita di sebuah asrama Katolik. Penonton kali ini berjumlah sekitar 7400 orang.
 
===2004===
Tahun 2004 ([[3 Desember]]-[[12 Desember]]), JIFFEST kembali dengan semangat baru dibandingkan tahun sebelumnya. Tak ada lagi satu tema yang dipilih untuk penyelenggaraan JIFFEST kali ini. Dari hasil evaluasi, pemilihan satu tema ternyata justru terasa membatasi keragaman pemilihan film dan programming pada umumnya. JIFFEST tetap memilah film-film dan aktifitasnya ke dalam beberapa segmen. Kali ini segmen yang diangkat adalah "''Spirit of Youth''". Tema ini dipilih karena film-film bertema anak muda, khususnya remaja saat itu sedang mengalami ''booming'' baik di dalam maupun di luar negeri. Kontribusi pembuat film muda terhadap industri film juga jelas terlihat, dan tema ''coming of age'' di beragam negara dianggap menarik untuk diamati. Sebanyak 133 judul film dari 35 negara diputar sepanjang JIFFEST keenam ini. Film "[[Dirty Pretty Thing]]" yang bercerita tentang nasib kaum pendatang di Inggris (arahan Stephen Frears, [[Inggris]]) jadi pilihan mayoritas penonton. Film Indonesia yang diputar tahun ini adalah "[[Yasujiro Journey]]" arahan Faozan Riza dan "[[Impian Kemarau]]" ("The Rainmaker") karya Ravi Bharwani. Pemutaran perdana internasional “Impian Kemarau” dilangsungkan di [[Pusan]] pada bulan Oktober.
 
Salah satu tamu istimewa kali ini adalah sutradara [[Korea]], Lee Chang Dong yang tak hanya membawa film-filmnya ke hadapan penonton Indonesia ("[[Green Fish]]", "[[Peppermint Candy]]", "[[Oasis]]") tapi juga berbagi pengalaman mengenai bangkitnya industri perfilman Korea. Perjumpaan Lee Chang Dong dengan para pembuat film Indonesia memberikan kontribusi pada kelahiran konsep ‘komite sinema’ di Indonesia yang masih sedang dicoba untuk dirumuskan dan digarap bersama oleh para pembuat film tanah air. JIFFEST 2004 ini dihadiri sekitar 26 ribu penonton.
 
===2005===
JiFFest ke-7 telah berlangsung dari tanggal [[9 Desember]]-[[18 Desember]] [[2005]]. Karena film- film dokumenter telah berkembang dengan pesat dalam lingkup dan popularitas dalam beberapa ahun terakhir ini, maka untuk pertama kalinya, tahun ini JiFFest membuat bagian khusus untuk film dokumenter. Untuk merayakan bagian khusus tersebut, semua film dokumenter diputar secara gratis, film-film dokumenter yang diputar diantaranya: "[[The Corporation]]", "[[The Comandante]]", dan "[[Weather Underground]]".
 
JiFFest yang ke-7 dibuka dengan pemutaran film pemenang beberapa penghargaan dari [[Perancis]] dan [[Moroko]], "[[Le Grand Voyage]]" oleh sutradara Ismael Ferroukhi. Sedangkan JiFFest ditutup dengan pemutaran film yang terjual habis "[[The Downfall]]", sebuah film yang berkisah tentang hari-hari terakhir [[Hitler]] produksi [[Jerman]] dari sutradara Oliver Hirschbiegel.
 
Di tahun ke-7 ini, JiFFest telah berhasil menarik perhatian 47,000 penonton, jumlah tertinggi sampai saat ini, hampir peningkatan sebesar 80% dari jumlah sebelumnya, 26,282.
 
==Pranala luar==