Pengrawit: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Bambang asmoro (bicara | kontrib)
k ←Membuat halaman berisi 'Pengrawit adalah penabuh gamelan atau musik karawitan atau orang yang profesional di bidang olah musik gamelan. Pengrawit juga sering disebut nayaga atau Yogo. Yogo sendi...'
 
Bambang asmoro (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
Pengrawit adalah penabuh gamelan atau musik karawitan atau orang yang profesional di bidang olah musik gamelan. Pengrawit juga sering disebut nayaga atau Yogo. Yogo sendiri menurut Ki Mujoko Joko Raharjo (alhm) dalang terkenal dari Klaten, menyebutkan berasal dari kata wiyoga yang berarti semedi atau meditasi. Seorang Nayoga bila sedang menabuh gamelan biasanya dengan konsentrasi penuh untuk memberi ruh terhadap gending yang sedang ia mainkan. Keseriusan dalam menabuh gamelan ibarat orang semadi /meditasi, dimana bila rusak tabuhannya ibaratnya gagal sembahnya terhadap yang mahakuasaMaha Kuasa. Dalam gaya Surakarta yang di sebut Pengrawit ini juga menunjuk pada penabuh karawitan mandiri (/klenengan)., pengiring tari, dan pengiring wayanganwayang.
 
Pengrawit dari kata rawit, yang berarti rumit, atau yang berhubungan dengan hal-hal halus, lembut. Pengrawit memang berhubungan dengan hal-hal rumit, misalnya harus menghafal ratusan gending yang berbentuk not-not angka diluar kepala dan menyajikannya dengan "garap" yang benar. Di Surakarta pengrawit juga harus pandai menafsir notasi-notasi atau gending tersebut, bagaimana garap KendanganyaKendangnya, GenderanyaGendernya, RebabanyaRebabnya, bonanganyabonangnya dan tafsir tabuhan ricikan gamelan lainya dan sebagainya.
 
Bahkan pengrawit yang "mumpuni" terhadap garap ratusan bahkan ribuan gending, disebut empu pengrawit"Empu". Empu karawitan ini biasanya abdi dalem pengrawit keraton yang memang ahli di bidangnya. Dimasa lalu nama-nama seperti Marto Pengrawit, Mloyo Widodo adalah empu karawitan yang banyak cantriknya, dan menjadi panutan atau menjadi nara sumber garap gending-gending kuna yang sudah jarang di tabuh atau dibunyikan oleh generasi dibawahnya.
 
Pengrawit gaya Surakarta dalam menabuh biasanya memakai kain, beskap landhung, blangkon, atau kerisan dengan beskap krowok. Jika acara santai biasanya memakai batik atau baju yang sopan.