Bawazier: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 4:
 
[[Syekh]], Sultan, Emir
 
== Syekh Abdurrahim bin Umar bin Muhammad bin Salim ==
 
Syaikh Abdurrahim bin Umar ('''Pendiri Kota Ghil Bawazir''') datang ke daerah Sahil pada tahun 706 H untuk mencari daerah yang layak dijadikan tempat tinggal, kemudian diikuti oleh orang sesudah beliau. Pilihan beliau jatuh pada daerah Baq’ah yang sekarang disebut Ghil Bawazir. Kemudian beliau membangun rumah pertamanya disana, terletak di sebelah barat Masjid Jami’ Al Masyhur, beliau juga menggali sumur sebelah utara Masjid yang letaknya tidak jauh. Sumur tersebut mengeluarkan mata air yang sangat banyak. Selain itu beliau juga memiliki tanah yang luas yang terdiri dari kebun kurma dan lahan pertanian lain yang terletak disebelah selatan kota al-Ghil. Hasil dari kebun kurma dan pertanian yang beliau kelola digunakan untuk membeli tanah yang luas di daerah Khorbah, Baqarain dan tempat lain didaerah Mukalla. Semua harta yang beliau miliki, beliau shodaqohkan di daerah Ghil, seperti untuk kemaslahatan masjid, menjamu tamu, dibagikan pada acara-acara keagamaan dan hari raya tertentu (khusus) dan bentuk-bentuk lain yang sekiranya sesuai dengan apa yang beliau inginkan untuk shodaqoh. Kegiatan – kegiatan ini diikuti oleh anak-anak beliau dengan menambah waqaf-waqaf yang beliau lakukan sehingga kalau ditaksir jumlahnya bisa mencapai 15.000 Syalan per tahun. Bentuk kegiatan yang dilakukan Syaikh Abdurrahim bin Umar Bawazir tidak itu saja, beliau juga membangun madrasah untuk mendidik anak cucu beliau dan siapa saja yang ingin belajar, mendatangkan Ustadz-ustadz yang kompeten dalam mengajar, memerintahkan anak-anak beliau belajar ilmu ditempat lain seperti ke Yaman, Hijaz dan tempat lainnya. Sehingga anak cucu beliau dikenal sangat luas ilmunya, dalam pentelaahannya, senang berbuat kebaikan dan konsisten dalam memberi manfaat kepada manusia selain itu juga terkenal gigih dalam mengajak / dakwah di daerah pantai, mengutus juru damai guna mendamaikan kabilah-kabilah / suku yang bertikai. Contoh lain kedermawanan beliau adalah kepekaan beliau terhadap musafir dan peziarah, ini tercermin dari sikap memulyakan beliau terhadap tamu asing yang singgah, dan ini merupakan sifat baik yang terkenal dan keistimewaan dari anggota keluarga ini di daerah pantai Hadromaut.
 
Beliau dan keluarga banyak menyiapkan rumah singgah baik di kota ataupun di desa-desa untuk menjamu musafir pada hari-hari tertentu dan senantiasa melanjutkan tradisi ini. Sebagai contoh kami (penulis) sebutkan rumah-rumah singgah yang ada di daerah Ghil Bawazir, Naq’ah, Roidah Al-Jarhiyain, Rihbah Ibnu Janid, Wadi ‘Adm Wusah, Hauroh, Wadi Al-‘In, Ja’imah, ‘Urf dan yang lainnya.
 
Setelah berlalu 40 tahun sejak Syaikh Sayyid Abdurrahim bin Umar meletakkan batu pertama kota ini, banyak ahli ibadah yang datang ketika menjelang malam. Pengajar yang aktif mengajar ketika siang. Urusan agama di masjid tidak terlalu berlebihan sehingga merusak tatanan kehidupan dunia. Sebaliknya tatanan kehidupan dunia tidak terlalu berlebihan sehingga merusak urusan agama, antara kehidupan agama dan kehidupan dunia seimbang. Di setiap waktunya beliau bagi untuk mengawas madarasah, menyebar ilmu, melayani masyarakat umum dan menyambut tamu-tamu yang tidak henti-hentinya datang, Mendamaikan kabilah yang bertikai dan masih banyak lagi kegiatan lainnya yang berhubungan dengan kegiatan sosial kemasyarakatan. Disamping itu beliau mengajak masyarakat agar mau menempati tempat ini. Oleh karena itu beliau menggali banyak sumur, membuat saluran air untuk mengairi lahan pertanian agar menjadi subur. Jejak balik beliau ini diikuti oleh anak pamannya Muhammad bin Sa’id dimana ia dan anak-anaknya menggali sumur di daerah Naq’ah, Wadikah dan tempat lainnya. Sehingga daerah ini menjadi daerah yang hijau penuh dengan pohon kurma dan lahan pertanian.
 
Demikianlah peran serta Syaikh Abdurrohim bin Umar bagi lingkungan sekitarnya baik dibidang agama khususnya pendidikan ataupun ekonomi sosial. Ia menghabiskan sisa umurnya untuk beribadah sampai akhir hidupnya. Ia meninggal pada pertengahan bulan Sya’ban tahun 747 H dan dimakamkan di samping masjid dekat dinding sebelah timur (sekarang terletak di dalam mesjid). Ia meninggalkan 3 orang anak yaitu Said, Utsman dan Ahmad, mereka semua termasuk anggota keluarga Bawazir di daerah Al-Ghil. ”<ref name="Alwazir">Al Mukhtashir fi Tarikh Hadramaut oleh Muhammad Abdul Qadir Bamathraf.
 
== Sayyid Datuk Abdurahim Bauzir - WaliAllah Banyuwangi ==
 
Makam kuno Sayyid Datuk Abdurahim Bauzir di Kelurahan Lateng, Banyuwangi, Jawa Timur. merupakan tempat yang paling banyak dituju oleh sebagian umat muslim Banyuwangi, Jawa Timur dan Bali. Ia adalah Wali Besar yang berperan dalam penyebaran Islam di kota Banyuwangi dan sekitarnya serta penyebaran ajaran Islam di Loloan, Jembrana, Bali.
 
Sayyid Datuk Abdurahim Bauzir adalah ulama dari Arab. Pertama ia menginjakkan kaki di bumi Nusantara tahun 1770-an. Partama datang, ia memilih Blambangan sebagai daerah transit. Kemudian ia melanjutkan siarnya ke arah timur, hingga di perkampungan Melayu, Loloan.
 
Di tempat ini, Datuk Abdurahim menikahi seorang gadis setempat, Zaenab, dan memiliki putra.
Putra pertama Datuk Abdurahim, Syekh Sayyid Bakar Bauzir, meninggal di Loloan dan dimakamkan di sana. Beberapa tahun kemudian, istrinya, Zaenab, menyusul berpulang. Sejak itu, Datuk memilih kembali ke Banyuwangi, bertempat tinggal di perkampungan Arab di Lateng.
 
Di Banyuwangi, Datuk meneruskan menyebarkan Islam, mengajak putra keduanya, Datuk Ahmad, dan seorang sahabat karibnya, Syekh Hasan. Penyebaran agama Islam dilakukannya hingga tutup usia tahun 1876. Datuk wafat pada umur 86 tahunan. Jenazahnya dimakamkan di pemakaman umum warga Arab di Lateng. Sebagian umat muslim menyakralkan makam ini sampai sekarang. Banyak karomah yang dimiliki oleh Sayyid Datuk Abdurahim Bauzir diantaranya menyembuhkan orang-orang sakit dan mendoakan orang-orang yang mempunyai hajat dan terkabul hajatnya. Makam kuno di pinggir Jalan Basuki Rahmat dalam mengelolanya dibentuk sebuah yayasan. Pada umumnya pengunjung biasanya menyerahkan sumbangan sukarela usai berdoa di makam. Hasil sumbangan ini digunakan merawat makam dan dibagikan kepada fakir miskin dan anak-anak yatim untuk melestarikan kebiasaan Sayyid Datuk Abdurahim sewaktu Hidup.
 
Di Banyuwangi ada dua makam kuno lagi yang disakralkan. Dua makam anak kedua Datuk dan sahabat karibnya itu berdampingan. Peziarah biasanya membludak ketika malam Jumat. Puncaknya pada perayaan kelahiran Datuk tiap minggu ketiga bulan Rajab. Peziarah yang juga datang dari luar kota Banyuwangi, seperti Lampung, Jakarta, dan Bali.
 
Di areal makam, Datuk meninggalkan sumur kuno. Sumur ini diyakini memiliki mukzijat yang mampu menyembuhkan penyakit dan mendatangkan berkah. Para pejiarah biasanya membawa air suci ini untuk dibawa pulang. Di dekat makam juga dibangun musala kecil. Di sekitar makam terdapat beberapa makam lain dari keturunan Datuk.
 
== Lihat pula ==
* [[Abbas bin Abdul-Muththalib|Abbas]]
* [[Abdullah bin Abbas]]
* [[Ali bin Abdullah]]
* [[Muhammad bin Ali al-Abbas]]
* [[Bani Hasyim]]
* [[Ibrahim Al Imam]]
 
==== Sumber Pustaka ====
{{reflist}}
 
== Link ==
 
* [http://www.kutaikartanegara.com/news.php?id=616 Kutaikartanegara News: Sultan Kamal Bawazier Investasi $US 250 juta untuk Bandara, Mall Hotel dan Golf]
* [http://www.bawazir.com Web Site of the BAWAZIR Abbasid Hashimite Family]
* [http://www.alwazir.net Web Site Bawazir-Al Wazir Family]
* [http://ratib-bawazir.blogspot.com Ratib-Bawazir]
* [http://ahlulbaitbawazir.blogspot.com Tulisan Terkait- Ahlul Bait Bahasa Indonesia]
 
[[Kategori:Marga Arab]]
[[Kategori:Bani Hasyim]]
 
[[en:Bawazir]]
[[ms:Bawazir]]