Alfredo Reinado: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Anzep (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
(Tidak ada perbedaan)

Revisi per 31 Agustus 2006 06.24

Mayor Alfredo Alves Reinado adalah salah seorang dari 600 anggota angkatan bersenjata (AB) Timor Leste--yang berkekuatan 1.400 prajurit--yang dipecat Pangab Brigjen Taur Matan Ruak atas restu atau titah Perdana Menteri Mari Alkatiri, April 2006. Pemecatan adalah buntut dari protes mereka menentang perlakuan diskriminatif terhadap prajurit dari Timor Leste barat.

Para korban pemecatan marah besar. Reinado--tentara didikan Australia--dan rekannya, Mayor Augusto Araujo (Tara), memimpin pemberontakan bersenjata. Aksi Gastao Salsinha (pimpinan para serdadu yang dipecat) itu memicu gelombang kerusuhan di Dili, yang kemudian menyebar di kalangan geng-geng sipil bersenjata.

Kerusuhan di Timor Leste yang meluas menjadi pertikaian antar etnis (timur dan barat) ini menewaskan sedikitnya 20 orang dan puluhan orang dilaporkan hilang. Ratusan bagunan dibakar dan dijarah. Sekitar 100.000 warga mengungsi sampai ke perbatasan dengan Indonesia di NTT.

Dalam menjalankan aksinya, Reinado menggunakan taktik mirip Fretilin, kelompok pimpinan Xanana Gusmao yang memberontak terhadap integrasi Timtim ke pangkuan Indonesia. Yaitu, taktik hit and run (pukul dan lari).

Reinado melakukan hal serupa. Ia membangun basis di perbukitan Maubisse, 70 km di selatan Dili, dengan senjata M-16 di tangan. Selain menuntut Alkatiri mundur ia juga menuntut penempatan kembali rekan-rekannya yang sama-sama dipecat oleh Alkatiri.

Para mantan tentara yang marah karena dipecat itu melakukan berbagai aksi yang membuat kota Dili porak poranda dan berdarah-darah.


Kronologis Krisis Timor Leste 2006

8 Februari

Lebih dari 400 tentara mogok dan keluar dari barak, memprotes diskriminasi promosi berdasarkan etnis timur (Loro Sa’e). Tentara dari wilayah barat merasa dianaktirikan.

17 Maret

Pemerintah memecat 594 tentara disertir, kebanyakan etnis Loro Monu.

24-29 April

Para tentara disertir, dipimpin mayor Alfredo Alves Reinado, melancarkan protes, yang berkembang menjadi kerusuhan massa. Dua tentara dan dua warga sipil tewas serta puluhan luka-luka.

10 Mei

Perdana Menteri Alkatiri menawarkan bantuan kemanusiaan dan subsudi bagi para tentara disertir yang dipecat. Tawaran ditolak.

24 Mei

Pemberontakan tentara disersi tak terkendali dan pemerintah Dili meminta bantuan militer dari Australia, Portugal, Selandia Baru, dan Malaysia.

25 Mei

Kontingen 150 personel komando Australia tiba di Dili. Di hari yang sama, rumah kerabat Menteri Dalam Negeri Regerio Lobato dibakar, seorang ibu dan lima anaknya tewas. Tentara resmi pemerintah menembaki markas kepolisian dna menewaskan 11 polisi tanpa senjata saat keluardari gedung denganpengawalan mobil polisi Persatuan Bangsa-Bangsa.

29 Mei

Presiden Xanana Gusmao berunding dengan Alkatiri dan kabinetnya di istanapresiden. Di luar istana, ratusan demonstran menerikkan yel-yel anti-Alkatiri. Di tempat lain, gudang pangang pemerintah dijarah. Desakan agar Alkatiri mundur menguat, termasuk dari Menteri Luar Negeri Jose Ramos-Horta, yang mengakui pemerintahannya gagal total mengatasi kemelut.

30 Mei

Xanana menjalankan kekuasaan darurat, memecat Menteri Pertahanan Rogerio Lobato dalam rapat darurat kabinet hari kedua, serta mengambil alih kendali pertahanan dan keamanan. Namun kerusuhan, bentrokan antargeng, dan penjarahan tak kunjung berhenti.


7 Juni

Reinado menyatakan bersedia berunding untuk mengakhiri kerusuhan berdarah di negeri itu. Meski demikian, dia secara tegas meminta agar solusi damai bagi Timor Leste tidak melibatkan PM Mari Alkatiri.

Reinado menegaskan, dialog bisa membantu membangun kembali Timor Leste "menjadi negara yang di hadapan komunitas internasional, tanpa Mari Alkatiri".

17 Juni Reinado dan para pendukungnya menyerahkan senjatanya kepada tentara Australia, yang memiliki porsi terbesar (sekitar 1.500 prajurit) dari 2.200 anggota pasukan penjaga pedamaian PBB. Itu dilakukan sebagai respons terhadap surat perintah Presiden Timor Leste, Xanana Gusmao. "Saya punya loyalitas kepada Presiden Xanana dan mematuhi untuk menyerahkan senjata," kata Reinado. Namun, menurut dia, penyerahan senjata ini tidak berarti tuntutan PM Mari Alkatiri mundur dari jabatannya berhenti. Sebab, Alkatiri ditudingnya sebagai aktor yang membuat kondisi Timor Leste mencekam.

Surat perintah Xanana terhadap Alfredo berisikan bahwa presiden sebagai panglima tertinggi angkatan bersenjata memiliki kekuasaan tertinggi untuk stabilitas dan keamanan negara. "Saya melakukannya karena diperintah, bukan berarti saya menyerah atau kalah. Sebab dalam hal ini tidak ada yang kalah dan menang. Tapi kepatuhan saya pada atasan dan dapat dicontoh kelompok lain," tegas Reinado.

26 Juni mari Alkatiri akhirnya meletakkan jabatannya sebagai PM Timor Leste. Ia beralasan, langkahnya itu untuk menghindari pengunduran diri Presiden Xanana Gusmao.