Muhammad al-Idrisi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
EmausBot (bicara | kontrib)
k bot Menambah: pnb:ادریسی
k bot kosmetik perubahan
Baris 33:
[[Berkas:Al-Idrisi's world map.JPG|thumb|Gambaran pengantar peta dunia karya al-Idrisi tahun 1154. Perhatikan 'selatan' berada di 'atas' peta.]]
{{Main|Tabula Rogeriana}}
Tumbuh dan besar di Cetua, Al-Idrisi muda mengembara ke Spanyol Islam, Portugal, Perancis, dan Inggris. Dia mengunjungi Anatolia saat ia baru berusia 16 karena terjadinya konflik dan ketidakstabilan di Andalusia. Dia kemudian bersama orang-orang sezamannya menyatu di Sisilia, dimana [[bangsa Normandia]] telah menundukkan bangsa Arab yang dulunya loyal kepada [[Kekhalifahan Fatimiyah]]. Menurut [[Ibnu Jubayr]]: "bangsa Normandia bertoleransi dan melindungi keluarga-keluarga Arab dalam pertukaran ilmu pengetahuan."
 
Al-Idrisi menggabungkan pengetahuan dari [[Afrika]], [[Samudera Hindia]], dan [[Timur Jauh]] yang dikumpulkan para penjelajah dan [[Ekonomi Islam di dunia|pedagang Islam]] dalam bentuk peta Islam, dan juga dari informasi yang dibawa oleh pelayar-pelayar Normandia untuk membuat peta paling akurat di dunia di masa pramodern,<ref name=Scott/> yang diletakkan sebagai ilustrasi ''Kitab Nuzhat al-Mushtaq'' miliknya, (Latin: ''Opus Geographicum'') diterjemahkan ''Hiburan untuk Manusia yang Rindu Mengembara ke Tempat-Tempat Jauh''.<ref>Title as given by John Dickie, ''Delizia! The Epic History of the Italians and their Food'' (New York, 2008) p. 17.</ref>
Baris 54:
{{quote|"Komandan umat Muslim Ali bin Yusuf bin Tashfin mengirim laksamanya Ahmad bin Umar, yang baik dikenal dengan nama Raqsh al-Auzz untuk menyerang suatu pulau di Atlantik, namun dia wafat sebelum melaksanakannya. [...] Di balik samudera kabut ini, tidak diketahui apa yang ada disana. Tak seorangpun memiliki pengtahuan yang pasti mengenainya karena betapa sulitnya melintasinya. Udaranya berkabut, gelombangnya begitu kuat, dan bahaya yang mengancam sangat besar, makhluk-makhluknya sangat mengerikan, dan sering terjadi badai. Disana terdapat banyak pulau, sebagian diantaranya tidak berpenghuni, sementara lainnya terbenam. Tak seorang navigator pun melewatinya kecuali mengelilingi pantai-pantainya. [...] Dan dari kota Losbon, para petualang berangkat dengan nama yang dikenal sebagai Mugharrarin [yang terbujuk], menembus samudera kabut dan ingin mengetahui apa yang ada disana dan dimana berakhirnya. [...] Setelah berlayar selama dua belas hari lebih mereka merasakan sebuah pulau untuk dihuni, dan mengolah perkebunan. Mereka terus berlayar untuk mengatahui apa yang ada di sana. Namun kemudian ''[[barque]]'' mengepung dan menawan mereka, dan membawa mereka ke pedesaan suram di pantai. Di sana mereka mendarat. Sang navigator melihat orang-orang berkulit merah; tidak banyak rambut di tubuh mereka, rambut di kepala mereka lurus, dan mereka berperawakan tinggi. Wanita-wanita mereka memiliki kecantikan luar biasa."<ref name=Hamidullah>Mohammed Hamidullah (Winter 1968). "Muslim Discovery of America before Columbus", ''Journal of the Muslim Students' Association of the United States and Canada'' '''4''' (2): 7-9 [http://www.muslimheritage.com/topics/default.cfm?ArticleID=646]</ref>}}
 
Terjemahan oleh Dr. Professor [[Muhammad Hamidullah]] masih dipertanyakan karena tertulis, setelah mencapai wilayah "perairah yang lembab dan berbau", ''Mugharrarin'' (juga diterjemahkan "para petualang") kemudian mundur dan pertama mencapai pulau tak berpenghuni dimana mereka menemukan "sejumlah besar domba yang dagingnya pahit dan tidak dapat dimakan" dan kemudian "melanjutkan ke selatan" dan mencapai yang disebutkan tadi dimana mereka dikelilingi para ''barque'' dan dibawa ke "desa yang penghuninya berambut panjang dan kemerahan dan wanitanya memiliki kecantikan yang langka". Diantara penduduk desa, salah satunya berbicara dengan bahasa Arab dan menanyai asal-usul mereka. Kemudian kepala desa memerintahkan untuk membawa mereka ke benua dimana mereka disambut baik oleh bangsa Berber. <ref>Idrisi, Nuzhatul Mushtaq - "La première géographie de l'Occident", comments by Henri Bresc and Annliese Nef, Paris, 1999 </ref>{{Verify source|date=November 2008}}
 
Terpisah dari laporan mengagumkan dan fantastis sejarah ini, intepretasi yang paling mungkin{{Fact|date=April 2009}} adalah bahwa ''Mugharrarin'' mencapai [[Laut Sargasso]], bagian dari samudera itu yang tertutup [[rumput laut]] dan sangat dekat dengan [[Bermuda]] seribu mil jauhnya dari daratan Amerika. Kemudian ketika datang kembali, mereka mungkin telah mendarat di [[Azores]] atau [[Madeira]] atau bahkan di [[Kepulauan Canary]] paling barat, [[Hiero]] (karena domba). Terakhir, cerita dengan pulau berpenghuni mungkin terjadi di [[Tenerife]] atau di [[Gran Canaria]], dimana ''Mugharrarin'' bertemu beberapa orang [[Guanche]]. Hal ini menjelaskan mengapa diantara mereka ada yang dapat berbahasa Arab (beberapa hubungan sporadis telah mencapai kepulauan Canary dan Maroko) dan mengapa mereka dengan segera diasingkan ke Maroko dimana mereka disambut dengan baik oleh orang Berber. Namun, cerita yang diabadikan Idrisi tidak terbantahkan mengenai pengetahuan Samudera Atlantik oleh bangsa Arab dan oleh vasal Andalusia dan Moroko mereka.