Suster Puteri Kasih: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ranahilmu (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Armada Riyanto (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 16:
 
== Puteri Kasih di Indonesia ==
=== Kedatangan Awali ===
Puteri Kasih di Indonesia berawal dari kedatangan tiga suster pertama, Sr. Andrea PK, Sr. Henriette PK, dan Sr. Amelia PK pada tahun 1931 atas undangan dari Prefek Apostolik Surabaya, Mgr. [[Theophile de Backere CM]]. Mereka pertama-tama bertugas di rumah panti asuhan Don Bosco, Surabaya. "Jumat pagi pukul 06.00 kami sudah duduk di kereta api dan pukul delapan malam kami akan tiba. Cuaca amat panas dan perjalanan sangat melelahkan akan tetapi kedatangan kami di ''ons Indie'' (Indonesia kita) ini melupakan segala kelelahan perjalanan," kisah dari Sr. Andrea van de Laak, PK sebagai kalimat pembuka dari surat pertamanya.<ref>Surat Sr. Andrea tanggal 16 November 1931 dari Surabaya kepada Suster Visitatris di Belanda, Sr. Agnes Wauters.</ref>
 
Para Suster Puteri Kasih dari Belanda dari tahun 1931 hingga tahun 1939 (tahun terakhir sebelum Perang Dunia II) sudah mencapai 19 suster. Sementara periode 1940 sampai 1948 merupakan periode gelap dari sudut sejarah dunia, Indonesia, maupun karya pelayanan para suster PK. Mereka mengalami susah dan deritanya Perang Dunia II. Diantara mereka, terdapat Sr. Louise yang meninggal karena kekurangan makanan di interniran Jepang Semarang. Kedatangan misionaris selanjutnya baru mungkin tahun 1948. Sampai tahun 1964, tahun terakhir kedatangan para suster misionaris PK Belanda, para suster semuanya ada 32 orang. Dari jumlah itu, yang paling lama bekerja adalah Sr. Ludgera Gales PK (50 tahun bekerja di Indonesia). Ia banyak mengabdi untuk karya rehabilitasi penderita kusta di Kediri.<ref>Armada Riyanto CM, Sr. Engelina PK, Sr. Anna PK, ''75 Tahun Perjalanan Puteri Kasih di Indonesia'', hlm. 61.</ref>
 
=== Karya Saat Ini<ref>Ibid. hlm. 73-123.</ref> ===
Saat ini, para suster Puteri Kasih mengabdi di beberapa wilayah di Indonesia, seperti di keuskupan Surabaya, Malang, Jakarta, pedalaman Kalimantan Barat, Batulicin Kalimantan Selatan, dan siap melayani para korban bencana alam dan kebutuhan mendesak. Dalam melayani orang miskin, para Suster Puteri Kasih banyak menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga dari masyarakat dari segala golongan. Selain itu, beberapa suster juga berkarya misi di luar negeri, seperti di Jepang dan Perancis.
 
Di Surabaya, para suster PK melayani di Panti Asuhan Don Bosco, Jalan Tidar 115. Di Panti Asuhan ini, para suster melayani anak-anak dengan penuh kasih. Dari beberapa alumni terdapat nama-nama penting yang menjadi pelayan Gereja, seperti Romo Tondowidjojo CM, Romo Marsup CM, Romo Uroto Sastro Pr (almarhum) dan beberapa usahawan di Surabaya. Selain panti asuhan, para suster berkarya pula di sekolah-sekolah TK, SD, dan SMP. Sekolah-sekolah ini umumnya dimaksudkan untuk pelayanan pendidikan yang bermutu bagi anak-anak dari keluarga-keluarga kurang mampu. Di samping sekolah, para suster PK juga menanggapi kebutuhan-kebutuhan baru, seperti pelayanan poliklinik dan tempat penitipan anak (TPA).
 
Di Kediri, para suster PK melayani karya-karya TK, SD, dan SMP St. Maria. Disamping Rumah Provinsialat, Jalan Brawijaya 63 juga merupakan rumah pembinaan, yang disebut Rumah Seminari, dibina para calon Suster PK. Di kota Kediri, para suster juga melayani dengan penuh kasih para nenek-nenek jompo, Panti Wreda di Jalan Dandangan III/29; pelayanan kesehatan, pelayanan rumah retret, penitipan anak-anak, koperasi kredit untuk pemberdayaan ekonomi lemah, karya pastoral untuk pemberdayaan para buruh perempuan di pabrik rokok, dan pelayanan untuk rehabilitasi para penderita kusta.
 
Di Garum, dimana terdapat [[Seminari Garum]], para suster PK disamping terlibat dalam pembinaan awal para calon imam juga memberikan pelayanan kesehatan di poliklinik.
 
Di Bojonegoro, para suster berkarya di asrama anak-anak perempuan yang belajar dan melayani pendidikan tingkat TK dan SD; sementara di Tulungagung, mereka juga berkarya dengan penuh dedikasi bagi anak-anak TK, SD dan SMP; di Cepu, para suster bertekun melayani anak-anak kurang mampu dengan asrama dan pelayanan kesehatan di BKIA, serta membantu pelayanan pastoral di paroki.
 
Di Malang, mereka terlibat dengan hati untuk mengabdi keluarga-keluarga kurang mampu dengan pelayanan kesehatan, penyediaan rumah sewa sederhana, dan asrama serta pendidikan kursus komputer bagi anak-anak.
 
Di Jakarta, dengan didukung penuh oleh Gereja Paroki maupun keuskupan agung Jakarta, para Suster PK tinggal bersama keluarga-keluarga miskin di lingkungan kumuh di Cilincing, Jakarta dan di Warakas Priuk, Jakarta. Mereka berkarya bersama dan untuk mengabdi para nelayan serta keluarga-keluarga miskin. Mereka melakukan bimbingan belajar, pelayanan gizi bagi anak-anak, pelayanan kesehatan, dan bersama para dokter muda melayani pula pengobatan yang diperlukan bagi orang-orang miskin di sana.
 
Di Banjarmasin, tepatnya di Bati-Bati, para suster PK mengabdi mereka yang sudah jompo dalam suatu asrama bekerjasama dengan donatur-donatur di sana dan keuskupan Banjarmasin; sementara di Batulicin, mereka membantu paroki dalam pelayanan pastoral dan bimbingan belajar anak-anak. Mereka terjun ke wilayah-wilayah yang terpencil dan sulit dijangkau.
 
Di Serawai, Pedalaman Kalimantan Barat, termasuk keuskupan Sintang, Para Suster PK bersama para Romo CM berkarya di asrama dan membantu bimbingan belajar bagi anak-anak miskin, terpencil di sana. Mereka adalah anak-anak dan masa depan keluarga mereka, keluarga Dayak. Para Suster PK melayani dengan penuh kasih orang-orang Dayak di sana.
 
Pemimpin Puteri Kasih Indonesia sejak tahun 1931 sampai sekarang: