Bonaventura: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
22Kartika (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
22Kartika (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 29:
 
== Kehidupan ==
Bonaventura terlahir dari pasangan John di Fidanza (seorang [[tabib)]][[ca:Bonaventura dande Bagnoregio]] dan Maria di Ritello<ref name="g">{{en}}{{cite book |last= Ewert H. Cousins|first= |authorlink= |coauthors= |title= Bonaventure: The Soul's Journey into God, the Tree of Life, the Life of St. Francis (The Classics of Western Spirituality) [Paperback]|year= 1978|publisher= Paulist Press|location= |id= ISBN 978-0809121212}}</ref>. Pada masa kecilnya, Santo Bonavantura pernah menderita sakit parah yang akhirnya dapat disembuhkan oleh Santo [[Fransiskus dari Assisi]] yang dalam sejarah mengucapkan '''O buona ventura''' yang berarti 'O keberuntungan (nasib) yang baik' ketika melihat Bonaventura kecil<ref name="c">{{en}}{{cite news
|first = Kevin Knight
|last =
Baris 48:
|quote =
}}
</ref>. Setelah menyelesaikan pendidikannya, Bonaventura mengajar sekolah Fransiskan yang ada di kota tersebut. Pada 2 Februari 1257, Bonaventura terpilih menjadi pemimpin Ordo [[Fransiskan]] dan mulai berkarya hingga dijuluki sebagai 'Pendiri Kedua Ordo Fransiskan'<ref name="c"></ref>. Saat itu Ordo Fransiskan mengalami krisis yang dikarenakan perbedaan pandangan dari para pengikutnya yang mengakui dirinya telah menginterpretasikan pemikiran Santo Fransiskus dari Assisi secara benar<ref name="a"></ref>. Sebagian dari pengikut Fransiskan tidak setuju dengan sikap hidup dalam kemiskinan yang terlalu ketat, menentang kehadiran biarawan di [[universitas]], dan mengkritik penurunan semangat [[apostolik]]<ref name="a"></ref>. Bonaventura menanggapi krisis yang ada dengan berusaha tetap berpegang pada semangat Santo [[Fransiskus dari Assisi]], namun menolak bila apa yang diyakininya tersebut dikatakan sebagai ekstrimisme [[spiritual]] karena bagi Bonaventura, kemiskinan merupakan pegangan penting dalam Fransiskanisme maka dari itu kepemilikan atas gedung atau buku tidak boleh dilakukan<ref name="a"></ref>. Bonavetura juga mendukung adanya kehadiran pengikut Fransiskan di universitas dan mendirikan [[biara]] khusus di dalam universitas kota karena menurutnya, belajar merupakan kunci dari sikap apostolik biarawan dan juga membuat mereka dapat berkotbah dan memberikan pengarahan spiritual kepada masyarakat<ref name="a"></ref>.
[[Berkas:Francisco de Zurbarán 007.jpg|thumb|left|Lukisan pemakaman Santo Bonaventura karya Francisco de Zurbarán.]]
Pada tahun 1273, Bonaventura diangkat menjadi kardinal dengan gelar Albano oleh [[Paus]] Gregory X dan membantunya dalam mempersiapkan Dewan Kedua [[Lyon]]<ref name="g"></ref>. Semasa hidupnya, Bonaventura berperan besar dalam [[reformasi]] dewan Gereja, melakukan [[rekonsiliasi]] pendeta sekuler dengan ordo miskin, dan terlibat dalam [[rekonsiliasi]] [[Gereja]] [[Yunani]] dengan [[Roma]]<ref name="g"></ref>.
Baris 69:
* tingkat ketiga adalah pemahaman tentang hal superior yang terjadi pada diri kita sendiri, yaitu Tuhan, dimana pemahaman tersebut hanya akan diperoleh melalui mata [[kontemplasi]]<ref name="u"></ref>. Dalam beberapa bidang, Bonaventura memiliki pemikiran yang berbeda dengan [[Aristoteles]], seperti pada bidang [[kosmologi]] dimana Bonaventura tidak menerima konsep Aristoteles akan kekekalan dunia dan materi yang disebutkan juga kekal bersama dengan Allah<ref name="u"></ref>. Dalam bidang [[psikologi]], Bonaventura juga bertentangan dengan Aristoteles yang hanya berpegang pada fakta pengetahuan, tetapi Bonaventura juga menilai hubungan antara jiwa dan tubuh serta jiwa dan fakultasnya<ref name="u"></ref>. Bonaventura mengemukakan adanya tiga nilai atau tahapan yang mengantar jiwa kepada Tuhan, yaitu:
 
* Nilai pertama disebut "[[vestigium]]" yang merupakan jejak [[Allah]] sendiri telah ditandai pada materi-materi di luar diri kita.
* Nilai kedua disebut "[[imago]]," atau refleksi jiwa dengan sendirinya, di mana dapat dilihat tiga kali lipat fakultas jiwa - keinginan, [[intelek]], dan [[memori]] - manusia melihat citra Allah.
* Nilai ketiga disebut "[[similitudo]]," atau pertimbangan dari [[Tuhan]] sendiri, dimana jiwa mencapai persatuan [[mistis]] yaitu tingkat tertinggi dari cinta antara makhluk dan Penciptanya<ref name="u"></ref>. Dengan membanyangkan ide dari sesuatu yang paling sempuranasempurna, kita dapat membayangkan kesatuan dengan Tuhan<ref name="u"></ref>.
 
== Referensi ==