Penumpangan tangan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Gombang (bicara | kontrib)
k gaya tak sesuai
Stephensuleeman (bicara | kontrib)
k perbaikan kecil+ iw
Baris 1:
{{tone}}
'''Penumpangan tangan''' adalah sebuah bagian dari upacara pengangkatan seseorang ke dalam jabatan keagamaan, khususnya [[Yudaisme]] dan [[agama Kristen|Kristen]]. Tindakan ini dilakukan dalam sebuah upacara [[penahbisan|peneguhan atau pengangkatan]].
Seperti yang sudah kita ketahui bersama, salah satu [[jabatan gerejawi]] yang ada adalah pendeta. Untuk menjadi seorang pendeta, dibutuhkan pendidikan khusus yang dapat diperoleh di [[sekolah-sekolah teologi]]. Selain itu, untuk mengemban jabatan pendeta ini dibutuhkan sebuah peneguhan atau pengangkatan. Biasanya hal ini kita sebut dengan [[penahbisan]]. Dalam [[liturgi]] [[penahbisan pendeta]], biasanya hadir pendeta-pendeta senior nya yang akan menumpangkan tangan saat menahbiskan. Penumpangan tangan sering dianggap sebagai [[simbol]] pelantikan biasa seorang [[hamba Tuhan]] ke dalam jabatan gerejawi yaitu [[pendeta]]. Sebenarnya apakah makna dari penumpangan tangan dalam penahbisan pendeta?
 
Upacara ini berkaitan dengan [[suksesi apostolik]]. Karena itu dalam [[liturgi]] penahbisan, hal ini dilakukan oleh seorang [[uskup]] sebagai akta penerusan suksesi apostolik dari [[Rasul Petrus|Petrus]].
==Penumpangan Tangan==
Dalam [[Kamus Besar Bahasa Indonesia]], “penumpangan” berarti proses atau cara menumpangkan. Sedangkan “menumpangkan” berarti memberikan sesuatu supaya dibawa, menyerahkan sesuatu supaya dijaga, menitipkan, mengamanatkan. Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan secara sederhana bahwa penumpangan tangan adalah suatu cara untuk memberikan amanat kepada seseorang dengan menggunakan tangan. Pengertian lain dari penumpangan tangan adalah apabila seseorang meletakkan tangannya atas tubuh orang lain untuk keperluan [[rohani]] tertentu . <ref name="Derek Prince"> Derek Prince, Penumpangan Tangan. Jakarta: Yayasan Pekabaran Injil Immanuel, 1993.</ref>
 
Dalam gereja-gereja yang tidak menganut sistem episkopal, hal ini dilakkukan oleh para pendeta senior yang akan menumpangkan tangan saat menahbiskan.
==Menurut Alkitab==
[[Alkitab]] juga menunjukkan beberapa peristiwa penumpangan tangan. Di dalam [[Perjanjian Lama]] dapat kita lihat saat [[Musa]] menumpangkan tangannya kepada Yosua untuk memberikan kuasa dan hikmat kepadanya sebagai pemimpin baru atas umat [[Allah]]. [[Tuhan]] memerintahkan agar Musa meletakkan tangannya di atas kepala [[Yosua]]. Hal ini berarti Yosua diberikan amanat baru untuk menggantikan Musa dan dengan penumpangan tangan yang dilakukan oleh Musa kuasa Tuhan tercurah atas diri Yosua (Bilangan 27: 15-23). Sama halnya dengan penahbisan pendeta, penumpangan juga melambangkan pencurahan roh kudus atas orang yang hendak ditahbiskan menjadi [[pendeta]] atau pemimpin jemaat melalui perantaraan para pendeta-pendeta lainnya.
 
== Arti ==
Dalam [[Kamus Besar Bahasa Indonesia]], “penumpangan” berarti proses atau cara menumpangkan. Sedangkan “menumpangkan” berarti memberikan sesuatu supaya dibawa, menyerahkan sesuatu supaya dijaga, menitipkan, mengamanatkan. Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan secara sederhana bahwa penumpangan tangan adalah suatu cara untuk memberikan amanat kepada seseorang dengan menggunakan tangan. Pengertian lain dari penumpangan tangan adalah apabila seseorang meletakkan tangannya atas tubuh orang lain untuk keperluan [[rohani]] tertentu . <ref name="Derek Prince"> Derek Prince, Penumpangan Tangan. Jakarta: Yayasan Pekabaran Injil Immanuel, 1993.</ref>
 
==Penumpangan Tangantangan dalam Alkitab==
Dalam [[Perjanjian Baru]] juga disinggung mengenai praktek penumpangan tangan. Penahbisan dan peneguhan diyakini sebagai pencurahan karunia dan kuasa [[Roh Kudus]]. Pemahaman ini tercatat dalam [[Perjanjian Baru]] [[Apokrif]] abad kedua.<ref name="Rasid Rachman"> Rasid Rachman, Hari Raya Liturgi. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005.</ref> Kisah Para Rasul 6: 1-7 menceritakan bagaimana tujuh orang dipilih untuk membantu rasul-rasul melayankan meja. Mereka didoakan kemudian rasul-rasul itu meletakkan tangan di atas ketujuh orang itu. Penumpangan tangan juga dilakukan oleh [[Petrus]] dan [[Yohanes]]. Mereka di utus oleh rasul-rasul untuk mencurahkan Roh Kudus kepada orang-orang [[Samaria]] ( Kis 8:17).
[[Alkitab]] juga menunjukkan beberapa peristiwa penumpangan tangan. Di dalam [[Perjanjian Lama]] dapat kita lihat saat [[Musa]] menumpangkan tangannya kepada Yosua untuk memberikan kuasa dan hikmat kepadanya sebagai pemimpin baru atas umat [[Allah]]. [[Tuhan]] memerintahkan agar Musa meletakkan tangannya di atas kepala [[Yosua]]. Hal ini berarti Yosua diberikan amanat baru untuk menggantikan Musa dan dengan penumpangan tangan yang dilakukan oleh Musa kuasa Tuhan tercurah atas diri Yosua (Bilangan 27: 15-23). Sama halnya dengan penahbisan pendeta, penumpangan juga melambangkan pencurahan roh[[Roh kudusKudus]] atas orang yang hendak ditahbiskan menjadi [[pendeta]] atau pemimpin jemaat melalui perantaraan para pendeta-pendeta lainnya.
 
Dalam [[Perjanjian Baru]] juga disinggung mengenai praktek penumpangan tangan. Penahbisan dan peneguhan diyakini sebagai pencurahan karunia dan kuasa [[Roh Kudus]]. Pemahaman ini tercatat dalam [[Perjanjian Baru]] [[Apokrif]] abad kedua.<ref name="Rasid Rachman"> Rasid Rachman, Hari Raya Liturgi. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005.</ref> Kisah Para Rasul 6: 1-7 menceritakan bagaimana tujuh orang dipilih untuk membantu rasul-rasul melayankan meja. Mereka didoakan kemudian rasul-rasul itu meletakkan tangan di atas ketujuh orang itu. Penumpangan tangan juga dilakukan oleh [[Petrus]] dan [[Yohanes]]. Mereka di utusdiutus oleh rasul-rasul untuk mencurahkan Roh Kudus kepada orang-orang [[Samaria]] ( Kis 8:17).
 
==Sudut pandang Liturgi==
Jika kita melihat dari sudut pandang [[liturgi]], penumpangan tangan merupakan salah satu simbol liturgi. [[Martasudjita]] dalam bukunya Memahami Simbol-simbol Dalam Liturgi mengatakan bahwa penumpangan tangan termasuk dalam simbol liturgi sentuhan.<ref name="E. Martasudjita"> E. Martasudjita, Memahami Simbol-simbol dalam Liturgi. Yogyakarta: Kanisius, 1998.</ref> Menurutnya, manusia juga merupakan simbol liturgi. Dengan menggunakan tubuhnya manusia dapat menyimbolkan sesuatu. Salah satunya tangan dalam penumpangan tangan.
 
Selain mencurahkan roh kudus, penumpangan tangan juga dapat dimaknai penyerahan tugas dan [[tanggung jawab]]. Saat ditahbiskan menjadi pendeta, orang yang ditahbiskan itu secara otomatis menerima tugas dan tanggung jawab yang baru sebagai pendeta. Kemudian, untuk menjalankan [[pendeta|tugas kependetaankependetaannya]] nya itu ia membutuhkan berkat dari Tuhan. Berkat itu diberikan melalui perantaraan penumpangan tangan yang dilakukan oleh para pendeta yang hadir. Dengan demikian penumpangan tangan juga berarti pemberian [[berkat]] atau penganugerahan berkat kepada pendeta yang baru ditahbiskan.
 
 
Baris 20 ⟶ 23:
== Referensi ==
{{reflist}}
 
 
[[de:Handauflegen]]
[[en:Laying on of hands]]
[[es:Imposición de manos]]
[[fi:Kättenpäällepaneminen]]
[[is:Handayfirlagning]]
[[it:Imposizione delle mani]]
[[ja:按手]]
[[pl:Nakładanie rąk]]
[[sv:Handpåläggning]]
[[uk:Хіротонія]]